Velix Wanggai
Velix Wanggai
RMOL.Presiden SBY menyambut baik keinginan sejumlah tokoh Papua untuk bertemu dirinya demi membangun daerah paling timur Indonesia itu.
“Pak SBY sangat menghormati tokoh masyarakat Papua, seperti tokoh agama, adat, atau kelomÂpok bersuara kritis atau berlawaÂnan dengan platform negara Indonesia,†ujar Staf Khusus PreÂsiden Bidang Otonomi Daerah, Velix Wanggai, kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, sebanyak 15 Tentara Nasional Papua-OrgaÂnisasi Papua Merdeka (TNP-OPM) menemui Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso, Rabu (15/2). Tujuannya agar difasilitasi bertemu dengan Presiden SBY untuk membahas pembangunan Papua.
Velix Wanggai selanjutnya mengatakan, Presiden melihat semua elemen tersebut sebagai anak-anak bangsa yang memiliki semangat, pandangan dan aspiÂrasi untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan.
“Presiden selalu terbuka deÂngan siapa saja, termasuk tokoh Papua untuk bertukar pikiran. Dua bulan terakhir ini, Pak SBY menjalin heart to heart talk deÂngan tokoh-tokoh Papua terutama dari kalangan agama dan aktivis lembaga swadaya masyarakat,†paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Artinya Presiden bersedia berÂtemu dengan mereka?
Pintu berbicara dengan siapa saja terbuka dengan berbagai kelompok-kelompok strategis Papua. Tentunya dengan sistem kelembagaan pemerintah, ada Wapres, Menko, Menteri teknis maupun Unit Percepatan PembaÂngunan Papua dan Papua Barat (UP4B).
Pak SBY berikhtiar untuk meÂletakkan solusi permanen, komÂprehensif dan fundamental bagi Papua. Sekarang dan ke depan, Presiden dan semua elemen peÂmerintahan menjalankan kebijaÂkan komunikasi yang konstruktif.
Kenapa OPM meminta difaÂsiÂlitasi DPR?
Kami menghormati langkah pihak-pihak kelompok Papua yang meminta difasilitasi DPR. Sebagai lembaga wakil rakyat, sangat wajar saudara-saudara kita dari Papua menyuarakannya ke DPR. Apalagi, di DPR ada juga Tim Evaluasi Otsus Aceh dan Papua.
Saya ingin tekankan bahwa meÂnangani Papua adalah tangÂgung jawab kolektif kita semua. Tidak hanya eksekutif, namun juga legislatif, yudikatif, terÂmaÂsuk Mahkamah Konstitusi.
OPM menilai pembangunan di Papua gagal, apa tanggapan Presiden?
Presiden sangat sadar bahwa membangun Papua penuh dengan segala kompleksitas dan karakter sosial yang spesifik. Ketika menÂdapatkan amanah sejak 2004, pemerintah dihadapkan dengan warisan masa lalu yang perlu diselesaikan.
Berarti meÂnyalahkan pemeÂrinÂtaÂhan maÂsa lalu?
Kita tidak bisa menyalahkan peÂmerintahan masa lalu. Setiap kebijakan dan kendala selalu ada konteks yang menyertainya. Dalam 100 hari pertama, SBY menyelesaikan Peraturan PemeÂrintah Nomor 54 tahun 2004 tentang Majelis Rakyat Papua (MRP).
Hal tersebut seÂbaÂgai hadiah NaÂtal bagi rakyat PaÂpua. MRP meÂruÂpakan lemÂbaga vital daÂlam pengelolaan Otonomi KhuÂsus sebagai representasi kultural rakyat Papua.
Apa itu saja yang dilakukan?
Tidak. Sejak awal 2005, PreÂsiÂden mengubah pendekatan secuÂrity menjadi prosperity approach. Perubahan ini mengandung makna yang mendalam bagi seÂtiap kebijakan yang ditempuh di Papua.
Apa kebijakan lainnya?
Sejalan dengan perubahan penÂdekatan pembangunan bagi Papua, pemerintah menganggap kebijakan dasar kita adalah PaÂyung Otonomi Khusus. Ini sebaÂgai desentralisasi asimetris keÂpada rakyat Papua yang berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
Kewenangan yang luas dan didukung pendanaan yang besar, baik dana otonomi khusus, dana perimbangan maupun dana sekÂtoral lainnya. Sejak 2005 hingga 2012, pemerintah menekankan desentralisasi fiskal yang meÂningkat bagi Papua.
Tetapi, kenapa masyarakat PaÂpua masih belum merasakan kebijakan tersebut?
Berbagai macam yang kita lakuÂkan itu sebagai wujud penÂdekatan kesejahteraan yang kita genjot. Hak-hak rakyat Papua harus terjawab dengan dana yang besar tesebut. Namun pemerintah sangat menyadari ada simpul-simpul yang perlu diperbaiki, apakah di level pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Apa siap memaparkan haÂdirÂnya UP4B?
Di sinilah pentingnya unit khusus di bawah Presiden yang menangani Papua detik demi detik secara konsisten dan meÂnyeluruh. Saat ini, kita berupaya untuk mengoreksi langkah-langkah yang mungkin kurang tepat selama ini.
Makanya langkah pertama UP4B memperbaiki aspek perenÂcanaan antar level pemerinah mauÂÂpun antar kementerian/lemÂbaga. Di sini kita padukan renÂcana sektoral dan regional.
Kemudian memperkuat keterÂpaÂduan dan sinkronisasi sumber-sumber lintas pembiayaan agar sesuai dengan kebutuhan nyata rakyat Papua. Selanjutnya memÂperkuat evaluasi dan pengendaÂlian pembangunan.
Bagaimana caranya?
Setiap tahun kita membuat muÂsyawarah perencanaan khusus bagi Papua. Sejak 11-18 Februari 2012, tim UP4B sedang keliling Papua dan Papua Barat untuk mengadakan forum khusus muÂsyawarah itu per kluster wilayah di Papua.
Untuk melengkapi langkah-langkah itu, UP4B membangun dialog dengan kelompok-kelomÂpok strategis Papua, bahkan dari kelompok OPM. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26
Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01
Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48
Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06
Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17
Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16
Senin, 22 Desember 2025 | 17:57
UPDATE
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:57
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:33
Minggu, 28 Desember 2025 | 03:13
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:59
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:36
Minggu, 28 Desember 2025 | 02:24
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:58
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:34
Minggu, 28 Desember 2025 | 01:19
Minggu, 28 Desember 2025 | 00:54