IMAM dimanapun selalu berada di depan. Makmum berada di belakangnya. Makmum di depan imam sama dengan shalat dengan keunikan. Dan itu bisa terjadi hanya di Rusia.
finishing touch tampaknya masih memerlukan perhatian tersendiri. Dan melihat perkembangan masjid ini, kelihatannya para pengurus menganut prinsip Jawa: alon-alon waton kelakon alias pelan tapi jadi. Kendala finansial kemungkinan menjadi ganjalan tersendiri.
Masih menurut Abbasyov, sebenarnya masyarakat Moskow setidaknya masih memerlukan sekitar 10an masjid sebesar Masjid Prospek Mira yang sedang dibangun. Jumlah muslim yang terus membengkak dari waktu ke waktu tidak mungkin bisa diakomodir dengan masjid yang ada. Masalah ini harus dipahami oleh pemerintah setempat dengan memberikan izin mendirikan masjid yang lebih banyak. Sebab kebutuhan tersebut merupakan realitas sosial yang perlu diperhatikan secara serius.
Karena keadaan darurat pula, maka shalat berjamaah di masjid Prospek Mira sudah tidak mengikuti kaidah-kaidah fiqhiyah. Makmum di depan imam tidak dipersoalkan lagi. Shalat di tempat yang tidak suci seperti jalanan menjadi syah adanya. Bahkan makmum tidak bisa mendengar suara imam apalagi melihatnya, dianggap hal yang wajar. Tuhan itu maha tahu dan tidak mempersulit hambaNya, begitu kata jamaah.
Jangan lupa, fenomena mbludaknya shalat jum'at di masjid Prospek Mira hanyalah sebuah contoh dari sekian banyak masjid di kota Moskow. Karena tidak mencukupi kebutuhan maka shalat jum'at banyak didirikan di berbagai tempat seperti kampus dan lokasi lainnya. Bahkan KBRI Moskow yang berkedudukan di Novokuznetskaya Ulitsa juga melaksanakan kegiatan jum'atan yan diikuti oleh masyarakat Islam Indonesia, ASEAN dan negara muslim lainnya.
Puncak dari aktivitas ibadah muslim di Moskow persis dengan di Indonesia, yakni pada saat Idul Fitri tiba. Inilah perayaan akbar yang tidak bisa dinafikan oleh umat Islam Rusia, termasuk mereka yang bermukim di kota Moskow. Semua muslim akan beduyun-duyun menuju tempat ibadah.
Shalat idul fitri didirikan pada jam 9 atau jam 10, tergantung saat itu bertepatan pada musim apa. Ketika bertepatan musim panas, jam 9 tentu sudah agak siang, sebaliknya pada musim dingin jam 10 masih terasa masih pagi. Biasanya, dua jam sebelum dilaksanakan shalat, masjid Prospek Mira sudah tidak mampu lagi menampung jamaah. Mereka yang sudah berada di dalam tentu enggan keluar, khawatir tempatnya diambil yang lain. Takbirpun terus bekumandang.
Satu jam menjelang sholat, seluruh lingkungan masjid sudah penuh sesak dengan lautan manusia. Bahkan jalan raya di sekitarnya juga tidak mampu lagi menampungnya. Kebanyakan tidak kebagian tempat. Mereka hanya bisa berdiri dan melihat dari kejauhan aktivitas keagamaan di sekitar masjid. Masjid bagaikan rumah lebah yang dikerubungi tawon dalam jumlah yang berjibun. Bahkan diantara mereka rela hanya bisa beterbangan di sekitarnya.
Dan, pada saat shalat akan didirikan, sebuah pemandangan yang luar biasa akan terjadi. Halaman stasiun metro yang berjarak pada kisaran satu kilometer dari masjid ini sudah disesaki orang yang siap melaksanakan ibadah. Mereka adalah buntut dari rangkaian manusia yang bermula di dalam masjid. Mereka tidak hanya di depan imam, namun sudah tidak mampu lagi melihat dan mendengar suara imam yang berada di dalam masjid.
Suatu ketika, seorang pejabat Indonesia ikut shalat idul fitri di masjid Prospek Mira. Ketika pulang dengan baju yang basah kuyup, ia hanya bisa tersenyum puas meskipun tidak kebagian tempat di dalam masjid. Kepada siapapun ia menceritakan pengalamannya yang luar biasa di hari itu. "Ternyata, shalat di negeri mantan komunis, jauh lebih mengesankan dari shalat dimanapun. Meskipun dapat tempat jauh dari masjid dan terus diguyur salju, tak seorangpun beranjak pergi."
(Penulis adalah diplomat Indonesia di Moskow, ajimoscovic@gmail.com)