RMOL.Pria berkumis rapi itu berdiri di samping Harley Davidson ULH warna merah tahun 1936. Kaki kanannya menekan pedal starter, motor besar buatan Amerika itu pun menyala. Suara bergemuruh keluar dari knalpot yang ceper di bagian ujung saat gas diputar.
Pria itu adalah Wakil Kepala Polri Nanan Soekarna. Saat menghadiri acara pertemuan penggemar motor besar di Parkir Selatan Senayan, Jakarta, September lalu, penampilan orang nomor dua di kepolisian terlihat berbeda.
Dandanan jenderal bintang tiga itu bak biker. Ia mengenakan kaos merah panjang dan celana jeans motif abu-abu. Rompi dengan emblem Harley Davidson meÂlapisi dadanya.
Nanan yang pernah jadi kanÂdidat kapolri pengganti Bambang Hendarso Danuri juga tak lupa mengenakan aksesoris dompet rantai, sabuk kulit berkepala beÂsar, sepatu kulit runcing dan kaca mata hitam.
Nanan memang penggemar dan penunggang motor besar. Ia terpilih menjadi ketua umum Harley Davidson Club Indonesia (HDCI) periode 2011-2016.
Hobi Nanan terhadap motor besar dipersoalkan kalangan waÂkil rakyat. Saat rapat kerja dengan jajaran Polri, Rabu lalu (1/2) angÂgota Komisi III DPR Trimedya Panjaitan “menyerang†Nanan lantaran dianggap memiliki hobi mewah.
“Semua (hobi) yang mahal-mahal. Kalau bahasa Pak Busyro (pimpinan KPK) menyatakan hedonis, itu hobi yang hedonis seÂmua. Mana ada Harley yang harÂganya Rp 20 juta,†kata Trimedya Panjaitan dalam rapat di DPR, Jakarta, Rabu (1/2).
Selain menjabat ketua umum HDCI, Nanan juga menjadi ketua umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Ketua Umum PerÂsaÂtuÂan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin).
Melihat banyaknya jabatan yang dipegang Nanan di luar keÂdinasan, Trimedya lalu mempÂeÂrÂtanyakan tugas Nanan sebagai Wakapolri. Menurut dia, tugas Wakapolri sangat banyak karena mengurusi internal institusi.
“Saya nggak tahu apakah WaÂkapolri punya waktu yang besar untuk mengurusi itu semua,†sindirnya.
Anggota Komisi III lainnya, Achmad Basarah menganggap hobi Nanan Sukarna ini jelas melukai perasaan masyarakat banyak. Kebiasaan mengendarai motor besar mewah juga bisa memunculkan kecurigaan.
“KaÂlau sudah demikian akan muncul pertanyaan berikutnya dari mana Nanan memperoleh uangnya?†kata dia.
“Hobi moge Wakapolri bisa meÂnyulut kecurigaan publik bahwa Wakapolri tersebut hidup bermewah-mewah karena HD (Harley Davidson) adalah motor dengan harga ratusan juta rupiah per unitnya,†sambung politisi PDIP ini.
Menurut Basarah, kalau meliÂhat besaran gaji Wakapolri tak cukup untuk bisa membeli motor mewah tersebut. Tapi mungkin saja, motor itu dibeli dari uang taÂbungan dan usaha yang halal.
“Saat ini adalah situasi di mana semua pejabat negara harus selalu mawas diri dan hati-hati dalam tindak tanduk dan berperilaku di tengah masyarakat agar tidak menimbulkan penilaian buruk yang dapat berimplikasi terhadap citra lembaga yang dipimÂpinÂnya,†kata Sekretaris Fraksi PDIP ini.
Basarah menyarankan Nanan untuk fokus terhadap tugasnya sebagai Wakapolri dan menangÂgalkan semua jabatan di luar keÂdinasan. “Sebaiknya fokus menÂjalankan tugasnya sebagai WaÂkapolri karena saat ini Polri seÂdang menghadapi tantangan yang maha berat dan tidak mudah,†tegasnya.
Tantangan itu yakni menÂciÂpÂtaÂkan rasa aman di masyarakat. Belakangan ini di sejumlah daeÂrah terjadi tindakan anarkis yang menyebabkan jatuh korban jiwa maupun harta benda. Kepolisian nyaris tak bisa mencegahnya.
Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane juga mengritik hobi mewah WakaÂpolri. “Bisa muncul pertanyaan dari mana membeli moge?†katanya.
Ia juga mempersoalkan dudukÂnya Nanan sebagai ketua umum HDCI. “Tentu akan menjadi perÂtanyaan, pantaskah polisi yang gajinya kecil itu punya moge dan menjadi ketua organisasi moge. Bukankah hobi moge itu hobinya kalangan jet set, apakah polisi yang bergaji kecil itu mulai berÂgaya jet set,†ujar Neta.
“Itu Semua Amal Ibadahâ€
Bagaimana Nanan menangÂgapi kritik atas hobinya naik Harley Davidson? Baginya hobi ini tidaklah mewah. Kata dia, suka berkendara terhadap motor beÂsar tak berarti harus memilikinya.
“Apakah saya harus punya motor (Harley Davidson)? Punya teman saya. Saya bisa pinjam. Tidak bisa kebeli (oleh) saya,†kata Nanan.
Nanan mengaku memiliki sebuah Harley Davidson yang keÂrap dipakai saat klubnya mengÂgelar acara. Motor itu keluaran tahun 1980-an. “Tapi meskipun keluaran lama, kondisinya masih bagus. Karena saya rajin untuk merawatnya,†tuturnya.
Ia menjadi ketua perkumpulan Harley Davidson karena posisi ini dianggap memiliki hubungan deÂngan tugasnya sebagai polisi.
Sebagai ketua umum HDCI, Nanan bisa mengimbau kepada anggotanya untuk melengkapi kendaraan motor gede miliknya dengan surat-surat resmi. SeÂhingÂga ke depan, tidak ada lagi motor gede bodong atau illegal.
Nanan juga berupaya meÂnerÂtibÂkan para pengendara motor beÂsar. Selama ini, pengendara motor kerap memakai pengawalan saat konvoi. Sirene dari pengawalan itu membuat bising sepanjang jaÂlan yang dilalui. Selain itu, peÂngendara motor kerap kebut-keÂbuÂtan dan bersikap arogan terÂhaÂdap pengguna jalan lainnya.
“Slogan saya menjadi Ketua HDCI adalah no accident dan no complain. Tujuannya yakni kami ingin pengguna motor gede juga menjadi teladan bagi masyarakat. Kalau masih ada pengguna motor gede yang melanggar lalu lintas, silakan laporkan dan akan saya tindak,†tegasnya.
Nanan juga mencoba meÂnguÂbah kesan eksklusif yang selama ini melekat pada pengendara moÂtor gede. Para penggemar hobi ini bisa diarahkan ke hal lebih poÂsitif. Misalnya kegiatan sosial dan kemanusiaan.
“Kita ini organisasi hobi, makaÂnya mari tinggalkan pangÂkat dan jangan sampai HDCI dipolitisir. Kalau bisa berguna buat masyarakat kenapa tidak? Itu kan semua amal ibadah. Saya tidak digaji lho,†tuturnya.
Nanan juga berdalih bahwa posisinya sebagai ketua umum PerÂbakin juga memiliki hubuÂngan dengan tugas kepolisian. “Itu semua ada hubungannya deÂngan kepolisian yang nanti erat kaitannya dengan penertiban senjata api,†jelasnya.
Semua aktivitas di berbagai organisasi hobi itu, kata dia, sepengetahuan Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Lantas bagaiÂmaÂna Nanan membagi waktu tugas dengan hobi? Pria kelahiran PurÂwakarta 30 Juli 1955 mengatakan semua aktivitas hobi dilakukan di luar waktu dinas.
“Saya tidak pernah melakukan kegiatan dalam jam kerja, kadang malah sampai pukul 21.00-22.00 WIB dan biasanya saya lakukan pada libur kerja atau hari Minggu. Setiap kegiatan juga seizin KaÂpolri walaupun di luar jam kerja,†katanya.
Bekas Irwasum Polri ini menuÂturÂkan sudah memiliki ketertaÂriÂkan terhadap motor besar sejak remaja. “Waktu kecil. Saat orang tua lagi tidur, diam-diam saya coba bawa motor Harley. Tapi keÂmudian motornya jatuh. Kan beÂrat. Tapi dari situ saya malah seÂmakin menarik untuk meÂnaikiÂnya,†kenangnya.
DPR Juga Pernah Disindir Hedonis
Busyro Muqoddas saat maÂsih menjabat ketua Komisi PemÂberantasan Korupsi (KPK) pernah menyindir gaya hidup hedonis para pejabat. Kritik itu mengarah kepada politisi DPR yang kini mempersoalkan hobi Wakapolri Nanan Soekarna menunggang Harley Davidson.
“Mereka sangat perlente. Mobil dinas saja Crown Royal Saloon yang jauh lebih mewah dari mobil perdana menteri neÂgeri tetangga. Mereka lebih menÂcerminkan politisi yang pragÂmatis-hedonis,†kritik Busyro.
Sentilan itu disampaikan BusyÂro dalam pidato kebudayaÂan di Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Kamis 10 November 2011. Gaya hidup hedonis, lanjut dia, sangat terkait dengan korupsi.
Sentilan Busyro itu disambut sejumlah kalangan. Politisi muda Golkar, Indra J Piliang, meÂnyebutkan bahwa gaya hiÂdup pejabat sekarang kontras deÂngan gaya hidup pendiri negeri.
“Anggota DPR sekarang punya mobil sekian miliar, Alphard segala macam. Selalu ada kaitannya dengan materi. Sementara materi adalah hal yang dihindari para pahlawan. Bandingkan,†kata Piliang.
Ia menyebut sejumlah pahÂlawan, seperti Agus Salim, yang sama sekali tidak mempunyai mobil. Tidak pernah bergeÂliÂmang harta tapi dihormati. BahÂkan sampai kini.
Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD mengimbau angÂgoÂta DPR yang bergaya hidup mewah untuk lebih berempati keÂpada rakyat yang mereka waÂkili. “Banyak cara hidup yang tidak pantas di tengah rakyat yang mau cari makan saja maÂsih susah,†kata Mahfud.
Mahfud mengakui banyak juga anggota DPR yang sudah kaya sebelum mereka dilantik menÂjadi wakil rakyat. Tapi, imÂbuhÂnya, tak sedikit juga yang kaya mendadak setelah menjabat.
“Misalnya sekarang rumahÂnya tiba-tiba jadi lima dan diÂatasÂnamakan orang lain. MobilÂnya begitu banyak, pegang saÂham di sana-sini, menampilkan gaya hidup yang berlebihan,†ujar Mahfud yang juga bekas anggota DPR.
Gaya hidup mewah sebagian anggota DPR, kata Mahfud, bisa memicu tindakan korupsi. “Korupsi dalam arti hukum itu mengambil uang negara dengan memperkaya diri sendiri deÂngan cara-cara melawan huÂkum. Tapi banyak juga korupsi yang nonkonvensional,†kata Mahfud.
Foke Ngaku Cuma Merawat Warisan
Koleksi Mobil Antik
Tidak banyak yang tahu kalau GuÂbernur DKI Jakarta Fauzi Bowo memiliki hobi mengolekÂsi mobil-mobil antic. Bahkan pria yang akrab Foke ini tak pernah absent menghadiri paÂmeÂran mobil antik yang digelar setiap tahun.
Lantaran hobinya ini, Foke didapuk menjadi penasihat Indonesia Classic Car Owners Club (ICCOC), organisasi peÂmilik mobil antik.
Walaupun diketahui mengoÂleksi mobil antik, Foke enggan mengungkapkan mobil-mobil apa yang dimilikinya. Menurut dia, mobil-mobil itu merupakan warisan keluarga.
“Saya memang jadi tukang rawat mobil-mobil yg pernah dipakai oleh keluarga saya, muÂlai dari kakek sampai yg ada seÂkarang,†kata pria berkumis ini.
Beberapa mobil koleksinya sempat ditawar dengan harga tinggi. Tapi dia menolak meleÂpasnya. “Saya kurang paham apaÂkah ini bisa dinilai sebagai investasi atau tidak,†tambahnya.
Saat menyaksikan pameran mobil klasik 4th Otoblitz InterÂnational Classic Car Show taÂhun 2010 lalu, Foke sempat memperhatikan mobil Porsche 911 R Classic. Buatan yang bodinya dicat kuning ini buatan 1972. Kabarnya, saat kuliah di JerÂman, Foke pernah menungÂgangi mobil ini.
Foke menjanjikan mobil-moÂbil klasik ini akan tetap menÂdaÂpat tempat. “Mereka tidak membutuhkan keistimewaan. Tapi yang pasti, karena ini meÂnyangkut sejarah, tentu kita akan usahakan semua bisa lesÂtari,†katanya.
“Untuk standar emisi, kita punya. Bahkan di California yang ketat kalau berurusan deÂngan emisi saja mobil klasik masih bisa lestar. Tentu disini juga bisa,†tambahnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17