Berita

supardi adiwijaya

Kabar Pena

KABAR PENA

Bangkitlah, Pak Pardi!

JUMAT, 10 FEBRUARI 2012 | 11:50 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Sepanjang pekan ini, ruang redaksi kami terasa beda. Ada guratan kekhawatiran yang mendalam. Ya, tak bisa mengelak, duka merundung. Sebabnya, kabar bahwa redaktur senior kami yang berdomisili di Belanda, Supardi Adiwijaya, mengalami serangan jantung dan tak sadarkan diri dalam perawatan medis sejak awal pekan.

Pertolongan pertama yang diberikan oleh rekan-rekannya di Belanda tak mendapat hasil. Kabar yang kami terima dari pihak keluarga di Belanda, duka berawal di hari Minggu (5/2). Pak Pardi, demikian Beliau selalu kami sapa, yang selalu enerjik meski usianya sudah kepala tujuh, sedang memacu staminanya di lapangan badminton.

"Tiba-tiba jantung bapak berhenti berdenyut. Pertolongan pertama yang diberikan oleh rekan-rekan sesama pemain badminton tidak berhasil," ujar putrinya, Agustina Supardi, mengabarkan dari Belanda, beberapa saat lalu. Kata teman-temannya yang jadi lawan main, jantung Pak Pardi sempat berhenti beberapa menit.


Pada Selasa (7/2), redaksi mendapat kabar dari rekan Beliau sesama jurnalis dari Radio Nederland, Bari Muchtar, yang menyatakan, kondisi Pak Pardi tidak mengalami perkembangan berarti.

"Dia masih koma. Mari doakan yang terbaik untuk Beliau," demikian Bari.

Agustina menceritakan, sepuluh menit setelah serangan jantung di lapangan badminton, ambulan tiba. Pak Pardi segera diberikan pertolongan dengan Cardioversi (shock listrik) hingga 9 kali, barulah jantung Bapak Supardi mulai berdenyut kembali. Dalam keadaan koma, segera dilarikan ke UGD Rumah Sakit VU Amsterdam.

Pertolongan yang cepat dari tim medis menganalisa bahwa telah terjadi penyumbatan pembuluh darah di jantung Pak Pardi. Segera dilakukan dotter dan pemasangan stent pada dua tempat di pembuluh darah jantung yang tersumbat tersebut. Badan pria kelahiran Jakarta tahun 1941 itu didinginkan selama 24 jam untuk mengurangi kerusakan pada organ tubuh. Setelah itu segera dipindahkan ke Unit Intensive Care di Zaans Medical Center, Zaandam, dimana pria necis yang sejak 1962 meninggalkan Indonesia itu berdomisili.

Tiga hari dalam perawatan intensif, Pak Pardi masih tetap dalam keadaan koma. Rabu pagi tanggal 8 Februari (waktu setempat) dilakukan dua kali pemeriksaan reflex system urat syaraf, ternyata tetap tidak ada reaksi apa-apa. Para dokter di Zaans Medical Centrum berpendapat telah terjadi apa yang dinamakan “hersen dood” (kematian otak). Dengan demikian tidak ada kemungkinan pemulihan fungsi sistem urat syaraf kembali, meskipun perawatan dilanjutkan. Maka perawatan akan dihentikan setelah tanggal 9 Februari setelah Hani, anak bungsu dari "orang tua kami" itu tiba dari Indonesia.

Kabar terakhir, Kamis siang (9/2) pukul 14.00, semua perawatan terhadap Supardi Adiwijaya dihentikan. Meskipun demikian, hingga pukul 17.00 sore waktu Belanda, Beliau masih bernafas.

Aliran doa dari seluruh awak Rakyat Merdeka terus menerus menghampiri Pak Pardi dan keluarga di Belanda. Kami memang merindukan koreksi-koreksi tajam yang hampir setiap hari diutarakannya via telepon. Dalam tiap kesempatan itu, tidak pernah tidak, Pak Pardi menegaskan, "Saya terus pantau dari sini, tetap semangat ya!"

Pengawasan Pak Pardi yang terus menerus dari jarak ribuan kilometer, membuat kami para juniornya senantiasa terjaga. Di belahan bumi sana, ada pria tua necis yang tidak pernah putus memberikan inspirasi dan teladan.

Keteguhan sikap yang pasti tertangkap dengan mudah oleh siapapun yang pernah bertemu dengannya, membuat kami di sini percaya, Pak Pardi akan bangkit dari sakitnya. Setidaknya hingga hari ini, harapan itu masih ada. Amin.[***]

Populer

Masih Sibuk di Jogja, Pimpinan KPK Belum Tahu OTT di Lampung Tengah

Selasa, 09 Desember 2025 | 14:21

Pura Jadi Latar Film Porno, Hey Bali: Respons Aparat Dingin

Selasa, 09 Desember 2025 | 21:58

Kebun Sawit Milik POSCO Lebih dari Dua Kali Luas Singapura

Senin, 08 Desember 2025 | 19:12

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Aliran Bantuan ke Aceh

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:08

Korban Bencana di Jabar Lebih Butuh Perhatian Dedi Mulyadi

Sabtu, 06 Desember 2025 | 04:44

Bangun Jembatan Harapan

Minggu, 07 Desember 2025 | 02:46

UPDATE

Kapolda Metro Buka UKW: Lawan Hoaks, Jaga Jakarta

Selasa, 16 Desember 2025 | 22:11

Aktivis 98 Gandeng PB IDI Salurkan Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:53

BPK Bongkar Pemborosan Rp12,59 Triliun di Pupuk Indonesia, Penegak Hukum Diminta Usut

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:51

Legislator PDIP: Cerita Revolusi Tidak Hanya Tentang Peluru dan Mesiu

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:40

Mobil Mitra SPPG Kini Hanya Boleh Sampai Luar Pagar Sekolah

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:22

Jangan Jadikan Bencana Alam Ajang Rivalitas dan Bullying Politik

Selasa, 16 Desember 2025 | 21:19

Prabowo Janji Tuntaskan Trans Papua hingga Hadirkan 2.500 SPPG

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Trio RRT Harus Berani Masuk Penjara sebagai Risiko Perjuangan

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:54

Yaqut Cholil Qoumas Bungkam Usai 8,5 Jam Dicecar KPK

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:47

Prabowo Prediksi Indonesia Duduki Ekonomi ke-4 Dunia dalam 15 Tahun

Selasa, 16 Desember 2025 | 20:45

Selengkapnya