Berita

ledia Hanifa/ist

PKS: Pemerintah, Jangan Ragu Kaji Ulang Kerjasama Perdagangan Bebas

RABU, 16 NOVEMBER 2011 | 20:54 WIB | LAPORAN: ADE MULYANA

RMOL. Wacana untuk membangun kerjasama perdagangan bebas Asia Pasifik yang mengemuka dalam KTT APEC memang tidak diamini oleh pemerintah Indonesia. Namun langkah penolakan ini harus segera dilanjuti dengan evaluasi berbagai bentuk kerjasama free trade area (FTA) yang sudah ada, serta melakukan penguatan pada industri dan kebijakan ekonomi di tanah air.

Tengok saja kerjasama AFTA (Asean Free Trade Area) dan CAFTA (China-Asean Free Trade Area) yang sudah berjalan sejak 2010 lalu, sampai saat ini belum menunjukkan keuntungan yang signifikan bagi negara Indonesia, bahkan hanya memberi defisit perdagangan dan peningkatan angka pengangguran. Data Bank Indonesia yang dirilis Mei 2009, menyebutkan pada 2006 Indonesia mengalami defisit sebesar 0,993 milyar dolar AS. Pada 2007, jumlahnya naik mencapai 2,708 milyar dolar AS dan meningkat tajam angkanya pada 2008 yang mencapai 7,898 milyar dolar AS. Menurut BPS, selama 2009, kembali China menjadi negara pemasok barang impor nonmigas terbesar dengan nilai 12,01 milyar dolar AS.

"Dengan serbuan produk impor banyak industri kecil dan menengah di Indonesia yang tutup atau memangkas produksinya sejak berlakunya AFTA dan CAFTA. Ini berarti tergilasnya produk asli buatan Indonesia dan banyak orang kehilangan pekerjaan. Ujung-ujungnya beban negara semakin berat karena angka pengangguran meningkat," kata Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKS Ledia Hanifa dalam rilisnya yang diterima redaksi (Rabu malam, 16/11).


Kerjasama perdagangan internasional merupakan sebuah keniscayaan. Namun, kata anggota DPR dari Dapil Bandung-Cimahi ini, untuk memperoleh win-win solution dalam konsep perdagangan bebas, masing-masing pihak yang melakukan kerjasama semestinya berangkat dari kesiapan dan kemampuan yang setara.

"Untuk itu pemerintah mau tidak mau harus melakukan tindakan dan kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat sendiri. Selama industri kita belum mampu bersaing secara setara di pentas Internasional tidak perlu ragu untuk mengkaji ulang perjanjian yang ada dan membuat perubahan-perubahan," tandas Ledia. [dem]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya