Berita

Bank Indonesia

Peran Hedging Untuk Mengurangi Ketidakpastian

Oleh: Gatot M. Manan*
SABTU, 26 NOVEMBER 2011 | 15:32 WIB

RMOL. Kemelut fiskal negara pinggiran Eropa tak urung membuat nilai tukar di seluruh penjuru dunia bergerak liar, rupiah juga terkena imbasnya. Dunia usaha bisa dibuat pusing akibat ketidakpastian ini hingga harus berkenalan dengan instrumen lindungi nilai (hedging). Tulisan ini akan sedikit mengulasnya.
 
Di pasar domestik, penjualan saham dan SUN oleh asing akhir-akhir ini, mendorong kejatuhan indeks cukup dalam. Rupiah hasil likuidasi dikonversikan ke valas melalui pembelian USD di pasar spot hingga rupiah mengalami tekanan depresiasi cukup kuat. Pergerakan nilai tukar, saham, dan SUN, membentuk pola yang seragam antar negara (across the board) antara pilihan aset emerging market  (risk on) atau aset USD sebagai safe haven (risk off). Fluktuasi dan ketidakpastian menjadi ciri yang melekat pada pergerakan harga aset keuangan.

Ketidakpastian kurs
Bagi perusahaan domestik yang bergerak di sektor riil, fluktuasi tersebut
menyulitkan kalkulasi bisnis. Untuk mengurangi risiko ketidakpastian, perlu
kesadaran oleh dunia usaha mengenai pentingnya instrumen lindung nilai (hedging) untuk melindungi kewajiban dalam valas. Kesamaan pandang mengenai transaksi tersebut diperlukan oleh beberapa lembaga pendukung seperti auditor, aparat hukum, dan sisi pencatatan akunting.

Sejalan meningkatnya pemahaman terhadap instrumen lindung nilai (hedging), stigma transaksi derivatif mulai berkurang. Kesadaran mulai tumbuh sejalan peningkatan transaksi secara bertahap. Sebagai contoh untuk menghindari harga USD yang semakin mahal, importir dapat membeli USD forward (berjangka) untuk pembayaran impor yang akan jatuh waktu. 

Di sisi lain, eksportir dapat berperan sebagai penjual USD dari devisa ekspor yang dijual secara berjangka (forward). Penjual forward dapat pula bank atau pihak lain yang berani menyerap risiko nilai tukar kedepan.  Sisi regulasi saat ini memitigasi transaksi derivatif yang dimanfaatkan sebagai sebagai instrumen spekulatif.

Transaksi derivatif tertinggal
Dibandingkan negara emerging market lain, perkembangan transaksi derivatif di pasar domestik masih cenderung tertinggal. Pelaku pasar cenderung tidak menggunakan instrumen lindung nilai, melainkan dengan menyesuaikan aset dan kewajiban valas dalam neraca. Penyebab transaksi derivatif kurang berkembang utamanya adalah pandangan auditor, perangkat hukum, dan pencatatan akunting yang umumnya melihat sisi spekulatif transaksi derivatif.

Dari sisi pricing, premi forward bermanfaat mengindikasikan ekspektasi pelaku pasar dalam melihat arah kurs kedepan. Semakin tinggi ekspektasi harga USD, semakin tinggi premi forward dibebankan oleh penjual, demikian pula sebaliknya. Faktor likuiditas ikut menjadi pemicu mahalnya premi forward khususnya pada saat terjadi kelangkaan penjual USD forward.

Berkembangnya transaksi hedging secara sehat diperlukan dunia usaha untuk mengurangi risiko kurs. Kemampuan perusahaan dalam mengakses transaksi hedging diharapkanmeningkatkan daya tahan perusahaan domestik terhadap gejolak nilai tukar. Dalam hal ini, efisiensi perbankan diperlukan agar dunia usaha dapat mengakses instrumen hedging dengan biaya premi yang kompetitif.
*) Analis Keuangan Bank Indonesia

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Salaman Andika Perkasa Dicuekin Kapolda Jateng dan Pj Gubernur

Rabu, 25 September 2024 | 11:18

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

UPDATE

Sultan Bachtiar Najamuddin Rising Star Bengkulu

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:53

Korea Selatan Sepakat Tanggung Biaya Keamanan Tentara AS Sebesar Rp17 Triliun

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:50

Lawan Hoaks Menuju Pilkada Jakarta Berintegritas

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:41

Jadi Irup Terakhir Sebagai Presiden, Jokowi Berterima Kasih ke TNI

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:14

APPI Optimis Multifinance Dapat Bantu Pemerintah Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 16:47

Kabinet Prabowo-Gibran Idealnya Lebih dari 50 Persen Diisi Profesional

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 16:24

Jokowi: HUT TNI Tahun Ini Paling Merakyat

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 15:44

Dinasti di Parlemen, Ini Daftar Anggota Dewan yang Punya Relasi Keluarga

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 15:20

Peluru Israel Tidak akan Pernah Habis

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 14:54

Brent Melonjak dalam Sepekan Imbas Timteng Memanas

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 14:53

Selengkapnya