RMOL. Hampir empat bulan Sugeng Joko Sabiran tak bertegur sapa dengan Sofjan Jacoeb. Keduanya kerap berpapasan usai Sofjan bermain tennis meja (pingpong) di Gedung Serba Guna (GSG) All Star di Perumahan Taman Resort Mediterania, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara.
Joko yang akrab disapa Ronny ini tak hanya terlibat perang diÂngin dengan Sofjan yang pernah jadi kapolda Metro Jaya. Tapi perÂseteruan mereka sudah sampai saling lapor polisi.
Ronny adalah kepala keamaÂnan Perumahan Taman Resort MeÂditerania. Sementara, Sofjan adalah penghuni perumahan keÂlas atas ini.
“Tempat bermain tenis meja berada di belakang kantor sekuriti ini. Dari sini pun bisa terlihat geÂdung tenis meja. Kami sering berÂpapasan, hanya tidak saling teÂgur,†kata Ronny yang ditemui Rakyat Merdeka, Selasa lalu di kantor sekuriti yang berbentuk ruÂmah panggung ini.
Tepat di belakang kantor itu meÂmang terdapat bangunan yang bentuknya memanjang. Inilah GSG All Star yang biasa diguÂnakan untuk bermain tenis meja.
Perseteruan antara Ronny dan Sofjan mencapai puncaknya pada 3 Agustus lalu. Menurut Ronny, saat itu ada seorang teman Sofjan yang hendak bermain tenis meja di GSG sekitar pukul 16.15 WIB.
Kasman dan Ponijan, dua petuÂgas keamanan mencegah dia maÂsuk karena tak tahu identitas tamu tersebut. Tindakan ini diambil unÂtuk mencegah hal-hal yang tak diÂinginkan. Kebetulan saat itu bulan puasa.
Lantaran dilarang masuk, tamu tersebut lalu menghubungi SofÂjan. Tak lama, Sofjan mendatangi kantor sekuriti. “Dia marah dan meÂngeluarkan pistol sambil biÂlang, ‘Saya tembak kamu’ ke peÂtugas jaga,†kata Ronny.
Setelah itu Sofjan menuju ke geÂÂdung tempat bermain tenis meja. Masih menurut Ronny, seÂÂbelum masuk Sofjan pergi ke laÂpaÂngan di samping gedung pingÂpong. Di situ dia memÂbuang emÂpat tembakan ke udaÂra. “Itu diÂsakÂsikan banyak warÂga,†kata Ronny.
Menurut Ronny, setelah berÂmain pingpong Sofjan bersama temannya kembali mendatangi kantor sekuriti pada pukul 20.45 WIB. Ronny pun datang ke situ untuk meminta maaf dan meÂngaÂjak berjabat tangan, tapi ditolak. “Malah mengancam ambil meÂnoÂdongkan pistol dan meÂngeluarkan kata kasar,†tuturnya.
Aksi bak koboi itu lalu dilaporÂkan Ronny ke Polda Metro Jaya. Surat laporan bernomor TBL/2753/VIII/2011/PMJ/Dit.ResÂkrim.Um dibuat tanggal 8 AgusÂtus 2011. Sofjan dituduh meÂlangÂgar Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dan UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951.
Sebagai barang bukti, Ronny menyertakan empat selongsong peluru kaliber 7,62 mm yang diÂpungut dari lokasi kejadian.
Benarkah Sofjan mengumbar tembakan? Pensiunan polisi deÂngan pangkat terakhir komisaris jenderal ini membantahnya. Ia meÂngaku tak kenal dengan Ronny yang melaporkan dirinya ke Polda Metro Jaya.
“Saya sebenarnya tidak mau urus masalah ini. Ini masalah seÂpele, picisan, bukan level saya. Apa yang sedang ramai ini, hanya dibesar-besarkan dan bohong belaka,†ujar pria kelahiran LamÂpung, 31 Mei 1947 ini.
Menurut Sofjan, cerita mengeÂnai dirinya terlibat percekcokan dengan petugas sekuriti dan meÂngeluarkan pistol maupun senjata tajam, tidak benar.
Bagaimana dengan selongsong peluru yang kini sudah ada di taÂngan penyidik? Sambil terÂseÂnyum, Sofjan menuturkan, diriÂnya merupakan bekas perwira poÂlisi jadi paham betul tentang suatu perkara.
“Misalnya begini, Anda sedang jalan tiba-tiba diperiksa dan diteÂmukan sebungkus ganja di kanÂtong Anda yang sebelumnya tiÂdak ada. Saya tidak menembak, mana mungkin ada selongsong peluru. Tanya saja darimana seÂlongsong peluru itu?†imbuhnya.
“Sebenarnya saya tidak ingin memperpanjang masalah ini. Tapi karena saya terus disudutkan, saya sudah meminta Polsek PenÂjaringan agar meneruskan lapoÂran yang pernah saya buat ke PolÂda Metro Jaya. Biar diproses seÂkalian,†kata Sofjan.
Tapi menurut Ronny, Sofjan-lah yang lebih dulu melapor diriÂnya ke polisi. “Setelah dipanggil dan tidak ada barang bukti, giliÂran saya yang melaporkannya ke Polda Metro Jaya,†kata dia.
“Ini puncaknya. Sebagai kepaÂla keamanan, saya bertanggung jawab atas yang menimpa para anak buah. Akhirnya saya manÂtapkan niat untuk melaporkan,†katanya.
Ronny menuturkan bukan lagi ini anak buahnya mendapat perÂlaÂkukan kurang mengenakkan dari Sofjan. Pada Maret lalu, Zanim, anak buah Ronny sempat dipukul dan diancam mau dihabisi.
Lagi-lagi, Sofjan menampik tuduÂhan itu. “Kalau saya dibilang mengancam dengan senjata, itu hanya mengada-ada. Bisa ditanya sekuriti mana yang saya ancam, yang saya katakan mau meÂnemÂbak dia,†kata dia.
Pintu Damai Tertutup, Polisi Periksa Saksi-saksi
Sugeng Joko Sabiran dan MocÂhammad Sofjan Jacoeb (MSY) hendak menyelesaikan persoalan ini secara keÂkeÂluarÂgaan. Tapi itu tak pernah terjadi. Polisi pun memutuskan memÂproses laporan dari kedua belah pihak.
Sugeng yang akrab disapa RonÂny mengaku sempat dinaÂsiÂhati penyidik Polda Metro Jaya agar menarik laporannya. PenyiÂdik itu juga menyampaikan bahÂwa Sofjan sudah menghubungi Polda Metro Jaya dan meminta perÂsoalan ini diselesaikan secara kekeluarga. “Sebagai manusia, tenÂtu sebaiknya harus bisa meÂmaafkan,†kata Ronny.
Tapi Ronny menginginkan perÂmintaan itu keluar dari mulut SofÂjan. “Kalau yang meminta langÂsung Pak Sofjan, mungkin bisa saja saya cabut laporan itu. Tapi ini bukan langsung dari yang berÂsangkutan, melainkan melalui peÂrantara Polda Metro.â€
Ditunggu hingga empat bulan, tak juga ada permintaan untuk menyelesaikan persoalan ini seÂcara kekeluargaan. Ronny pun meÂnutup pintu damai. Ia pun meÂminta laporannya diproses polisi.
Kapolda Metro Jaya Irjen UnÂtung S Rajab mengakui persoalan ini sempat hendak diselesaikan secara kekeluargaan. “Tapi dari pihak satu ada masalah, ya kita tinÂdak lanjuti,†katanya usai apel gelar pasukan operasi Lilin 2011 di Monas, kemarin.
Dalam menyelidiki kasus ini, polisi tidak hanya mengandalkan pengakuan dari saksi-saksi. “Bukti-buktinya juga kita lihat,†kata Kapolda.
“Untuk kasus dengan pelapor Sugeng, sudah ada 11 orang yang diÂperiksa sebagai saksi. Terdiri dari satpam dan warga,†ungkap Kepala Bidang Hubungan MaÂsyarakat Polda Metro Jaya KomÂbes Baharuddin Djafar, di MaÂpolÂda Metro Jaya, Rabu lalu.
“Mantan Kapolda belum diÂpangÂgil dan pemanggilan itu terÂganÂtung penyidik untuk meÂmangÂgilnya. Penyidik yang tahu kapan harus memanggil orang-orang yang terkait dengan itu,†jelasnya.
Baharuddin mengatakan piÂhakÂnya juga akan menyelidiki laporan yang dibuat Sofjan. “BerÂkas yang di Penjaringan ditarik ke Polda. Itu atas laporan MSY keÂpada seseorang. Dijadikan satu dengan laporan si sekuriti. Berkas MSY sudah ditarik kemarin,†kata dia.
Gara-gara Duit Iuran Pingpong
Gedung Serba Guna (GSG) All Star yang menjadi tempat Sofjan Jacoeb bermain tennis meja terletak persis di belakang kantor sekuriti Perumahan TaÂman Resort Mediterania.
Bentuk bangunannya meÂmanÂjang. Dindingnya dari temÂbok. Dinding bagian atas diÂpaÂsang kaca gelap. Atap gedung terÂbuat dari asbes.
Untuk masuk ke gedung haÂrus meniti beberapa anak tangÂga. Di dinding persis di ujung tangga terdapat prasasti dari granit hitam. Prasasti ini mengÂinÂformasikan bahwa gedung telah direnovasi kembali oleh YaÂyasan Taman Resort MediÂterania dan diresmikan tanggal 15 November 2009. Prasasti ditandatangani Ketua RW 08 Sujanto Intan dan Sofjan Jacoeb selaku ketua pembina yayasan.
Masuk ke dalam gedung terÂliÂÂhat ruangan mirip gelangÂgang olahraga. Empat meja teÂnis diÂleÂtakkan di tengah ruaÂngan. Meja tenis itu dikelilingi kursi penonton yang berÂbenÂtuk tribun.
“Ini memang fasilitas umum, tapi setahu saya gedung ini diÂbangun oleh Pak Jenderal (Sofjan). Jadi seluruh warga di sini boleh main setiap hari, pada waktu pagi dan malam,†jelas seorang pria yang mengaku penjaga gedung ini.
Sugeng Joko Sabiran, kepala seÂÂkuriti Taman Resort MeÂdiÂteÂraÂÂnia mengatakan pihaknya baÂnyak menerima keluhan dari warÂga bahwa gelanggang olahÂraga ini sering digunakan orang luar.
“GOR tenis meja ini sehaÂrusÂnya dipakai sebagai fasilitas warÂga kompleks. Tapi lebih seÂring digunakan warga dari luar. Setiap warga luar yang main diÂkenakan iuran,†katanya saat diÂtemui Rakyat Merdeka.
Sofjan mengaku memungut iuran dari anggota All Star tenis meja. Tapi ia membantah meÂngoÂmersialkan tempat ini.
“Uang itu pun sama sekali tidak masuk ke kantong pribadi saya, tetapi dipakai untuk biaya pemeliharaan gedung dan sewa pelatih,†katanya.
Sebab itu, dia heran kenapa itu dipersoalkan oleh pihak seÂkuÂriti. Sofjan justru kerap diperÂlaÂkukan tak enak oleh sekuriti.
Ia mencontohkan ketika mengÂgelar kejuaraan tenis meja All Star pada Mei lalu. MenÂjeÂlang penyelenggaraan, tiba-tiba pihak sekuriti melarang.
“Umbul-umbul dan spanduk yang saya pasang di sekitar komÂpleks tiba-tiba saja dicopot oleh pihak sekuriti. Ketika saya tanya, katanya disuruh penguÂrus RW dengan alasan tidak mendapatkan izin,†tuturnya.
Sofjan juga mengungkapkan, anggota All Star yang berada di bawah asuhannya juga kerap mendapat perlakukan tak meÂngenakkan dari sekuriti. MeÂreÂka yang bukan penghuni dilaÂrang bermain.
“Saat ditanya apa alasannya, kataÂnya tidak boleh. Sebab ada atuÂÂran warga luar tidak boleh main. Lama-kelamaan, saya jengÂkel juga dengan sikap itu. PaÂÂdahal sejak awal tidak ada laraÂngan tentang itu,†katanya. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17