Berita

bukit dago pakar/ist

Kantor Andi Arief Buka Misteri Gua Jepang di Bukit Dago Bandung

JUMAT, 24 FEBRUARI 2012 | 16:40 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Selain uji coring di Gunung Padang untuk membuktikan Piramida Gunung Padang, Kantor Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Andi Arief juga telah melakukan kalibrasi geolistrik di atas gua Jepang Bukit Dago Pakar, Bandung.

Dahulu, penjajah Belanda dan Jepang biasa membangun gua untuk menjadi markas militer atau gudang senjata. Tapi ada kemungkinan lain pada Gua Bukit Dago Pakar. Tim Katastropik Purba yang terdiri dari DR Danny Hilman, DR Andang Bachtiar, DR Didiet Ontowirjo, DR Wahyu Triyoso, DR. Hamzah Latief, DR. Irwan Meilano, Ir Juniardi dan Ir Wisnu Ariastik, tengah menelitinya.

Asisten Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, Wisnu Agung Prasetya, menjelaskan, konon di tempat ini Belanda dan Jepang sempat membangun gua-gua yang selama ini oleh kedua negara itu diklaim sebagai lorong pertahanan dan penyelamatan, penimbunan logistik, dan pembangkit listrik. Beberapa sumber menyebutkan, gua Jepang dibangun tahun 1942. Sementara gua Belanda dibangun tahun 1941, meski beberapa sumber yang lain menyebut Belanda membangun gua itu sejak tahun 1918.


Menurut periset Independen Jugun Ianfu Indonesia, Eka Hindra, gua peninggalan Jepang dibangun pada saat balatentara Jepang melakukan invansi ke Bandung tahun 1942-1945. Gua Jepang terletak di Perbukitan Dago Pakar. Lokasi itu sangat tepat dipilih Jepang untuk pembangunan benteng pertahanan karena berada di dataran paling tinggi di atas kota Bandung. Saat itu Jepang baru saja merebut Hindia Belanda (Indonesia) dari tangan Belanda yang menyerah tanpa syarat, setelah kalah dalam pertempuran hebat selama delapan hari dengan Kaigun Jepang di perairan Laut Jawa 8 Maret 1942.

Gua Jepang berada di dalam rimbunnya hutan rakyat yang diresmikan pertama kali 23 Agustus 1965 oleh Gubernur Jawa Barat Brigjen (Purn) Mashudi dengan nama Taman Wisata. Kemudian berganti nama menjadi Taman Hutan H. Djuanda setelah diresmikan oleh Presiden Soeharto tanggal 14 Januari 1985. Taman hutan ini dibuka untuk umum sebagai lokasi wisata. Lokasi Gua Jepang dapat ditempuh dengan berjalan kaki, letaknya sekitar 300 meter dari pintu gerbang utama. Gua Belanda dibangun pada tahun 1918, tentu jauh lebih tua dibandingkan dengan Gua Jepang.

Uniknya di dalam gua terdapat rel kereta. Namun bukan rel kereta api seperti rel kereta komersial, melainkan rel itu adalah rel kereta barang yang kecil seperti yang biasa digunakan di area gua-gua pertambangan. Padahal, sejauh yang dipahami bahwa gua di kala dulu biasa digunakan sebagai markas militer, gudang senjata, serta tempat pembangkit listrik tenaga air.

Tim Katastropik Purba melakukan riset di lokasi ini, mengingat lokasi ini dekat dengan patahan lembang yang membentang dari Maribaya sampai Cisarua yang akhir ini aktivitasnya meningkat. Tim Katastropoik Purba sehari sebelum hari raya Idul Fitri 2011 melakukan riset mendadak ke Cisarua yang dilanda gempa 3 SR. Puluhan rumah rusak di atas patahan Lembang di Cisarua. Tim memperoleh bukti kuat sesar ini aktif.

Wisnu mengungkapkan, Irwan Meilano dan GREAT ITB sudah dua kali ekspose riset patahan Lembang sepanjang tahun 2011. Paper yang baru saja di-release, kecepatan pergerakan slip rate sesar Lembang sudah 6 mm/year. Itu sudah makin besar dibanding data 2009-2010, yang hanya 1,5 mm/year. Sesar adalah kenampakan morfologis yang khas akibat proses tektonik. Suatu sesar dikatakan aktif bila mengalami deformasi dalam 10.000 tahun terakhir. Berdasarkan penelitian, pada 2.000 tahun yang lalu pernah terjadi gempa di sekitar sesar Lembang dengan magnitud 6,8. Pada 500 tahun yang lalu, juga pernah terjadi gempa dengan magnitude 6,6. Hasil penelitian ini mengkonfirmasi hasil penelitian dan perkiraan-perkiraan sebelumnya.

Sebelumnya, peneliti LIPI, Eko Yulianto, menjelaskan retakan yang terbentuk dengan panjang lebih 20 Km dapat memicu gempa magnitude 6,5-7,0 yang merusak. Peneliti Belanda Nossin Cs pada 1996 menduga pergeseran Sesar Lembang segmen timur, bertepatan dengan pembentukan kaldera Sunda 100.000 tahun lalu.

Citra SPOT pengambilan Juli 2006 jelas gambarkan citra udara wilayah sekitar G. Tangkubanparahu, Sesar Lembang, dan Cekungan Bandung. Dari citra itu, interpretasi kelurusan menunjukkan kemungkinan adanya retakan-retakan yang terbentuk di permukaan bumi wilayah itu. Kelurusan paling mencolok tentu saja garis hampir berarah timur-barat, yaitu jalur struktural Sesar Lembang. Namun selain itu, banyak kelurusan dapat diinterpretasi yang umumnya juga berarah barat-timur sejajar Sesar Lembang Di Perbukitan Dago (Bandung Utara), sekitar kota Lembang hingga lereng selatan jajaran G. Burangrang-G.Tangkubanparahu-G. Bukittunggul.

"Hipotesanya, apakah Belanda dan Jepang sengaja membangun ini sebagai upaya mitigasi dari gempa, mengingat fakta gua-gua itu masih berdiri tegar," kata Wisnu Agung.

Untuk mengetahui apakah gua-gua itu menyimpan fungsi lain seperti juga Gunung Sadahurip, kawasan Trowulan, Kawasan Batu Jaya dan lainnya, masih memerlukan riset lanjutan. Jika dinyatakan cukup, maka tahap coring adalah tahap yang harus dilalui sebagai uji scientific.                                           

Sementara, dari perkembangan riset Gunung Padang, Tim Katastropik Purba sudah melaporkan riset kepada tiga menteri terkait (Kemendikbud, Kemenristek, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.) Menurut rencana, pada 5 Maret mendatang Tim Katastropik Purba akan melaporkan hasil risetnya kepada jajaran Muspida Garut.

"Mengenai tahapan eskavasi kita berharap secepatnya, namun diharapkan insiatif itu akan secepatnya datang dari tiga kementerian dan Pemda setempat seperti aturan yang sudah berlaku," tandasnya.[ald]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Ini Susunan Lengkap Direksi dan Komisaris bank bjb

Selasa, 09 Desember 2025 | 17:12

UPDATE

Tiga Jaksa di Banten Diberhentikan Usai jadi Tersangka Dugaan Pemerasan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:59

Bakamla Kukuhkan Pengawak HSC 32-05 Tingkatkan Keamanan Maritim

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:45

Ketum HAPPI: Tata Kelola Sempadan Harus Pantai Kuat dan Berkeadilan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 05:05

11 Pejabat Baru Pemprov DKI Dituntut Bekerja Cepat

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:51

Koperasi dan Sistem Ekonomi Alternatif

Sabtu, 20 Desember 2025 | 04:24

KN Pulau Dana-323 Bawa 92,2 Ton Bantuan ke Sumatera

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:50

Mutu Pangan SPPG Wongkaditi Barat Jawab Keraguan Publik

Sabtu, 20 Desember 2025 | 03:25

Korban Bencana yang Ogah Tinggal di Huntara Bakal Dikasih Duit Segini

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:59

Relawan Pertamina Jemput Bola

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:42

Pramono dan Bang Doel Doakan Persija Kembali Juara

Sabtu, 20 Desember 2025 | 02:25

Selengkapnya