RMOL. Empat perempuan berparas ayu berdiri di depan sebuah showroom di Jalan Akses Kelapa Dua, Cimanggis, Depok. Mereka mengenakan seragam kemeja panjang putih bergaris hitam serta celana hitam. Topi cowboy melindungi kepala mereka dari panasnya terik matahari siang kemarin.
Penampilan keempat peremÂpuan itu cukup menarik perhatian orang yang melintas di kawasan itu. “Lagi menunggu pembeli,†kata Lidya, salah satu sales proÂmotion girl (SPG) itu.
Lidya dan tiga rekannya bukan diÂrekrut untuk menjajakan proÂduk, melainkan hewan kurban. DeÂngan bermodalkan daftar harÂga di taÂngan, mereka memÂproÂmoÂsikan sapi-sapi yang dijual Haji Doni.
Di belakang mereka terdapat beÂkas showroom mobil yang diÂsulap menjadi tempat penjualan hewan kurban. Lidya mengaku beÂkerja dengan Pak Haji—deÂmikian Doni disapa anak buahÂnya—sejak 2009.
Lidya menjadi staf keuangan di peternakan sapi Haji Doni di Tapos, Bogor. “Pak Haji punya lima ribuan ekor sapi dari berÂbaÂgai jenis di sana,†katanya maÂhaÂsiswi salah satu perguruan tinggi negeri di Jawa Barat ini.
Menjelang Hari Raya Idul Adha, Lidya ditugaskan menjadi SPG hewan kurban. “Kami dituÂgaskan Bapak sebagai SPG selama dua minggu sampai Idul Adha,†katanya.
Setelah itu, dia kembali mÂeÂneÂkuÂni pekerjaan sebelumnya seÂbaÂgai staf keuangan. “AlhamÂduÂlillah kami menikÂmati sekali beÂkerja di tempat ini,†kata Lidya.
Bursa hewan kurban milik Haji Doni buka 24 jam dan memÂpekerjakan 20 orang. “Kami jaga di sini dari jam 9 pagi sampai 5 sore,†kata Lidya.
Sebagai SPG, Lidya dituntut melayani calon pembeli dengan ramah. Ia harus siap mental jika ada pembeli yang sedikit usil. “Ada yang bilang beli sapinya seÂkalian beli mbaknya,†kata Lidya menceritakan pengalamannya.
Tak hanya itu, para SPG ini juga harus siap mencium bau tak sedap dari hewan ternak ini. “JeÂlas baunya tidak enak. Tapi lama-lama terbiasa,†kata Lidya.
Ia mengaku tak kesulitan menÂjadi SPG hewan kurban karena sebelumnya sudah mendapat pelatihan.
“Mudah kok kan sudah mendaÂpat arahan dari Pak Haji bagaiÂmana cara memasarkan sapi keÂpada pelanggan,†ujar warga LenÂteng Agung, Jakarta Selatan.
Lidya mengatakan, bursa heÂwan kurban ini menjual sapi dari berbagai jenis. Mulai dari yang terÂmurah Rp 7 juta per ekor samÂpai termahal Rp 50 juta. “HarÂganya ditentukan oleh jenis dan berat sapi,†terangnya.
Setiap hari rata-rata Lidya meÂlayani 20 pembeli dari berbagai kalangan. “Kami melayani artis sampai pejabat. Bahkan Narji (komedian) membeli sapi di sini seharga Rp 50 juta,†katanya.
Berapa bayaran untuk para SPG ini? “ Itu rahasia. Nggak enak sama Bapak,†kata Lidya. InÂformasi yang diperoleh, para SPG itu dibayar Rp 300 ribu per hari. Mereka dipekerjakan seÂlama dua minggu.
Bursa hewan kurban milik Haji Doni terletak tak jauh dari MarÂkas Korps Brimob, Kelapa Dua. Menempati bekas showroom mobil. Di samping showroom didirikan tenda berukuran 20 x 30 meter.
Spanduk hijau ukuran sedang dipasang di tenda ini. “Hotel HeÂwan Qurban,†demikian tulisan di spanduk. Di sinilah hewan-heÂwan kurban dijajakan.
Di bawah tenda dibangun seÂkat-sekat dari pipa besi dan bamÂbu. Ada ratusan sapi yang dijaÂjakan di sini.
Puluhan karyawan mengenaÂkan kaos merah tampak sibuk melayani pembeli yang datang. Sementara karyawan berpakaian bebas sibuk memberi makan sapi. Rumput ditaruh di depan sapi-sapi itu.
Di samping tenda terdapat baÂngunan berlantai dua berukuran 25x30 meter. Di sinilah kantor peÂmasaran hewan kurban.
Di depan bangunan dipasang spanÂduk besar warna hijau bertuÂliskan “H. Doni, Bursa Hewan Qurban.†Dilengkapi foto Haji Doni sedang berpose di depan peternakannya. Tak lupa diÂcanÂtumkan logo “Halalâ€.
Di depan showroom puluhan sapi diikat ke sekat-sekat. Di siÂnilah Lidya dan rekan-rekannya menyambut calon pembeli. “LaÂdies Cowboy H. Doniâ€. DeÂmiÂkian sebutan untuk Lidya Cs.
Kostum para SPG ini berganti-ganti setiap hari. Tapi mereka seÂlalu mengenakan topi koboi, ceÂlana pendek atau panjang dipadu dengan sepatu boat.
Di bagian dalam gedung juga ditempatkan ratusan sapi dari berbagai jenis. Bau menyengat begitu terasa ketika memasuki ruangan ini.
Di bagian belakang bangunan terdapat ruangan yang dibatasi deÂngan kaca. Ruangan ini diÂfungsikan sebagai tempat peneÂrima pembeli maupun tamu.
Di dalam ruangan terdapat beÂbeÂrapa kursi untuk tamu. Sebuah tulisan “Dian Mobil†terbuat dari baja putih terlihat dipampang di salah satu sudut ruangan.
Di belakang ruang tamu terÂdapat ruangan dengan ukuran hampir sama. Di dalam ruangan ini terdapat tiga meja dan kursi. Layar monitor diletakkan di atas meja. Meja ini ditunggui tiga perempuan berpakaian orangnye.
Ruangan ini tempat pemÂbayaran hewan-hewan kurban yang dibeli.
Hewan Kurban Sehat Dikasih Stiker
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan DKI Jakarta, Ipih RuÂyani mengatakan pihaknya meÂngintensifkan pemeriksaan terÂhaÂdap hewan-hewan yang masuk ke ibu kota menjelang Idul Adha.
Untuk keperluan itu, Dinas PeÂternakan dan Perikanan meÂlakuÂkan pelatihan terhadap 690 teÂnaga pemeriksa hewan.
“Seminggu sebelum Idul Adha kami melakukan pemeriksaan terhadap hewan kurban. Kami juga mulai untuk mencegah maÂsuknya hewan kurban beÂrÂpeÂnyÂaÂkit yang berasal dari luar Jakarta,†katanya.
Ipih menjelaskan prediksi keÂbutuhan hewan kurban di DKI berdasarkan Idul Adha tahun lalu, yakni 8.000 sapi, 200 kerbau, dan 30 ribu kambing.
Pada 2010 lalu, terdapat 1.439 tempat penampungan dan 1.847 tempat pemotongan hewan kurÂban. “Tahun ini kami berharap tempat penampungan terpusat sehingga jumlahnya berkurang,†katanya.
Menurut Ipih, pemeriksaan akan dilakukan dengan menyisir tempat penampungan hewan yang tersebar di Jakarta. Petugas akan mengawasi secara ketat heÂwan-hewan kurban yang masuk dari luar DKI Jakarta seperti Bogor, Sukabumi, Lampung, dan Yogyakarta.
Ipin menambahkan, seluruh hewan yang masuk ke DKI JaÂkarta, wajib memiliki Surat KeÂterangan Kesehatan Hewan (SKKH) dari tempat asal serta wajib diambil sampel darahnya. “Jika ditemukan hewan yang tidak dilengkapi SKKH, maka akan dikembalikan ke tempat asal,†katanya.
Pemeriksaan ini untuk menÂjamin kesehatan hewan kurban sehingga layak untuk dikonÂsumsi. Selain itu, kata Ipih, piÂhaknya juga akan membantu maÂsyarakat dalam memilih hewan kurban yang layak dan sehat.
HeÂwan-hewan yang telah dipeÂriksa diberi stiker. Hal tersebut diÂlakukan, karena ada keÂmungÂkinan hewan kurban di tempat-tempat penjualan tidak seÂmuanya sehat dan layak konsumsi.
Dengan adanya stiker ini, heÂwan-hewan tersebut berarti telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai hewan kurban.
“Syarat tersebut mencakup, hewan kurban yang dijual harus sehat, tidak kurus, tidak cacat, cukup umur dan berjenis kelamin jantan,†katanya.
Selain masyarakat pun diminta agar cermat memilih tempat peÂnampungan yang menÂjual hewan kurban.
“Tempat penampungan hewan kurban yang ada di Jakarta belum sepenuhnya memenuhi persyaÂratan,†ucapnya.
Tempat penampungan, dikataÂkan Ipih seharusnya terbuat dari bambu atau kayu dan dibuat lebih tinggi dari dasar tanah atau lantai. Sehingga hewan kurban tak meÂnyatu dengan kotorannya.
Dinas Peternakan dan PerÂikaÂnan DKI Jakarta juga akan beÂkerÂjasama dengan Dinas Kebersihan untuk membantu membersihkan kotoran di tempat penampungan hewan kurban yang berdekatan dengan area publik.
Ipih mengatakan, tempat peÂnampungan tidak boleh berada di trotoar karena dapat mengganggu lingkungan sekitar. Namun kareÂna pedaang menyewa tempat dari pemilik lahan, pihaknya tak bisa berbuat apa-apa.
Beberapa tempat penamÂpuÂngan yang dinilai layak dan meÂmenuhi persyaratan ada di daerah Lenteng Agung dan Taman Mini Indonesia Indah.
Ia juga mengatakan, jika ada heÂwan kurban yang tak memiliki SKKH, pihaknya akan mengÂisolasi hewan tersebut
“Saat ini, dinas masih meÂlakukan pendataan jumlah tempat penampungan yang tersebar di ibu kota,†katanya.
Dilarang Berjualan Gunakan Trotoar
Menjelang Idul Adha 1432 Hijriah, sejumlah penjual heÂwan kurban tampak menjajakan dagangannya di setiap sudut Ibu Kota. Mereka terlihat menÂdirikan tenda di lahan kosong di pinggir jalan.
Tak sedikit yang menjajakan dagangannya dengan menÂdiÂrikan tenda di atas trotoar jalan. Padahal, sebagai fasilitas umum tak boleh digunakan untuk keÂgiatan usaha.
Ini membuat lingkungan itu jadi kotor oleh sisa pakan heÂwan kurban maupun kotoran terÂnak. Seperti yang terlihat di seÂpanjang Jalan KS Tubun, (PeÂtamburan), Jalan KH Mas Mansyur (Kebon Kacang) Jalan Kramat Raya (Senen). Selain membuat kotor, hal ini juga mengganggu kenyamanan para pejalan kaki yang melintas.
Lurah Petamburan, Edi SamÂsudin mengatakan, meski para pedagang hewan kurban hanya musiman, mereka hendaknya tetap memperhatikan keberÂsihan lingkungan dan tidak memanfaatkan fasilitas umum yang ada.
“Lokasi berjualan mereka harusnya ditata dengan rapi serta dijaga kebersihannya. Dan yang lebih penting tidak mengÂgunakan trotoar sebagai tempat untuk berdagang,†katanya.
Kepala Seksi Operasional Satpol PP DKI Jakarta, Sadikin meÂnegaskan, pihaknya melaÂrang keras penggunaan fasilitas umum seperti trotoar sebagai temÂpat berjualan hewan kurban. Terlebih, jika pedagang itu menÂdirikan atau memasang tenda di atas trotoar.
“Kami akan menegur keras para penjual hewan kurban yang memanfaatkan trotoar dan faÂsilitas umum lainnya,†kata SaÂdikin. Dia mengatakan, piÂhakÂnya tiÂdak melarang seseÂorang atau siaÂpapun mencari nafÂkah. NaÂmun, hendaknya tiÂdak di atas faÂÂsilitasi umum atau tidak mengÂganggu ketertiban masyarakat.
“Kami tidak melarang mereÂka untuk berusaha. Tapi, henÂdaknya mereka juga harus memÂperhatikan kebersihan lingkungan,†kata Sadikin.
Dalam Seminggu Jual 400 Sapi
Haji Doni mengatakan, dia sudah merekrut SPG untuk menÂjual hewan kurban sejak tahun 2009. Ide ini muncul seÂpulang dari Australia.
“Kalau di sana itu kan biasa perempuan ada di tempat pengÂgilingan sapi, di pelelangan. Namun di negeri kita, ini seÂsuatu yang baru,†katanya.
Doni menerangkan, SPG yang direkrutnya berasal dari berbagai perguruan tinggi. “Usia mereka rata sekitar 20-an,†katanya.
Pria berkumis ini menamÂbahÂkan, mereka berasal dari perÂguruan tinggi ternama. “Ada yang dari UGM. Bahkan IPB jurusan peternakan,†katanya dengan bangga.
Doni menjelaskan, bursa heÂwan kurban menempati showÂroom mobil. “Dua minggu seÂbeÂlum Idul Adha kami menguÂbah menjadi tempat penjualan hewan kurban. Ini sudah kami lakukan setiap tahun,†katanya.
Di tempat ini Doni menÂjaÂjaÂkan 622 sapi dari jenis sapi Bali, sapi Jawa, sapi limosin, sapi puÂtih, dan sapi keturunan Australia.
Ia mengungkapkan memiliki delapan outlet penjualan sapi kurban. Untuk itu, dia merekrut 22 SPG. Kebanyakan mahasiswi.
Menurut Doni, dengan diduÂkung SPG, penjualan sapi kurÂban meningkat. “Per minggu kami bisa menjual lebih dari 400 sapi. “Minggu lalu saja haÂbis seÂbanyak 422 ekor,†kata Doni.
Doni menjamin sapi yang dijualnya bebas penyakit kaÂrena hampir setiap minggu diÂperiksa petugas kesehatan heÂwan Pemkot Depok.
Doni enggan membeberkan omzet penjualan sapi kurban. “Kami belum rekap hasil penÂjualan sebelumnya. Soalnya raÂtusan ekor yang laku setiap minggunya,†katanya.
Ia tak khawatir sapi-sapi yang diÂjajakan di showroom tak haÂbis terjual. “Tinggal dikemÂbaÂlikan lagi ke peternakan di TaÂpos,†katanya.
Daya Beli Turun, Penjualan Anjlok
Permintaan hewan kurban pada Idul Adha tahun 2011 diÂperkirakan mengalami penuÂruÂnan. Hingga saat ini permintaan hewan kurban belum meÂnunjukkan angka yang mengÂgembirakan.
“Sepertinya permintaan heÂwan kurban tahun ini akan tuÂrun dibanding tahun lalu, kaÂrena hingga saat ini belum ada tanda-tanda permintaan yang cukup signifikan,†jelas SekÂretaris Perhimpunan Peternak Sapi Kambing Indonesia (PPSKI) Robi Agustiar.
Robi mengatakan, tahun 2011 permintaan turun 10-15 perÂsen dibanding tahun lalu. Kondisi ini mulai terasa sejak awal Oktober. Biasanya bebeÂrapa minggu sebelum Idul Adha sejumlah calon pembeli telah memesan. Apalagi calon pemÂbeli dalam partai besar. “Kalau sekarang nggak seramai tahun-tahun lalu,†katanya.
Sepinya permintaan, Robi memperkirakan karena daya beli masyarakat yang cendeÂrung berkurang. Apalagi harga sapi terus mengalami kenaikan seiring kenaikan pakan. Pada awal Oktober harga sapi kurban naik 20 persen.
Padahal sebeÂlumnya pasca Lebaran hargaÂnya sempat turun. Saat ini harga sapi kurban Rp 31.000 - Rp 35.000/kg (timÂbang hidup). Sementara pada tahun 2010 harga sapi kurban masih pada kisaran Rp 26.000 - Rp 29.000/kg (timbang hidup).
Tidak hanya sapi, Robi mengatakan, harga domba pun melejit cukup signifikan. DaÂlam hal ini PPSKI mencatat keÂnaikan harga domba mencapai 35 pensen dibanding tahun lalu. Saat ini harga domba berada di kisaran Rp 38.000 - Rp 45.000/kg (timbang hidup). Sementara tahun lalu Rp 30.000 - Rp 35.000/kg (timbang hidup).
Idul Adha bagi peternak meÂruÂpakan momen untuk menÂdaÂpatkan keuntungan. Bahkan seÂbagian rela menahan tidak menÂjual ternaknya saat Idul Fitri lalu.
“Idul Adha memang menjadi saat yang ditunggu peternak. KaÂrena harga jualnya relatif leÂbih tinggi ketimbang Idul Fitri. Sayangnya, kondisi ekonomi maÂsyarakat tidak terlalu meÂngÂgembirakan,†katanya.
Terkait hal itu, lanjutnya, renÂdahnya serapan hewan kurban saat Idul Adha diperkirakan meÂmaksa petani kembali meÂngaÂlihkan ternaknya menjadi sapi poÂtong atau sapi pedaging. “Tapi konsekuensinya harga jualnya lebih rendah. Dan keÂuntungan yang diperoleh peÂternak pun kecil,†katanya. [rm]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15