RMOL. Lili Amalia duduk di sofa di ruangan Sentra Kesehatan Haji dan Umroh Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan. Nyaris tak ada kegiatan yang dilakukannya. Perempuan berjilbab ini mengisi waktu dengan menonton tayangan televisi.
Sentra Kesehatan Haji dan Umroh RSUP Fatmawati meruÂpakan salah satu tempat rujukan bagi calon haji (calhaj) yang henÂdak mendapatkan suntikan vaksin meningitis dan medical check up.
Saat ini sudah memasuki muÂsim haji. Sejumlah jamaah InÂdoÂnesia telah diterbangkan ke Tanah Suci. Sebelum berangkat, calon haji wajib mendapat suntikan vaksin meningitis.
Walaupun sudah masuk musim haji, RSUP Fatmawati tak keÂbanÂjiran calon jamaah yang hendak mendapat suntikan vaksin meÂningitis maupun memeriksakan kesehatannya.
Menurut Lili, rumah sakit ini haÂnya melayani suntikan vaksin meningitis untuk calon haji ONH plus. Sedangkan bagi calon haji regular bisa mendapatkan sunÂtiÂkan vaksin di puskesmas kecaÂmatan. Calon jamaah haji tak diÂpungut biaya untuk mendapatkan suntikan vaksin.
“Pemberian vaksin gratis kaÂreÂna sudah disediakan pemerintah,†kata anggota tim Sentra KeÂseÂhatan Haji dan Umroh RSUP Fatmawati ini.
Pada musim haji ini, RSUP FatÂmawati hanya melayani peÂnyuntikan vaksin meningitis bagi 60 orang. Tahun lalu, melayani 500 calon haji.
Sedikit banyak calon haji yang melakukan suntikan vaksin meÂningitis di RS Fatmawati terÂganÂtung dari rekomendasi KemenÂterian Kesehatan.
“Biasanya pihak kementerian yang merekomendasikan berapa orang yang akan diberi vaksin meningitis. Kita tinggal melakÂsanakan saja,†katanya.
Di luar musim haji, rumah sakit ini dibanjiri orang-orang yang hendak mendapat suntikan vaksin meningitis untuk melaksanakan umroh. Setiap tahun tak kurang dari 4 ribu orang. “Tapi untuk buÂlan SepÂtember sampai Desember laÂyanan umroh sepi karena seÂdang musim haji. Bulan Januari depan kemungkinan baru ramai lagi,†katanya.
Sentra Kesehatan Haji dan UmÂroh juga hanya melayani peÂmeÂriksaan kesehatan (medical check up) bagi jamaah ONH plus. Tapi, pemeriksaan kesehatan ini tak gratis.
“Medical check ditarik bayaran kaÂrena tidak termasuk dalam biaÂya ongkos naik haji,†kata Lili. BiaÂya pemeriksaan berbeda-beda disesuaikan dengan usia calon haji.
Bagi yang berusia masih di baÂwah 40 tahun, cukup mengambil paket Mina (dasar). Biayanya Rp 351.400 untuk pria. Sementara waÂÂnita 380.400 untuk wanita. PeÂmeriksaan meliputi fisik, radioÂlogi dan pemeriksaan laboÂraÂtoÂrium unÂtuk mengetahui tromÂboÂsit, leuÂkuÂsit, golongan darah dan lain-lain.
Untuk usia 40-50 tahun dikeÂnakan biaya lebih besar. Yakni Rp 600.800 untuk pria dan Rp 629.800 untuk wanita. Pemeriksaan meÂliputi fisik, radiologi, laboÂraÂtoÂrium dan EKG.
EKG yaitu ElektroÂkaÂrÂdioÂgram merupakan pemeriksaan non-inÂvasif yang digunakan unÂtuk meÂngÂetahui keadaan janÂtung, melaÂlui pengukuran aktiÂfitas listrik jantung.
Bagi yang berusia di atas 50 tahun dikenakan biaya pemerikÂsaan dua kali lipat lebih besar. Sebab, pemeriksaannya juga telah banyak.
Untuk pria dikenakan biaya 1.274.800. Sementara wanita Rp 1.303.400. Pemeriksaan meliputi fisik, radiologi, laboratorium, EKG, Echo, treadmill dan spiroÂmetri. Sentra Kesehatan Haji dan Umroh RSUP Fatmawati buka dari Senin sampai Jumat mulai puÂkul delapan pagi sampai tiga sore.
Calon haji maupun umroh dilaÂyani oleh empat orang. Terdiri dari satu dokter umum, dua peraÂwat dan satu staf administrasi.
Sentra Kesehatan ini berada di dekat Gedung Griya Husada. LeÂtaknya di bagian belakang komÂpleks RSUP Fatmawati.
Setelah melawati lorong selebar dua meter sepanjang 20 meter kemudian belok ke kanan. Di situ akan bertemu pintu masuk selebar 1,5 meter. Pintu masuk terÂbuat dari kayu dan hanya terÂbuka sebagian. Di atas pintu diÂpasang papan yang bertuliskan “Sentra Hajiâ€.
Masuk ke dalam terdapat loÂrong selebar dua meter. Di belaÂkang pintu masuk ditempatkan empat kursi panjang untuk tempat tunggu pemeriksaan. Tidak ada calon jamaah haji maupun umroh yang melakukan pemeriksaan kesehatan maupun meminta disuntik vaksin meningitis.
Di dinding lorong sebelah kaÂnan ditempel spanduk besar berÂgambar Masjid Nabawi di MaÂdinah. Di samping kiri lorong terdapat ruangan berukuran 5x7 meter ini.
Pintunya tertutup. Di pintu itu diÂtempel kertas ukuran A4 yang diÂberi tulisan “Tempat PenyuÂluÂhanâ€. Masuk kedalam ruangan haÂnya ada dua meja panjang warna hitam dilengkapi dengan kursi empuk.
Di dinding sebelah kanan terÂdapat ruangan tempat pemberian vaksin. Ruangan berukuran 5x6 meter ini tertutup rapat.
Untuk masuk harus dapat izin terlebih dahulu kepada petugas yang ada di dalam ruangan ini.
Masuk ke dalam ruangan terliÂhat sofa letter “L†diletakkan di baÂgian kiri. Kursi untuk tempat tungÂgu jamaah yang akan diÂvaksin. Di depan sofa terdapat kaÂmar berukuran 2x1 meter. PinÂtunya menggunakan korden. Di dalam kamar disediakan kasur bagi calon jamaah yang akan diÂsuntik vaksin.
Di samping kanan kamar sunÂtik ini terdapat meja adminisÂtrasi. Meja warna hitam itu penuh deÂngan tumpukan buku.
Di depan meja ditempatkan filling cabinet untuk menyimpan berÂkas-berkas. Televisi 21 inchi dileÂtakkan di atas filling cabinet itu. Di samping kiri ruangan vakÂsin terdapat ruangan pemerikÂsaÂan. Ini bisa diketahui dari tulisan yang ditempel di pintunya.
Masuk ke dalam ruangan berÂukuran 3x4 meter ini terlihat meja untuk konsultasi antara paÂsien dengan dokter. Diatas meja dileÂtakkan monitor komÂputer layer datar.
Di samping kanan meja ini terdapat timbangan. Sebuah wasÂfatel ditempatkan di depan meja konsultasi. Di depannya terdapat tempat tidur untuk memeriksa pasien.
Sekali Suntik Kebal 3 Tahun
Menunaikan ibadah haji tidak cukup hanya menyiapkan mental dan finansial saja. Lebih dari itu calon jemaah haji seÂhaÂrusnya juga menyiapkan fisikÂnya agar siap menghadapi cuaca dan penularan penyakit.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin meningitis adalah vakÂsin wajib yang harus dilakukan caÂlon haji untuk melindungi riÂsiko tertular meningitis meÂningÂokokus, suatu infeksi yang terjadi pada selaput otak dan sumsum tulang belakang dan keracunan darah.
“Meningitis adalah penyakit serius dengan angka kematian tinggi. Bakteri ini sebenarnya tiÂdak ada di Indonesia tapi unÂtuk orang yang akan bepergian ke negara lain terutama ke daeÂrah endemi, harus divaksin,†kata dr Samsuridjal Djauzi, SpPD.
Daerah endemik meningitis meningokokus antara lain AfÂrika, Amerika Utara, AmeÂrika LaÂtin, dan Selandia Baru. “SeÂlama melakukan ibadah haji, kita akan bertemu dengan orang dari berbagai negara yang mungÂkin saja menjadi pembaÂwa atau carrier bakteri meÂningitis,†katanya.
Orang yang bepergian ke luar negeri membawa risiko meÂnuÂlarkan meningitis kepada orang lain yang akhirnya dapat menuÂlarkan kepada populasi yang lebih besar.
“Bila tidak dilaÂkuÂkan penceÂgahan dari sekarang, bisa saja suatu saat nanti peÂnyakit ini mencapai tahap enÂdemik di Indonesia,†paparnya.
Meningitis meningokukus disebabkan oleh lima tipe bakteri atau serogrup A,B,C,Y, dan W-135. “Penularannya meÂlalui butiran ludah yang meÂnempel di mukosa lalu masuk ke peredaran darah dan selaput otak,†kata dokter yang menjadi wakil ketua komite penasihat ahli imunisasi nasional ini.
Bahkan, berada dalam waktu lama dengan seseorang yang menjadi pembawa bakteri ini dapat meningkatkan risiko terÂinfeksi bakteri itu sampai 800 kali. Kebanyakan kasus peÂnyaÂkit ini juga terjadi pada orang-orang yang sebelumnya sehat.
Gejala meningitis yang utama adalah nyeri kepala, leher kaku, kulit kemerahan, kesadaran meÂnurun dan kejang-kejang. AwalÂnya gejala yang muncul mirip flu namun dnegan cepat menjadi berat. Vaksinasi meningitis seÂbaikÂÂnya dilakukan minimal 10 hari sebelum keberangkatan.
“Kurang dari itu sistem antiÂbodi tidak bisa terbentuk semÂpurna,†kata Samsuridzal.
VaksiÂnasi meningitis ini disuntikkan di area deltoid SK (lengan kanan atas) dengan dosis tunggal 0,5 ml. Hal ini karena penyakit terÂseÂbut bisa menular akibat kontak langsung atau melalui ‘carrier’.
“Vaksin ini bisa diberikan berÂbarengan dengan vaksin influenÂza. Biasanya vaksin meningitis di lengan kanan atas dan vaksin influenza di lengan kiri. Vaksin meningitis ini bisa memberikan kekebalan hingga 3 tahun seÂdangÂkan vaksin influenza hanya 1 tahun,†kata Dr dr Iris RengÂganis, SpPD, K-AI.
Pemberian vaksin meningitis ini menjadi syarat wajib dari peÂmerintah Arab Saudi bagi semua calon jamaah haji. Untuk di InÂdoÂnesia pemberian vaksin meÂningitis merupakan tahap terÂakhir dari proses pemeriksaan keÂsehatan bagi calon jamaah haji.
“Calon jemaah yang sudah divaksin ini akan diberikan kartu kuning dan kekebalannya bisa hingga 3 tahun, jadi kalau tahun depan mau umrah tidak perlu vaksin meningitis lagi,†ujar Dr Iris yang juga pengurus besar Peralmuni (Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia).
Buku Kuning Diganti Sertifikat Internasional
Dulu setiap orang yang telah diÂsuntik vaksin meningitis menÂdapatkan buku kuning. Pemerintah mengganti buku itu dengan sertifikat internasional (international certificate of vacÂcine/ICV) yang dilengkapi barÂcode. Ini untuk memuÂdahÂkan pemindaian dan pengawasan.
Dirjen Pengendalian PeÂnyaÂkit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan, TjanÂdra Yoga Aditama mengatakan dengan adanya barcode ini akan mempermudah kantor kesehaÂtan pelabuhan (KKP) melakuÂkan pemindaian.
“Sistem ini sangat berguna untuk mengontrol pelaksanaan vaksinasi. Dengan demikian, pemalsuan terhadap buku itu dapat dihindarkan,†katanya.
Tjandra menjelaskan, ICV akan diberikan kepada calon haji, umrah, mahasiswa, serta peÂlaku bisnis yang telah menÂdapat suntikan vaksin meÂningiÂtis dan hendak berangkat ke Arab Saudi. Model ICV mengÂgantikan buku (kartu kuning) yang sebelumnya diterapkan sebagai bukti vaksinasi.
Tjandra menegaskan agar seÂmua pihak, baik petugas medis, biro perjalanan, puskesmas, peÂnyedia vaksin, maupun media massa, ikut serta menyukseskan kampanye sesuai dengan peran masing-masing. “Semua pihak harus membantu agar meningitis tiÂdak masuk ke Indonesia,†katanya.
Setiap tahun, kata Tjandra, leÂbih dari 500 ribu orang IndoÂneÂsia melakukan perjalanan ke neÂgara-negara endemis meningitis, seperti Arab Saudi dan sekitarnya.
Negara-negara di kawasan itu termasuk dalam daerah meÂningiÂtis belt, yaitu daerah dengan epiÂdemiologi meningitis yang cuÂkup tinggi sehingga berpotensi menular.
Tjandra menjelaskan, penyaÂkit ini disebabkan bakteri NeiÂseÂria meningitidis yang menimÂbulkan radang di susunan syaraf bahkan dapat mengakibatkan keÂmatian.
Seseorang yang terÂtular mungkin tidak jatuh sakit, naÂmun bisa menjadi carrier, pemÂbawa bakteri dan menuÂlarÂkan kepada orang di sekitarnya.
Banyak calon haji, umrah, dan tenaga kerja Indonesia (TKI) kata Tjandra tidak sadar untuk melindungi diri dari penyakit berbahaya ini. Hal itu disebabÂkan kurangnya informasi dan pengetahuan mengenai penyakit tersebut. [rm]
Populer
Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03
Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53
Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21
Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45
Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35
Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46
Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01
UPDATE
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19
Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29
Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15