Berita

fitria/istimewa

Bank Indonesia

BI Rate Versus SBI Rate

Oleh Fitria Irmi Triswati *
JUMAT, 07 OKTOBER 2011 | 23:27 WIB

PERTANYAAN yang cukup sering muncul pada setiap kesempatan Bank Indonesia berbincang dengan publik adalah: Apakah tingkat suku bunga SBI atau SBI Rate, sama dengan BI Rate? Lalu apa hubungan antara keduanya? Kalau yang satu naik, apakah yang lain ikut naik? Lalu kalau berbeda tingkat suku bunganya apa artinya? Dan yang paling menarik: Kenapa harus setinggi itu sih tingkat suku bunganya?  

Konsep mengenai BI Rate sebagai policy rate atau suku bunga kebijakan memang lekat dengan tingkat suku bunga SBI sebagai instrumen operasinya. Yang satu sebagai sinyal, sementara yang satu sebagai pelaksanaannya.

Bank Indonesia mengumumkan BI Rate pada saat ini sebesar 6,75 persen. Hal ini berarti BI memberikan sinyal bahwa BI menginginkan tingkat suku bunga pasar berada di sekitar 6,75 persen. BI percaya bahwa tingkat suku bunga pasar sebesar itu akan dapat diteruskan mempengaruhi suku bunga jangka panjang lainnya, misalnya suku bunga kredit. Kemudian tingkat suku bunga ini dapat mempengaruhi kegiatan perekonomian dan berujung pada tingkat inflasi yang sesuai dengan targetnya, yaitu 5 persen di tahun 2011 dan 4,5 persen di tahun 2012.

Bagaimana BI dapat mempengaruhi suku bunga pasar? Mengumumkan sinyal saja tentunya tidak cukup. Suku bunga pasar terbentuk dari kondisi likuiditas, yaitu supply dan demand-nya.  BI sebagai bank sentral memegang kontrol supply likuiditas di pasar.  Dengan demikian, BI harus mengatur jumlah likuiditas yang beredar di pasar agar suku bunga yang terbentuk sesuai dengan yang diinginkan oleh BI, yaitu 6,75 persen.
 
Itulah sebabnya BI mempunyai sasaran operasional, yaitu tingkat suku bunga PUAB overnite (PUAB O/N).  PUAB adalah Pasar Uang Antar Bank, di mana bank melakukan pinjam meminjam antar mereka untuk saling menutupi mismatch likuiditas setiap harinya.  Bank yang kelebihan dana pada hari itu akan meminjamkan dana pada bank yang kekurangan dana pada hari itu. Transaksi yang paling likuid adalah pada jangka waktu overnite atau satu hari.

Nah, untuk dapat mempengaruhi suku bunga pasar, yaitu PUAB O/N rate, BI kemudian melakukan operasi moneter.  Kegiatan ini mengarahkan likuiditas di pasar agar tingkat suku bunga yang terbentuk di PUAB overnite berada di sekitar BI Rate, yaitu 6,75 persen. Caranya, adalah dengan menyerap kelebihan likuditas ataupun menambah likuiditas dengan menggunakan instrumen operasi moneter. Jika PUAB pada hari itu mengalami kelebihan likuiditas, BI menggunakan instrumen absorbsi untuk menyerapnya, misalnya SBI dan term deposit. Jika mengalami kekurangan likuiditas, BI menawarkan instrumen injeksi, misalnya SBI Repo dan SUN Repo. SBI, yaitu Sertifikat Bank Indonesia, adalah surat utang yang diterbitkan oleh BI dengan sistem diskonto. BI melakukan lelang SBI untuk menyerap kelebihan likuiditas dengan meminjam dana dari pasar dan membayar kembali bersama diskontonya setelah jatuh tempo.

Dengan demikian, terlihat di sini bahwa SBI adalah instrumen yang digunakan BI dalam operasi moneternya, untuk mengarahkan agar suku bunga pasar berada di sekitar BI Rate. SBI Rate, tentunya adalah tingkat suku bunga yang harus dibayar BI. Besarnya, tentu merujuk kepada 6,75 persen sebagai suku bunga kebijakan, sekaligus sasaran operasional PUAB O/N di tingkat suku bunga yang sama.

Hal yang mempengaruhi rata-rata tertimbang (RRT) SBI Rate hasil lelang adalah tenor atau jangka waktu SBI yang ditawarkan, jumlah dan tingkat suku bunga penawaran peserta lelang, kondisi likuiditas pasar pada saat lelang dilakukan, serta preferensi BI menyerap sesuai target likuiditas yang dibutuhkan.

Hasil lelang SBI terakhir pada 8 September 2011, RRT SBI Rate adalah 6,28 persen untuk tenor SBI 9 bulan. Rendahnya hasil lelang SBI tersebut dibandingkan dengan BI Rate yang berlaku saat ini sangat terkait dengan kondisi ekses likuiditas yang dialami pasar keuangan domestik saat ini.

Yang jelas, hasil lelang SBI merupakan hasil operasi moneter BI yang merupakan kegiatan pengelolaan likuiditas pasar biasa, business as usual. Perubahan hasil lelang SBI dari waktu ke waktu sama sekali bukan merupakan sinyal kebijakan BI. Apabila lelang berikutnya menghasilkan angka yang meningkat atau menurun, sama sekali tidak berarti BI merubah arah kebijakan moneternya menjadi mengetat atau melonggar. 

Sinyal kebijakan moneter BI hanya datang dari pengumuman BI Rate setiap bulannya, melalui Rapat Dewan Gubernur setiap awal bulan. BI Rate sebesar 6,75 persen telah melalui hasil asesmen yang mempertimbangkan seluruh besaran makroekonomi utamanya pengaruh terhadap sektor riil, indikator perbankan serta pasar keuangan lainnya.
 
Tingkatan tersebut bertahan sejak Februari 2011, terutama untuk menahan laju inflasi ke depan. BI memandang bahwa pada tingkatan itulah, target inflasi ke depan dapat tercapai, dengan juga mempertimbangkan dampaknya terhadap perekonomian serta melaksanakan bauran kebijakan lainnya. 

*Analis Ekonomi di Bank Indonesia

Populer

Warganet Beberkan Kejanggalan Kampus Raffi Ahmad Peroleh Gelar Doktor Kehormatan

Senin, 30 September 2024 | 05:26

WNI Kepoin Kampus Pemberi Gelar Raffi Ahmad di Thailand, Hasilnya Mengagetkan

Minggu, 29 September 2024 | 23:46

Kejagung di Bawah ST Burhanuddin, Anak Buah Jalan Masing-masing

Rabu, 25 September 2024 | 17:11

Warganet Geram Bahlil Bandingkan Diri dengan Rasulullah: Maaf Nabi Tidak Minum Alkohol

Kamis, 26 September 2024 | 07:43

Salaman Andika Perkasa Dicuekin Kapolda Jateng dan Pj Gubernur

Rabu, 25 September 2024 | 11:18

MUI Tuntut Ahmad Dhani Minta Maaf

Rabu, 02 Oktober 2024 | 04:11

Rhenald Kasali Komentari Gelar Doktor HC Raffi Ahmad: Kita Nggak Ketemu Tuh Kampusnya

Jumat, 04 Oktober 2024 | 07:00

UPDATE

Sultan Bachtiar Najamuddin Rising Star Bengkulu

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:53

Korea Selatan Sepakat Tanggung Biaya Keamanan Tentara AS Sebesar Rp17 Triliun

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:50

Lawan Hoaks Menuju Pilkada Jakarta Berintegritas

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:41

Jadi Irup Terakhir Sebagai Presiden, Jokowi Berterima Kasih ke TNI

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 17:14

APPI Optimis Multifinance Dapat Bantu Pemerintah Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 16:47

Kabinet Prabowo-Gibran Idealnya Lebih dari 50 Persen Diisi Profesional

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 16:24

Jokowi: HUT TNI Tahun Ini Paling Merakyat

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 15:44

Dinasti di Parlemen, Ini Daftar Anggota Dewan yang Punya Relasi Keluarga

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 15:20

Peluru Israel Tidak akan Pernah Habis

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 14:54

Brent Melonjak dalam Sepekan Imbas Timteng Memanas

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 14:53

Selengkapnya