RMOL. Bekas bendahara umum Partai Demokrat Muhammad Nazaruddin kembali melontarkan tuduhan. Kali ini, Ahmad Mubarok yang jadi sasarannya.
Menurut Nazaruddin, yayaÂsan yang didirikan anggota DeÂwan Pembina Partai Demokrat itu didanai dari hasil “main†angÂgaran di DPR.
Benarkah? Mubarok menamÂpik tuduhan itu. Menurut dia, keÂgiatan yayasan yang didirikannya tak pernah berurusan dengan anggaran negara. Kemarin, RakÂyat Merdeka berÂkunjung ke yaÂyaÂsan yang diÂdiÂriÂkan Mubarok. BeÂrikut liputannya.
Sari duduk di meja resepsionis gedung berlantai empat di Jalan KH Abdullah Syafei Nomor 12A, Tebet, Jakarta Selatan. Perhatian perempuan berambut panjang yang dicat kemerahan ini tertuju kepada BlackBerry yang dipegangnya.
Pandangannya baru beralih ketika Rakyat Merdeka meÂmaÂsuki gedung itu. “Mau bertemu siapa Mas?†tanya Sari.
Saat ditanyakan apakah MuÂbarok Institute berkantor di sini, dia membenarkan. “Kalau Pak Mubarok belum datang,†kata peÂrempuan berparas manis itu.
Menurut dia, biasanya MubaÂrok datang ke sini jam 11 sampai tiga sore. Mubarok selalu didamÂpingi seorang asisten.
Mubarok Institute menempati lantai dua gedung ini. Tapi perÂnak-pernik mengenai yayasan suÂdah terlihat di lobby di lantai dasar.
Di belakang meja Sari terdapat leÂmari pajang yang menempel di dinding. Semua raknya diisi buÂku-buku milik Mubarok Institute.
Lemari pajang lainnya terletak di seberang meja Sari. Juga meÂnempel di dinding dan diisi buku-buku Mubarok Institute. Buku-buku itu bertema psikologi.
Menjelang tangga naik terÂdaÂpat ruangan yang disekat deÂngan dinding dari kaca. Di dinÂding itu dipasang poster MuÂbarok InÂsÂtitute yang dilengkapi foto pendirinya.
Menurut Sari, gedung ini milik pengusaha Syam Prajoko. MuÂbarok Institute berÂkantor di sini seÂjak dua tahun lalu. “SeÂpeÂngeÂtahuan saya, Pak MuÂbaÂrok nggak membayar sewa geÂdung karena beliau teman dekat Pak Syam,†katanya.
Masih menurut dia, kantor MuÂbarok Institute ramai dikunjungi orang. Orang-orang itu datang unÂtuk berkonsultasi dengan Mubarok. Sari tak pernah melihat ada petinggi Partai Demokrat yang datang ke sini. “Pak MuÂbarok saja yang selalu datang ke sini,†katanya.
“Sekarang kantornya lagi kosong, nggak ada orang sama sekali. Karyawannya cuma satu. Itu pun sedang tidak masuk kaÂrena cuti nikah,†kata Sari.
Mubarok Institute harus berÂbagi ruang di lantai dua dengan PT Tunas Kharisma Indonesia. PeÂrusahaan yang bergerak di biÂdang pelatihan budidaya sidat dan pertanian organik ini juga menempati lantai empat.
Di depan gedung terlihat moÂbil-mobil yang parkir rapat kareÂna halamannya sempit. Itu pun masih ada beberapa mobil terpakÂsa parkir di trotoar karena tak keÂbagian tempat.
Di dinding lantai dua muka geÂdung dipasang papan nama. “MuÂbarok Institute. Mubinst. Center for Indigenous Psychology, Pusat Pengembangan Psikologi Islam.†Demikian tulisan di plang.
Gambar sketsa Mubarok yang mengenakan toga juga menghiasi papan nama itu. Tepat di bawah papan nama ini terdapat plang lainnya. Tapi milik PT Tunas Kharisma Indonesia.
Memasuki gedung terlihat lobby yang ditunggui Sari. Ruang di lantai dasar yang memiliki lebar 10 meter di bagi jadi dua. Satu untuk lobby. Sisanya untuk kantor hukum Djoko Anggono dan Rudi Astiadjaja.
Melewati pintu kaca berukuran 1,5 meter lalu lurus ke belakang terlihat tangga di sebelah kanan. Tiba di lantai dua, terlihat sebuah ruangan. Pintunya selebar 1,5 meter dalam kondisi terkunci.
Sari, staf resepsionis memÂbuÂkaÂkan pintu ruangan setelah meÂminta izin asisten Mubarok. Di belakang pintu terdapat ruangan tamu. Ukuran 4x5 meter. Di seÂbelah kiri pintu diletakkan dua sofa warna merah muda.
Di tengah ruangan diletakkan satu meja kerja lengkap dengan satu set komputer. Menurut Sari, inilah meja kerja staf yayasan yang kini tengah cuti.
Persis di depan meja kerja diÂleÂtakkan meja panjang warna coÂkelat yang dilengkapi dua kursi.
Di dinding ruang tamu ditemÂpel beberapa foto Ahmad MuÂbarok dan foto yang menamÂpilÂkan keindahan alam.
Untuk masuk ke ruang kerja Mubarok lebih dulu melewati pintu kaca. Pintu dikunci. Rakyat Merdeka diizinkan mengintip isi di dalamnya.
Ruangan itu berukuran 3x5 meter. Di dalamnya terdapat meja kerja besar berbentuk L. Meja warna hitam ini dilengkapi dua kursi untuk tamu dan satu kursi Mubarok.
Di atas meja dipenuhi tumÂpuÂkan buku dan dokumen. Di atas meja yang terletak dekat kaca diÂletakkan monitor komputer layar datar. Di sebelah kanan meja kerÂja terdapat lemari kaca setinggi dua meter. Isinya beberapa cinÂdeÂra mata yang diterima Mubarok.
Tepat di belakang meja kerja terdapat dinding kaca. Di kaca itu ditempel stiker yang bertuliskan “Mubarok Institute. Mubinst†warna biru.
Numpang Di Kantor Konglomerat
Ahmad Mubarok juga memÂpunyai yayasan yang diberi nama Mubarok Foundation. Yayasan ini berkantor di Jalan Teluk BeÂtung Nomor 37, Jakarta Pusat.
Di sini Mubarok Foundation berÂbagi tempat dengan Gus Dur School of Philosophy. Sekolah ini juga didirikan Mubarok.
Bangunan yang menjadi kantor Mubarok Foundation tak terlihat dari jalan karena tertutup pagar seÂtinggi dua meter. Pagar itu juga diÂlapisi polycarbonate putih unÂtuk menghalangi pandangan ke dalam.
Pintu masuk ke sekolah ini melewati gerbang selebar empat meter. Pos jaga ditempatkan di dekat gerbang. Memasuki area itu tampak beberapa bangunan.
Di belakang pos jaga berdiri gedung berlantai satu yang dicat warna krem. Walaupun tak ada plang namanya, dari wujudnya kita bisa memastikan bahwa geÂdung berukuran 10 x 20 meter itu untuk perkantoran.
Di sebelah kiri terdapat gedung berlantai dua. Juga tak ada plang nama perusahaan yang berkantor di gedung berwarna abu-abu ini. Di pojok kompleks itu berdiri sebuah bangunan berlantai satu. Letaknya di sebelah gedung berlantai dua.
Model bangunan berukuran 15x20 meter itu berbeda dengan dua gedung lainnya. Atapnya berbentuk kerucut dari kayu. MeÂmaÂsuki area kantor Mubarok FounÂdation terlihat teras yang lantai dilapisi keramik warna hitam.
Pintu masuk dari kaca selebar 1,5 meter terkunci rapat. Tapi, dari luar bisa terlihat ruang di baÂlik pintu yang dijadikan lobby. Ruangannya berukuran 6.5 meter yang dilengkapi meja resepsionis setinggi pinggang orang dewasa. Bentuknya letter L.
Sebuah kursi diletakkan di beÂlaÂkang meja untuk petugas reÂsepÂsioÂnis. Di sebelah kanan meja resepÂsionis diletakkan lemari kayu seÂtingÂgi dua meter. Lemari itu terkunci.
Ruangan ini juga digunakan untuk tempat tunggu. Dua sofa panjang warna disediakan untuk tamu yang menunggu. Sebuah pintu kaca menjadi penghubung ruang lobby dengan di bagian daÂlam. Pintu itu dikunci.
Kavling yang terletak di Jalan Teluk Betung 37 Jakarta ini milik mendiang William Soeryadjaya. Dari sinilah, taipan yang akrab diÂsapa Om Willem itu memÂbaÂngun kerajaan bisnisnya.
Ada 20 perusahaannya yang berkantor di sini. Om Willem pun menjadi salah satu konglomerat di negeri ini. Setelah wafat, peÂrusahaannya diwariskan ke anak-anaknya. Ahmad Mubarok meÂngaku, yayasan Mubarok FounÂdaÂtion masih menumpang di komÂpleks perkantoran milik EdÂward Soerjadjaya.
“Saya Nggak Keluar Duit Sepeser Punâ€
Ahmad Mubarok mengaku tidak terganggu dengan tuÂdiÂngan Muhammad Nazaruddin yang menyebut salah satu yaÂyasannya didanai APBN.
“Orangnya (Nazaruddin) diÂkeÂnal suka membolak-balikkan informasi. Jadi apa yang diÂkaÂtaÂkan sulit untuk dipercaya,†katanya Mubarok menduga Nazaruddin marah kepadanya lantaran bersikap keras kepada bekas bendahara umum Partai Demokrat itu.
“Saya tegas dan keras waktu memberikan pernyataan di koÂran, televisi. Di partai pun saya keras, termasuk soal usul peÂmeÂcatannya dulu waktu kasus suap Sekjen MK,†katanya.
Mubarok mengaku selama ini memiliki beberapa yayasan yakni Mubarok Institute dan Mubarok Foundation. Kedua yayasan itu bergerak di bidang sosial. Dari mana dana memÂbiayai yayasan itu? Kata MuÂbarok, dari sumbangan penguÂsaÂha dan masyarakat.
“Tidak ada satupun yang diÂbiayai oleh dana-dana seperti itu. Saya persilakan siapapun mamÂpir ke yayasannya,†katanya.
Mubarok menjelaskan, MuÂbaÂrok Foundation yang berÂalamat di Jalan Teluk Betung, Jakarta Pusat bergerak di biÂdang pengembangan filsafat.
“Yayasan ini didanai semuaÂnya oleh Pak Edward SuryaÂdjaja. Jadi saya nggak keluar uang sama sekali,†katanya. Sedangkan Mubarok Institute yang berkantor di Casablanca bergerak di bidang pengemÂbaÂngan ilmu psikologi.
Yayasan ini didirikan tahun 2006. Lantaran dananya cekak, Mubarok Institute mempopuler visi dan misinya lewat blog di internet. Namanya mubarok-institute.blogspot.com.
Blog ini juga gratisan. “Blog tersebut sudah dikunjungi 800 ribu pengunjung. Jadi tak perlu ruangan banyak untuk kantor yayasannya,†katanya. MuÂbaÂrok menambahkan, yayasannya menempati lantai dua bersama dengan peruÂsaÂhaÂan lain. Kantor itu sendiri tingÂginya empat lantai.
“Kami meÂnempati tempat itu secara gratis. Sebelumnya juga pernah di Balai Pustaka, terus pernah di daerah Kebayoran. Itu gratis juga,†ungkapnya.
Untuk mengelola blog ini, MuÂbarok mempekerjakan seÂorang karyawan. “Karyawan itu mahasiswa saya. Dia hanya diÂgaji 1,5 juta,†katanya.
Pemasukan yayasan, kata MuÂbarok, diperoleh dari menerÂbitkan beberapa buku psikologi. Juga dari melayani masyarakat yang konsultasi psikologi. “SeÂtiap harinya selalu ramai peÂngunjung yang ingin berÂkonÂsulÂtasi,†katanya.
Nazaruddin menyebutkan yaÂyasan Mubarok menerima dana dari Ketua Divisi PemÂbinaan Anggota Partai Demokrat Yosef Tahir Maaruf. Mubarok meÂngaÂku bingung dengan tuduhan ini. “Saya tidak tahu urusan Yosef,†kata dia. KenÂdati menilai tuÂduÂhan NaÂzaruddin tak berdasar, Mubarok tak berniat melaporkan ke polisi. [Harian Rakyat Merdeka]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Senin, 30 September 2024 | 05:26
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 03:13
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:49
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:21
Jumat, 11 Oktober 2024 | 02:00
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:47
Jumat, 11 Oktober 2024 | 01:30
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:59
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:38
Jumat, 11 Oktober 2024 | 00:17