Berita

silalahi di depan puing kiosnya

Korban Gusuran Tebet Barat: Kami Mau Dibina, Bukan Dibinasakan!

RABU, 11 JANUARI 2012 | 11:14 WIB | LAPORAN: ALDI GULTOM

RMOL. Bapak penjual koran berusia 50-an itu duduk di depan puing kios kecilnya yang kemarin dibongkar puluhan petugas Satpol PP. Silalahi, tampak mengisi waktu dengan mengisi teka-teki silang di halaman koran. Mimik warga Rusun Berlian Kelurahan Tebet Barat, Jakarta Selatan itu, masih sendu.

"Saya sudah 10 tahun lebih berjualan disini, kemarin dibongkar paksa. Sampai sekarang saya enggak tahu mau dagang dimana lagi. Saya cuma mau makan," tutur Silalahi kepada Rakyat Merdeka Online, saat menemuinya Rabu pagi tadi di bawah puing-puing kios yang sudah hampir seluruhnya rubuh. Silalahi masih menggelar koran-koran di atas meja kayu reyot.

"Mau gimana lagi, seadanya sajalah. Kalau enggak begini saya mau dapat uang darimana," imbuhnya mengeluh.


Kemarin pagi, atas instruksi dari Walikota Jakarta Selatan ke pihak Kecamatan Tebet dan Lurah Tebet Barat sebagai eksekutornya, kios Silalahi bersama 13 kios usaha lainnya di pinggir Jalan Tebet Raya dihancurkan pemerintah setempat dan aparat ketertibannya.

Pembongkaran dipimpin langsung oleh Lurah Tebet Barat, Mardi Youce, dengan dibantu sekitar 50 pasukan Satpol PP. Menurutnya, batas waktu pembongkaran sendiri memang tepat  10 Januari. Dia mengatakan, pembongkaran tersebut mendasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Penertiban Umum.

Nyaman, salah seorang pemuda Rusun Berlian, yang berada tak jauh dari kios Silalahi masih menahan kegeramannya atas tindakan sepihak aparat kemarin.

"Dari bulan Juli sampai Desember terjadi musyawarah di kantor Walikota. Sebanyak tiga kali saya ikut, tak satu kalipun Walikota hadir dan jelaskan ke kami soal alasan penggusuran dan tidak sekalipun pemerintah setempat cari solusi buat kami untuk menyambung hidup," kata Nyaman dengan ekspresi marah di wajahnya.

Tiga kali surat peringatan dari pemerintah tak pernah dihiraukan para pemilik kios yang seluruhnya adalah warga asli Tebet Barat, penghuni Rusun Berlian. Para pedagang adalah korban kebakaran tahun 1996 yang melahap rumah tempat mereka tinggal. Rusun Berlian didirikan sebagai solusi untuk warga tinggal dengan menyewa.

"Tanah tempat berdirinya kios ini adalah untuk menyambung uang kontrak kami tiap bulannya. Dan ini dari dulu adalah bagian dari lahan pemukiman yang terbakar. Jangan tanya kami ini tanah milik siapa, karena kami pasti dikalahkan pemerintah. Yang jelas kios-kios ini adalah sumber nafkah kami," tuturnya.
 
Dia katakan, pedagang tak pernah ikuti instruksi pembongkaran oleh Walikota karena Lurah Tebet Barat pun tidak pernah memberikan solusi mau dikemanakan warga yang kehilangan kiosnya.

"Jadi kami memutuskan untuk bertahan disini, membangun lagi yang sudah dirubuhkan dan berusaha lagi cari duit untuk sehari-hari," ucapnya.

Rasimin, pria tua usia 60 tahunan yang mengaku sudah tinggal di pemukiman Tebet Barat sejak tahun 1959, mengaku sudah menempati tanahnya sejak pemindahan besar-besaran masyarakat oleh pemerintah dari kawasan Senayan ke Tebet karena ada pembangunan komplek olahraga terbesar kala itu.

"Saya warga asli, cari makan disini dari tahun 1959. Saya sudah disini dari zaman Bung Karno, kok bisa sekarang digusur gitu aja tanpa kejelasan nasib, mau kemana cari duit," ungkapnya.

"Saya yakin tanah itu punya Tuhan, dan digunakan negara untuk menyejahterakan rakyatnya. Itu ada di UUD 45. Nah, pemerintah enggak mengerti itu," timpal Nyaman yang mendampingi Pak Rasimin berjualan koran.

Nyaman meminta pemerintah memberikan solusi setelah warga kehilangan kios. Dia tegaskan, warga tak masalah bila harus dibina pemerintah setempat asalkan tetap bisa mendapatkan penghasilan untuk menyambung hidup. Sampai saat ini, warga masih bergantung pada usaha yang sudah dibangun lebih dari 10 tahun itu.

"Kami selalu bayar listrik disini, bayar pajak, enggak pernah ganggu lalu lintas. Kalau kami harus dibina kami mau. Kami mau dibina, bukan dibinasakan," lontar Nyaman. [ald]

Populer

Mahfud MD soal Bencana Sumatera: Menyuruh Pejabat Mundur Tidak Relevan

Rabu, 10 Desember 2025 | 05:53

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Tunjuk Ara di Depan Luhut

Senin, 15 Desember 2025 | 21:49

Makin Botak, Pertanda Hidup Jokowi Tidak Tenang

Selasa, 16 Desember 2025 | 03:15

UPDATE

Bahlil: Jangan Uji NYali, Kita Nothing To Lose

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:44

Bukan AI Tapi Non-Human

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:43

Usai Dicopot Ketua Golkar Sumut, Ijeck Belum Komunikasi dengan Doli

Sabtu, 20 Desember 2025 | 15:12

Exynos 2600 Dirilis, Chip Smartphone 2nm Pertama di Dunia

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:52

Akui Kecewa Dicopot dari Ketua DPD Golkar Sumut, Ijeck: Mau Apalagi? Kita Terima

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:42

Bahlil Sentil Senior Golkar: Jangan Terlalu Lama Merasa Jadi Ketua Umum

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:22

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

Sekretaris Golkar Sumut Mundur, Ijeck Apresiasi Kesetiaan Kader

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:06

Dana Asing Banjiri RI Rp240 Miliar Selama Sepekan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:01

Garda Satu dan Pemkab Tangerang Luncurkan SPPG Tipar Raya Jambe

Sabtu, 20 Desember 2025 | 13:38

Selengkapnya