Berita

ilustrasi, Hewan Kurban

On The Spot

Wow, Mahasiswi Direkrut jadi SPG Hewan Kurban

Showroom Mobil Diubah Jadi Kandang Sapi
MINGGU, 30 OKTOBER 2011 | 07:19 WIB

RMOL. Empat perempuan berparas ayu berdiri di depan sebuah showroom di Jalan Akses Kelapa Dua, Cimanggis, Depok. Mereka mengenakan seragam kemeja panjang putih bergaris hitam serta celana hitam. Topi cowboy melindungi kepala mereka dari panasnya terik matahari siang kemarin.

Penampilan keempat perem­puan itu cukup menarik perhatian orang yang melintas di kawasan itu. “Lagi menunggu pembeli,” kata Lidya, salah satu sales pro­motion girl (SPG) itu.

Lidya dan tiga rekannya bukan di­rekrut untuk menjajakan pro­duk, melainkan hewan kurban. De­ngan bermodalkan daftar har­ga di ta­ngan, mereka mem­pro­mo­sikan sapi-sapi yang dijual Haji Doni.

Di belakang mereka terdapat be­kas showroom mobil yang di­sulap menjadi tempat penjualan hewan kurban. Lidya mengaku be­kerja dengan Pak Haji—de­mikian Doni disapa anak buah­nya—sejak  2009.

 Lidya menjadi staf keuangan di peternakan sapi Haji Doni di Tapos, Bogor. “Pak Haji punya lima ribuan ekor sapi dari ber­ba­gai jenis di sana,” katanya ma­ha­siswi salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Barat ini.

Menjelang Hari Raya Idul Adha, Lidya ditugaskan menjadi SPG hewan kurban. “Kami ditu­gaskan Bapak sebagai SPG selama dua minggu sampai Idul Adha,” katanya.

Setelah itu, dia kembali m­e­ne­ku­ni pekerjaan sebelumnya se­ba­gai staf keuangan. “Alham­du­lillah kami menik­mati sekali be­kerja di tempat ini,” kata Lidya.

Bursa hewan kurban milik Haji Doni buka 24 jam dan mem­pekerjakan 20 orang. “Kami jaga di sini dari jam 9 pagi sampai 5 sore,” kata Lidya.

Sebagai SPG, Lidya dituntut melayani calon pembeli dengan ramah. Ia harus siap mental jika ada pembeli yang sedikit usil. “Ada yang bilang beli sapinya se­kalian beli mbaknya,” kata Lidya menceritakan pengalamannya.

Tak hanya itu, para SPG ini juga harus siap mencium bau tak sedap dari hewan ternak ini. “Je­las baunya tidak enak. Tapi lama-lama terbiasa,” kata Lidya.

Ia mengaku tak kesulitan men­jadi SPG hewan kurban karena sebelumnya sudah mendapat pelatihan.

“Mudah kok kan sudah menda­pat arahan dari Pak Haji bagai­mana cara memasarkan sapi ke­pada pelanggan,” ujar warga Len­teng Agung, Jakarta Selatan.

Lidya mengatakan, bursa he­wan kurban ini menjual sapi dari berbagai jenis. Mulai dari yang ter­murah Rp 7 juta per ekor sam­pai termahal Rp 50 juta. “Har­ganya ditentukan oleh jenis dan berat sapi,” terangnya.

Setiap hari rata-rata Lidya me­layani 20 pembeli dari berbagai kalangan. “Kami melayani artis sampai pejabat. Bahkan Narji (komedian) membeli sapi di sini seharga Rp 50 juta,” katanya.

 Berapa bayaran untuk para SPG ini? “ Itu rahasia. Nggak enak sama Bapak,” kata Lidya. In­formasi yang diperoleh, para SPG itu dibayar Rp 300 ribu per hari. Mereka dipekerjakan se­lama dua minggu.

Bursa hewan kurban milik Haji Doni terletak tak jauh dari Mar­kas Korps Brimob, Kelapa Dua. Menempati bekas showroom mobil. Di samping showroom didirikan tenda berukuran 20 x 30 meter.

Spanduk hijau ukuran sedang dipasang di tenda ini. “Hotel He­wan Qurban,” demikian tulisan di spanduk. Di sinilah hewan-he­wan kurban dijajakan.

Di bawah tenda dibangun se­kat-sekat dari pipa besi dan bam­bu. Ada ratusan sapi yang dija­jakan di sini.

Puluhan karyawan mengena­kan kaos merah tampak sibuk melayani pembeli yang datang. Sementara karyawan berpakaian bebas sibuk memberi makan sapi. Rumput ditaruh di depan sapi-sapi itu.

Di samping tenda terdapat ba­ngunan berlantai dua berukuran 25x30 meter. Di sinilah kantor pe­masaran hewan kurban.

Di depan bangunan dipasang span­duk besar warna hijau bertu­liskan “H. Doni, Bursa Hewan Qurban.” Dilengkapi foto Haji Doni sedang berpose di depan peternakannya. Tak lupa di­can­tumkan logo “Halal”.

Di depan showroom puluhan sapi diikat ke sekat-sekat. Di si­nilah Lidya dan rekan-rekannya menyambut calon pembeli. “La­dies Cowboy H. Doni”. De­mi­kian sebutan untuk Lidya Cs.

Kostum para SPG ini berganti-ganti setiap hari. Tapi mereka se­lalu mengenakan topi koboi, ce­lana pendek atau panjang dipadu dengan sepatu boat.

Di bagian dalam gedung juga ditempatkan ratusan sapi dari berbagai jenis. Bau menyengat begitu terasa ketika memasuki ruangan ini.

Di bagian belakang bangunan terdapat ruangan yang dibatasi de­ngan kaca. Ruangan ini di­fungsikan sebagai tempat pene­rima pembeli maupun tamu.

Di dalam ruangan terdapat be­be­rapa kursi untuk tamu. Sebuah tulisan “Dian Mobil” terbuat dari baja putih terlihat dipampang di salah satu sudut ruangan.

Di belakang ruang tamu ter­dapat ruangan dengan ukuran hampir sama. Di dalam ruangan ini terdapat tiga meja dan kursi. Layar monitor diletakkan di atas meja. Meja ini ditunggui tiga perempuan berpakaian orangnye.

Ruangan ini tempat pem­bayaran hewan-hewan kurban yang dibeli.

Hewan Kurban Sehat Dikasih Stiker

Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan DKI Jakarta, Ipih Ru­yani mengatakan pihaknya me­ngintensifkan pemeriksaan ter­ha­dap hewan-hewan yang masuk ke ibu kota menjelang Idul Adha.

Untuk keperluan itu, Dinas Pe­ternakan dan Perikanan me­laku­kan pelatihan terhadap 690 te­naga pemeriksa hewan.

“Seminggu sebelum Idul Adha kami melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban. Kami juga mulai untuk mencegah ma­suknya hewan kurban be­r­pe­ny­a­kit yang berasal dari luar Jakarta,” katanya.

Ipih menjelaskan prediksi ke­butuhan hewan kurban di DKI berdasarkan Idul Adha tahun lalu, yakni 8.000 sapi, 200 kerbau, dan 30 ribu kambing.

Pada 2010 lalu, terdapat 1.439 tempat penampungan dan 1.847 tempat pemotongan hewan kur­ban. “Tahun ini kami berharap tempat penampungan terpusat sehingga jumlahnya berkurang,” katanya.

Menurut Ipih, pemeriksaan akan dilakukan dengan menyisir tempat penampungan hewan yang tersebar di Jakarta. Petugas akan mengawasi secara ketat he­wan-hewan kurban yang masuk dari luar DKI Jakarta seperti Bogor, Sukabumi, Lampung, dan Yogyakarta.

Ipin menambahkan, seluruh hewan yang masuk ke DKI Ja­karta, wajib memiliki Surat Ke­terangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari tempat asal serta wajib diambil sampel darahnya. “Jika ditemukan hewan yang tidak dilengkapi SKKH, maka akan dikembalikan ke tempat asal,” katanya.

Pemeriksaan ini untuk men­jamin kesehatan hewan kurban sehingga layak untuk dikon­sumsi. Selain itu, kata Ipih, pi­haknya juga akan membantu ma­syarakat dalam memilih hewan kurban yang layak dan sehat.

He­wan-hewan yang telah dipe­riksa diberi stiker. Hal tersebut di­lakukan, karena ada ke­mung­kinan hewan kurban di tempat-tempat penjualan tidak se­muanya sehat dan layak konsumsi.

Dengan adanya stiker ini, he­wan-hewan tersebut berarti telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai hewan kurban.

“Syarat tersebut mencakup, hewan kurban yang dijual harus sehat, tidak kurus, tidak cacat, cukup umur dan berjenis kelamin jantan,” katanya.

Selain masyarakat pun diminta agar cermat memilih tempat pe­nampungan yang men­jual hewan kurban.

“Tempat penampungan hewan kurban yang ada di Jakarta belum sepenuhnya memenuhi persya­ratan,” ucapnya.

Tempat penampungan, dikata­kan Ipih seharusnya terbuat dari bambu atau kayu dan dibuat lebih tinggi dari dasar tanah atau lantai. Sehingga hewan kurban tak me­nyatu dengan kotorannya.

Dinas Peternakan dan Per­ika­nan DKI Jakarta juga akan be­ker­jasama dengan Dinas Kebersihan untuk membantu membersihkan kotoran di tempat penampungan hewan kurban yang berdekatan dengan area publik.

Ipih mengatakan, tempat pe­nampungan tidak boleh berada di trotoar karena dapat mengganggu lingkungan sekitar. Namun kare­na pedaang menyewa tempat dari pemilik lahan, pihaknya tak bisa berbuat apa-apa.

Beberapa tempat penam­pu­ngan yang dinilai layak dan me­menuhi persyaratan ada di daerah Lenteng Agung dan Taman Mini Indonesia Indah.

Ia juga mengatakan, jika ada he­wan kurban yang tak memiliki SKKH, pihaknya akan meng­isolasi hewan tersebut

“Saat ini, dinas masih me­lakukan pendataan jumlah tempat penampungan yang tersebar di ibu kota,” katanya.

Dilarang Berjualan Gunakan Trotoar

Menjelang Idul Adha 1432 Hijriah, sejumlah penjual he­wan kurban tampak menjajakan dagangannya di setiap sudut Ibu Kota. Mereka terlihat men­dirikan tenda di lahan kosong di pinggir jalan.

Tak sedikit yang menjajakan dagangannya dengan men­di­rikan tenda di atas trotoar jalan. Padahal, sebagai fasilitas umum tak boleh digunakan untuk ke­giatan usaha.

Ini membuat lingkungan itu jadi kotor oleh sisa pakan he­wan kurban maupun kotoran ter­nak. Seperti yang terlihat di se­panjang Jalan KS Tubun, (Pe­tamburan), Jalan KH Mas Mansyur (Kebon Kacang) Jalan Kramat Raya (Senen). Selain membuat kotor, hal ini juga mengganggu kenyamanan para pejalan kaki yang melintas.

Lurah Petamburan, Edi Sam­sudin mengatakan, meski para pedagang hewan kurban hanya musiman, mereka hendaknya tetap memperhatikan keber­sihan lingkungan dan tidak memanfaatkan fasilitas umum yang ada.

“Lokasi berjualan mereka harusnya ditata dengan rapi serta dijaga kebersihannya. Dan yang lebih penting tidak meng­gunakan trotoar sebagai tempat untuk berdagang,” katanya.

Kepala Seksi Operasional Satpol PP DKI Jakarta, Sadikin me­negaskan, pihaknya mela­rang keras penggunaan fasilitas umum seperti trotoar sebagai tem­pat berjualan hewan kurban. Terlebih, jika pedagang itu men­dirikan atau memasang tenda di atas trotoar.

“Kami akan menegur keras para penjual hewan kurban yang memanfaatkan trotoar dan fa­silitas umum lainnya,” kata Sa­dikin. Dia mengatakan, pi­hak­nya ti­dak melarang sese­orang atau sia­papun mencari naf­kah. Na­mun, hendaknya ti­dak di atas fa­­silitasi umum atau tidak meng­ganggu ketertiban masyarakat.

“Kami tidak melarang mere­ka untuk berusaha. Tapi, hen­daknya mereka juga harus mem­perhatikan kebersihan lingkungan,” kata Sadikin.

Dalam Seminggu Jual 400 Sapi

Haji Doni mengatakan, dia sudah merekrut SPG untuk men­jual hewan kurban sejak tahun 2009. Ide ini muncul se­pulang dari Australia.

“Kalau di sana itu kan biasa perempuan ada di tempat peng­gilingan sapi, di pelelangan. Namun di negeri kita, ini se­suatu yang baru,” katanya.

Doni menerangkan, SPG yang direkrutnya berasal dari berbagai perguruan tinggi. “Usia mereka rata sekitar 20-an,” katanya.

Pria berkumis ini menam­bah­kan, mereka berasal dari per­guruan tinggi ternama. “Ada yang dari UGM. Bahkan IPB jurusan peternakan,” katanya dengan bangga.

Doni menjelaskan, bursa he­wan kurban menempati show­room mobil. “Dua minggu se­be­lum Idul Adha kami mengu­bah menjadi tempat penjualan hewan kurban. Ini sudah kami lakukan setiap tahun,” katanya.

Di tempat ini Doni men­ja­ja­kan 622 sapi dari jenis sapi Bali, sapi Jawa, sapi limosin, sapi pu­tih, dan sapi keturunan Australia.

Ia mengungkapkan memiliki delapan outlet penjualan sapi kurban. Untuk itu, dia merekrut 22 SPG. Kebanyakan mahasiswi.

Menurut Doni, dengan didu­kung SPG, penjualan sapi kur­ban meningkat. “Per minggu kami bisa menjual lebih dari 400 sapi. “Minggu lalu saja ha­bis se­banyak 422 ekor,” kata Doni.

Doni menjamin sapi yang dijualnya bebas penyakit ka­rena hampir setiap minggu di­periksa petugas kesehatan he­wan Pemkot Depok.

Doni enggan membeberkan omzet penjualan sapi kurban. “Kami belum rekap hasil pen­jualan sebelumnya. Soalnya ra­tusan ekor yang laku setiap minggunya,” katanya.

Ia tak khawatir sapi-sapi yang di­jajakan di showroom tak ha­bis terjual. “Tinggal dikem­ba­likan lagi ke peternakan di Ta­pos,” katanya.

Daya Beli Turun, Penjualan Anjlok

Permintaan hewan kurban pada Idul Adha tahun 2011 di­perkirakan mengalami penu­ru­nan. Hingga saat ini permintaan hewan kurban belum me­nunjukkan angka yang meng­gembirakan.

“Sepertinya permintaan he­wan kurban tahun ini akan tu­run dibanding tahun lalu, ka­rena hingga saat ini belum ada tanda-tanda permintaan yang cukup signifikan,” jelas Sek­retaris Perhimpunan Peternak Sapi Kambing Indonesia (PPSKI) Robi Agustiar.

Robi mengatakan, tahun 2011 permintaan turun 10-15 per­sen dibanding tahun lalu. Kondisi ini mulai terasa sejak awal Oktober. Biasanya bebe­rapa minggu sebelum Idul Adha sejumlah calon pembeli telah memesan. Apalagi calon pem­beli dalam partai besar. “Kalau sekarang nggak seramai tahun-tahun lalu,” katanya.

Sepinya permintaan, Robi memperkirakan karena daya beli masyarakat yang cende­rung berkurang. Apalagi harga sapi terus mengalami kenaikan seiring kenaikan pakan. Pada awal Oktober harga sapi kurban naik 20 persen.

Padahal sebe­lumnya pasca Lebaran harga­nya sempat turun. Saat ini harga sapi kurban Rp 31.000 - Rp 35.000/kg (tim­bang hidup). Sementara pada tahun 2010 harga sapi kurban masih pada kisaran Rp 26.000 - Rp 29.000/kg (timbang hidup).

Tidak hanya sapi, Robi mengatakan, harga domba pun melejit cukup signifikan. Da­lam hal ini PPSKI mencatat ke­naikan harga domba mencapai 35 pensen dibanding tahun lalu. Saat ini harga domba berada di kisaran Rp 38.000 - Rp 45.000/kg (timbang hidup). Sementara tahun lalu Rp 30.000 - Rp 35.000/kg (timbang hidup).

Idul Adha bagi peternak me­ru­pakan momen untuk men­da­patkan keuntungan. Bahkan se­bagian rela menahan tidak men­jual ternaknya saat Idul Fitri lalu.

“Idul Adha memang menjadi saat yang ditunggu peternak. Ka­rena harga jualnya relatif le­bih tinggi ketimbang Idul Fitri. Sayangnya, kondisi ekonomi ma­syarakat tidak terlalu me­ng­gembirakan,” katanya.

Terkait hal itu, lanjutnya, ren­dahnya serapan hewan kurban saat Idul Adha diperkirakan me­maksa petani kembali me­nga­lihkan ternaknya menjadi sapi po­tong atau sapi pedaging. “Tapi konsekuensinya harga jualnya lebih rendah. Dan ke­untungan yang diperoleh pe­ternak pun kecil,” katanya.   [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya