Berita

ilustrasi/ist

Jepang dan Indonesia Punya Banyak Kesamaan dalam Penanganan Bencana

MINGGU, 02 OKTOBER 2011 | 10:07 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

Pada 11 Maret lalu Tohoku Sendai di Jepang dihantam gempa berkekuatan M 9.0 diikuti tsunami yang melanda daratan Sendai, pantai Sanriku, Fukushima, dan sekitarnya. Disebutkan 15.785 jiwa tewas dalam kejadian itu, sementara 4.060 lainnya dinyatakan hilang.

Dari data histori gempa yang dikumpulkan ERC Jepang, disebutkan bahwa wilayah lepas pantai Miyagi dan lepas pantai Selatan Sanriku, umumnya memiliki magnitude gempa antara M 7 - M 8.2 dengan periode pengulangan rata-rata 100 tahun. Gempa Tohoku Sendai telah diramalkan akan terjadi pada sekitar tahun 2000-an dengan peluang kejadian 99 persen dan magnitude yang lebih kecil yaitu M 8.0.

Demikian disampaikan Asisten Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial Erick Ridzky kepada Rakyat Merdeka Online, Minggu pagi (2/10).

Data-data ini disampaikan dalam diskusi mendalam yang digelar hari Kamis lalu (29/9) di Bina Graha yang dihadiri dua pakar gempa Jepang, Prof. Kenji Satake dan Prof. Tonioka dan sejumlah pakar gempa dan geolog Indonesia. Menurutnya, Indonesia perlu mempelajari cara Jepang memitigasi dan menangani bencana.

Berdasarkan penelitian Paleoseismologic di daratan Sendai dan Miyagi, gempa bumi Tohoku tahun 2011 memiliki karakteristik yang sama dengan gempa bumi dan tsunami purba Jogan tahun 869.

“Jepang dan Indonesia memiliki banyak kesamaan latar belakang terkait bencana tektonik antara lain, berada pada zona subduksi, populasi penduduk yang besar, membutuhkan dan tertarik akan mitigasi bencana, banyak sektor pemerintah yang terlibat dalam pengurangan resiko bencana,” uajr Erick.

“Untuk rangka pengurangan resiko bencana gempa bumi, tsunami dan gunung api di Indonesia, diperlukan kegiatan penelitian multidisiplin,” sambungnya.

Dalam catatan dari 12 bencana gempa bumi di dunia 10 tahun terakhir dengan korban diatas 1.000 jiwa, empat diantaranya terjadi di Indonesia, yakni Aceh, Nias, Jogja, Padang. Sementara satu kejadian di Jepang, yakni Tohoku Sendai.

Tsunami Deposit

Penelitian menunjukkan terdapat lapisan deposit pasir tsunami dibawah lapisan tanah saat ini yang diperkirakan terjadi tahun 869. Tsunami deposit akibat gempa purba Jogan ini terdistribusi secara merata hingga 3 km dari garis pantai willayah Miyagi dimana sama dengan cakupan genangan tsunami tahun 2011. Deskripsi kejadian gempabumi dan tsunami Joggan sebenarnya juga terdapat dalam catatan Nihon Sandai Jitsuroku.

Walaupun terjadi kesalahan dalam peramalan besaran gempabumi karena adanya kejadian gempa dan tsunami purba yang terlupakan, namun upaya-upaya mitigasi yang telah dilakukan oleh pemerintah Jepang cukup efektif untuk mengurangi jumlah korban. Sebagai contoh pembangunan tembok pemecah gombang setinggi 10 m sepanjang 2,5 km di Taro, Kota Miyako, telah mengurangi jumlah korban jiwa pada tsunami 2011 menjadi 230 jiwa (6 persen populasi), dibandingkan dengan sebelum adanya tembok tersebut yaitu tsunami tahun 1933 (korban 972 jiwa = 20 persen populasi) maupun tsunami tahun 1896 (korban 1867 jiwa = 83 persen populasi).

Pada kejadian gempa Tohoku 2011, sistem peringatan dini Tsunami telah memberikan peringatan kejadian tsunami pada menit ke-3 sejak kejadian gempa dan telah menyelamatkan banyak jiwa. Namun pada sistem tersebut masih terdapat kesalahan tentang prediksi ketinggian gelombang dimana pada menit ke-28 dan menit ke-44 terjadi koreksi ketinggian gelombang tsunami yang lebih tinggi daripada prediksi ketinggian pada peringatan menit ke-3.

Penelitian Paleoseismologic (coral dan tsunami deposit) di wilayah sekitar Samudera Hindia (Thailand, Aceh, Andaman) menunjukkan bahwa kejadian gempa dan tsnumai yang sama dengan gempa dan tsunami Aceh 2004 pernah terjadi beberapa ratus tahun yang lalu. [guh]

Populer

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

OTT Beruntun! Giliran Jaksa di Bekasi Ditangkap KPK

Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29

Kejagung Ancam Tak Perpanjang Tugas Jaksa di KPK

Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35

Tamparan bagi Negara: WNA China Ilegal Berani Serang Prajurit TNI di Ketapang

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

UPDATE

Laksdya Erwin Tinjau Distribusi Bantuan di Aceh Tamiang

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55

Jembatan Merah Putih

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40

Kongres Perempuan 1928 Landasan Spirit Menuju Keadilan Gender

Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13

Menko AHY Lepas Bantuan Kemanusiaan Lewat KRI Semarang-594

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55

Membeli Damai dan Menjual Perang

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32

Komdigi Gandeng TNI Pulihkan Infrastruktur Komunikasi di Aceh

Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08

Rocky Gerung: Kita Minta Presiden Prabowo Menjadi Leader, Bukan Dealer

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45

DPRD Minta Pemkot Bogor Komitmen Tingkatkan Mutu Pendidikan

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27

Kebijakan Mualem Pakai Hati Nurani Banjir Pujian Warganet

Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09

Pemilihan Kepala Daerah Lewat DPRD Bikin Pemerintahan Stabil

Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54

Selengkapnya