Berita

Ani Yudhoyono

On The Spot

Kurang Promosi, Pameran Foto Ani Yudhoyono Sepi

Mayoritas Pengunjung Penggemar Fotografi
SENIN, 31 OKTOBER 2011 | 06:54 WIB

RMOL. Dua satpam tampak tertunduk lesu di depan pintu Ruang Pameran Temporer B Galeri Nasional, Jakarta. Mereka sibuk mengutak-atik ponselnya untuk mengisi waktu. Tak ada ucapan selamat maupun sapaan ramah kepada pengunjung yang datang.

Mereka hanya terduduk diam membiarkan pengunjung masuk ke dalam ruang pameran. Jika ada yang bertanya, baru mereka menjawab.

Di tempat ini sedang berlang­sung pameran foto hasil jepretan Ani Yudhoyono. Bukan hanya di­pamerkan, foto-foto bidikannya ibu negara juga dibukukan.

 Peluncuran buku berjudul “The Colours of Harmony, a Pho­tog­raphy Journey” dilakukan di tem­pat ini Jumat malam lalu (28/10).

Turut hadir dalam acara Presiden SBY, Wapres Boediono dan Herawati Boediono, serta se­jumlah menteri Kabinet Indo­ne­sia Bersatu Jilid II seperti Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan keluarga inti SBY.

Rencananya, pameran ber­lang­sung di sini sampai 3 November 2011. Masuk ke dalam Galeri Nasional, tak terlihat meja resep­sionis penerima tamu di tempat ini. Pengunjung yang datang  juga tak diberikan katalog yang menjelaskan makna dan tujuan pameran ini.

Di bagian luar juga tak terlihat spanduk, baliho atau sejenisnya yang menandakan sedang ber­langsungnya pameran. Saat Rak­yat Merdeka berkunjung Sabtu lalu, orang yang melihat-lihat pa­meran tak banyak.

Memasuki ruang pameran, deretan foto-foto karya Bu Ani ter­tata dengan rapi. Ada 21 foto di ruangan pertama. Tiga foto pertama memiliki tema sama yakni pemandangan pegunungan Alpen berselimut salju.

Kemudian foto yang menang­kap suasana indahnya musim gu­gur di Tokyo, Jepang dan Seoul, Korea Se­latan. Ibu negara juga menga­ba­dikan panorama kota Hanoi, Viet­nam dan Ankara, ibu kota Turki.

Masjid Nabawi, Madinah de­ngan nuansa langit biru juga men­jadi obyek jepretan Ani Yudho­yono. Suasana pelabuhan di Kopenhagen, Denmark,  nuansa kota tua Jenewa, parade militer pada Perayaan Hari Republik India, dan suasana Pantai Jeru­dong, Brunei Darussalam di sore hari diambil Ani Yudhoyono saat mendampingi SBU berkunjung ke luar negeri.

Ani Yudhoyono mengabadikan keindahan alam dan budaya da­lam negeri. Di antaranya foto pe­nari kecak di Bali, pementasan sendratari Bali, tarian gemilar suguhan di Palembang.

Pemandangan alam yang masuk dalam bidikannya adalah tepi pantai Padang Golf Nirwana di Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Lalu Pura Uluwatu yang berdiri di atas tebing karang di ujung selatan Pulau Bali, dan hamparan sawah yang menguning di kawa­san Mahagiri, Karangasem, Bali.  

Salah satu foto yang cukup unik adalah sepasang pesawat tem­pur Shukoi yang sedang ter­bang di atas langit Sulawesi Sela­tan. Foto ini diambil dari Ani Yudhoyono dari pesawat Garuda yang ditumpangi rombongan presiden.  Dua pesawat tempur buatan Rusia mengawal perjala­nan pesawat kepresidenan.

Dua puluh satu foto lainnya di­pajang di ruang kedua. Kein­da­han nuansa Istana Kepresidenan di Yogyakarta, Bogor, dan Ci­pa­nas, Jawa Barat dijadikan obyek foto.

Naluri kewanitaan Ani Yudho­yono juga tergambar dalam foto-fotonya. Ia memotret keindahan berbagai jenis bunga. Aira, cucu pertama juga tak luput jadi obyek. Dua foto yang mengambarkan kepolosan dan senyum Aira ikut dipamerkan.

Memasuki ruang ketiga, kita bisa melihat 18 foto lainnya. Foto-foto yang dipajang di sini me­ngambil tema satwa. Mulai dari foto kupu-kupu yang mengi­sap sari bunga, serangga kepik yang hinggap di buah pohon ja­rak, capung jarum oranye, ke­ru­munan anak laba-laba, kawanan burung parkit, sepasang rusa Tu­tul beradu tanduk di Istana Bogor, cheetah, harimau Sumatera, bu­rung rangkong, burung matahari punggung hijau, bunglon, be­rang-berang pantai diabadikan keindahannya.   

Minimnya sosialisasi ternyata berpengaruh kepada kedatangan pengunjung. Menurut Herlam­bang, penjaga pameran, hingga pukul empat sore hanya 20 orang yang berkunjung. Pa­meran ini dibuka sejak pukul 10 pagi.

“Nggak terlalu ramai yang datang. Paling satu dua orang abis itu pergi lagi. Setengah jam lagi nanti ada yang datang lagi,” ujarnya.

Kenapa tidak ada katalog? Her­lambang mengatakan tidak diti­tipi katalog oleh penye­lenggara. “Kami cuma dikasih perintah buka pintu ruang pameran, terus jagain jangan sampai fotonya hilang. Cuma itu saja,” ujarnya.

Jovian (19), salah satu pengun­jung yang ditemui tak bisa me­nutupi kekagumannya me­man­dang hasil karya fotografi Ani Yudhoyono. “Fotonya keren-ke­ren. Obyeknya bagus-bagus se­mua,” ujarnya berdecak kagum.

Pria yang juga menyukai foto­grafi ini mengatakan, hasil jep­retan Ibu Negara seperti foto­grafer profesional. Bahkan, diri­nya tak menyangka seorang istri presiden bisa menghasilkan foto-foto yang begitu indah.

“Ngambil sudutnya bagus. Gam­barnya tajam semua. Kom­posisi bagus. Gegitu juga pen­ca­ha­yaannya nggak kurang. Nggak nyangka Bu Ani bisa bikin foto sebagus itu. Ternyata diam-diam beliau punya bakat terpendam,” ujarnya.

Hal senada juga diungkapkan Johana (27) pengunjung lainnya. Setelah melihat satu per satu foto di ruang pameran, dirinya pun tak menyangka foto itu hasil karya Ani Yudhoyono.

“Fotonya bagus-bagus. Spe­sial­nya, beliau bisa foto objek yang nggak bisa kita foto. Con­tohnya, parade pasukan India itu kan sebenarnya dilarang bawa kamera. Kemudian foto Istana Cipanas ada matahari paginya. Kan hanya orang tertentu yang punya akses masuk ke dalam,” ujarnya.

Wanita yang juga menekuni fotografi ini sebenarnya Ani Yudho­yono lebih banyak me­ma­merkan koleksi foto dengan obyek eksklusifnya.

“Foto yang Ibu bisa ambil, kita nggak bisa ambil. Pengennya tadi yang keluar foto yang begitu se­mua. Foto yang aksesnya terbatas buat orang umum. Kayak foto jet tempur yang diambil dari pesawat yang ditumpangi Bu Ani,” ujarnya.

Dia menilai, untuk seukuran istri presiden yang sibuk dengan kegiatan kenegaraan, hasil jepretan Ani Yudhoyono sangat bagus. “Kayaknya Bu Ani senang pemandangan atau landscape. Tapi foto potrait dan  human interest-nya kurang.

Johana menyayangkan sosiali­sasi dari penyelenggara sehingga pameran ini sepi pengunjung. “Ku­rang sosialisasi seperti spanduk dan baliho. Yang jaga di depan juga kurang ramah,” keluhnya.

Merekam Ekspresi Bangsa Lewat Fotografi

Jika diamati, ada benda yang selalu menyertai Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam hampir setiap kegiatan yang dia jalani. Mi­sal­nya, saat Ibu Ani mendampingi sang suami, Presiden Susilo Bam­bang Yudhoyono, me­laku­kan kunjungan kerja. Apa itu?

Sebuah kamera menjadi barang wajib yang tak boleh dilupakan aju­dan. Itu wajar karena ibunda Agus Harimurti dan Edhie Bas­koro ini memang punya hobi foto­grafi. Itu pula yang terlihat saat Ani mendampingi SBY meng­ha­diri Lomba Cipta Nasional 2011 di halaman Istana Bogor lalu (17/9).

Pemilik nama lengkap Kris­tiani Herawati tersebut memilih tidak selalu berada di belakang suaminya. Lantaran ingin mem­bidikkan lensa kamera ke arah peserta lomba.

Satu per satu anak-anak yang te­ngah melukis, membatik, atau me­nyanyikan lagu karya sendiri pun tak luput dari jepretannya. Se­se­kali dia mengganti kame­ranya de­ngan jenis SLR berlensa panjang.

Dalam suatu kesempatan, Ani Yudhoyono mengungkapkan, de­ngan  kegemaran itu dia bisa me­ngabadikan berbagai momen dan ekspresi. “Saya masih masuk da­lam kategori pemula dalam bi­dang fotografi dan masih harus ba­nyak belajar,” katanya.

Meski begitu, hasil jepretannya ikut menghiasi salah satu koridor di dekat Wisma Negara. Lantas, kepada siapa Ani Yudhoyono belajar fotografi? Berdasar infor­masi yang diperoleh Rakyat Mer­deka, salah seorang fotografer Istana, Dudi Anung merupakan salah satu mentornya.

Tak pelak, Anung pun selalu terlihat dalam acara-acara yang di­ikuti Ani. Bahkan, Anung ma­lah ikut membawakan salah satu di antara dua kamera yang sedang tidak digunakan.

Dalam beberapa pertemuan formil, Ani Yudhoyono sibuk men­dokumentasi kegiatan itu.  Misalnya pada peringatan ulang tahun TNI 5 Oktober lalu, di Markas Besar Cilangkap.

Duduk di samping Presiden, Ani Yudhoyono terlihat beberapa kali membidikkan kameranya. Dia mengambil gambar aksi pra­jurit sedang unjuk kebolehan bela diri. Ibu negara juga tampak ter­pukau dengan parade tentara dan peralatan tempur TNI.

Sambil melihat dari kaca bidik, tangan kirinya memutar-mutar lensa untuk menemukan kefo­ku­san gambar serta mengatur pen­cahayaan. Sesekali hasil jep­re­tannya itu diperlihatkan kepada sang suami yang menanggapi dengan senyum.

Meski merasa masih pemula, alat jepret Ani Yudhoyono bukan kamera sembarangan. Kame­ra­nya tidak kalah dengan yang di­gu­na­kan fotografer di lingkungan Istana.

Peralatan kamera yang sering terlihat dibawa ibu negara yakni Canon G11. Ini yang paling se­ring digunakan putri dari bekas Komandan Komando Pasukan Khusus Sarwo Edhie Wibowo tersebut. Selain itu Ani juga me­miliki kamera Canon EOS 1D de­ngan lensa 16-35.

Beberapa hasil jepretannya pernah ikut serta dalam Foto Ke­budayaan Indonesia 2011 yang digelar 20–25 Agustus lalu. Lima buah karyanya ikut dipajang di Galeri Nasional bersama 2.575 foto lain dari seluruh Indonesia.

Ani Yudhoyono turut memberi kata sambutan pada malam Anugerah Pewarta Foto Indo­nesia. Dalam sambutannya, dia menjelaskan soal hobi fotografi yang ditekuninya.

“Melalui foto­grafi saya dapat merekam denyut nadi anak bang­sa, sorot mata keceriaan, keju­ju­ran, kepolosan, dan bahkan ke­pas­rahan,” katanya.

Menyesal, Kenapa Tidak Dari Dulu

Ibu Negara Ani Yudhiyono meluncurkan buku berisikan foto-foto hasil jepretannya di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Jumat 28 Oktober lalu.

Foto-foto itu diambil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir saat mendampingi Presiden SBY berkunjung ke sejumlah wilayah di Tanah Air maupun ke luar negeri.

Saat memberikan sambutan peluncuran bukunya yang di­beri judul “The Colours of Har­mony, a Photography Journey”, Ani Yudhoyono bercerita mengenai hobi fotografi.

Menurut dia, hobi ini kembali digeluti setelah puluhan tahun ditinggalkannya. Adalah sang ayah, Sarwo Edhi Wibowo yang pertama kali mem­per­ke­nalkan dunia fotografi kepada dirinya.

Saat itu ayahnya rajin men­do­kumentasikan kegiatan ke­luarga dengan kamera Canon ja­goannya. Penasaran hasil jep­retan ayahnya, Ani sering me­ngikuti Sarwo Edhie menyepi di kamar gelap, tempat men­ce­tak foto. Sarwo tahu keter­tari­kan putrinya terhadap fotografi.

“Juli 1976 ketika saya me­nikah dengan Pak SBY, ber­sama-sama dengan saudara-sau­dari saya, ayah menam­bah­kan tustel sebagai kado pe­r­ni­ka­han kami. Dengan tustel itu saya lakukan apa yang beliau lakukan,” kata Ani Yudhoyono.

Dengan tustel hadiah itulah, Ani Yudhoyono mulai me­mot­ret beberapa momen keluar­ga­nya. Obyek yang paling me­na­rik Ani adalah kedua putra me­reka, Agus Harimurti dan dan Edhie Baskoro.

“Benar kata ayah tercinta, de­ngan potret itu saya bisa ikuti per­kembangan dan pertum­bu­han anak-anak kami, terutama ya fisiknya. Itulah yang nyata dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Kesibukan Ani menjadi ibu dan istri prajurit membuatnya lupa akan hobi memotret. Hing­ga akhirnya tiga tahun lalu ia kembali tergerak untuk kembali ‘bermain-main’ dengan kame­ra, mengingat banyak kegiatan kenegaraan yang ingin ia rekam dengan foto hasilnya sendiri.

“Saya sangat senang tustel zaman sekarang, tustel digital. Jauh lebih canggih dari zaman dulu. Nggak perlu negatif, mot­ret jadi ringan dan me­nye­nang­kan. Kalau nggak pas, tinggal dihapus dalam sekejap,” ujar­nya tersenyum.

Ani melanjutkan, dalam tiga tahun tak terasa ratusan foto telah ia hasilkan. Dengan ka­me­ra canggih, hasilnya pun amat jauh dari mengecewakan. “Ka­gum sendiri, kok bagus ya. Arti­nya menyesal sendiri kok nggak dari dulu,” ucapnya.

Rasa penyesalan yang di­mak­sudkan Bu Ani adalah keterlambatannya meman­faat­kan posisinya sebagai istri orang nomor satu di Indonesia itu. Padahal menurutnya, se­bagai istri presiden tentu selalu mendapat posisi dan sudut pan­dang terbaik dalam mengambil setiap momen kejadian.

Contohnya, saat menghadiri (perayaan) hari Republik India di New Delhi. Para pemimpin negara yang jadi tamu me­nyak­sikan defile pasukan angkatan bersenjata India.

“Sebagai tamu kehormatan kami duduk di tribun bersama Presiden dan PM India. Saat itu saya bawa tustel pocket yang saya taruh di balik selendang saya. Karena waktu itu ada tulisan dilarang bawa tustel, handphone, saya akal-akali. Saya simpan di balik selen­dang,” ujarnya tersenyum.

Saat pertunjukan defile, Ani tak kuasa tak mengabadikan momen tersebut. Ia pun minta izin untuk memotret peristiwa langka itu.

“Ibu Manmohan Singh ber­tanya ke panglima. Setelah da­pat izin saya baru aba­dikan pe­ristiwa di depan tribun ke­hor­matan. Waktu itu yang sangat menarik saya seragam tentara dengan topi kipas warna-warni yang sangat cantik.”

“Melintasnya tentara kuda yang bawa bendera kecil merah putih sebagai penghormatan kepada Presiden Indonesia, dan juga pasukan unta. Tentu saja hal ini baru pertama kali ini saya lihat, ada pasukan naik unta,” ujarnya mengenang ki­sah itu.   [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya