Berita

Yeyen Lidya-Indah Dewi Pertiwi-Prisia Nasution-Syahrini

Blitz

Seleb Prihatin Kasus SMA 6

MINGGU, 25 SEPTEMBER 2011 | 04:08 WIB

RMOL. Bentrokan dan penganiayaan oknum siswa SMA 6 terhadap wartawan pada Senin (19/9) mengundang perhatian banyak orang mulai politisi sampai selebriti. Wajar saja, selain kerap tawuran dan berbuat onar, SMA di kawasan Blok M, Jakarta Selatan itu, kadung dikenal sebagai ‘sekolahnya artis dan anak pejabat’. Saat dimintai tanggapan, kebanyakan artis prihatin. Selain terus berlanjut, tawuran dan aksi kekerasan semakin identik dengan para pelajar.


Syahrini, Susah Banget Hidup Damai

yahrini mengaku prihatin atas maraknya aksi kekerasan dan penganiayaan belakangan ini. Ter­lebih, kekerasan justru dilakukan oleh oknum siswa SMA 6 yang notabene masih pelajar.

“Saya mengaku prihatin atas kejadian tersebut. Padahal tidak perlu ada kekerasan, cukup lewat dialog aja kan,” ujarnya.

Apa pun alasannya, dia menilai penganiayaan baik individu mau pun berkelompok sudah bikin resah. Tidak hanya di lingkungan sekitar tapi juga masyarakat yang sudah telanjur mencap SMA 6 sering berbuat onar.

 â€œSecara pribadi aku emang nggak suka perke­lahian apalagi kayak tawuran begitu. Ini tindakan kejahatan,” tukas Syahrini.

Saat menonton langsung insiden di layar televisi, Syahrini bingung kok bisa-bisanya puluhan siswa SMA 6 dan wartawan terlibat kontak fisik. Herannya lagi, seolah-olah semua pihak tidak belajar dari penga­laman maraknya aksi tawuran antar pelajar.

“Pelajar lawan pelajar atau dengan masya­rakat pengguna jalan, itu mah biasa. Nah ini lawan wartawan. Ini peristiwa langka. Sangat disayangkan. Terus terang aku kecewa, kayaknya susah banget kita cari per­damaian,” cetus wanita yang ce­letukan ‘alhamdulillah ya’ dan’‘ se­suatu’ itu tengah populer di ma­syarakat.

Namun begitu, Syahrini tak mau asal sebut siapa di antara siswa SMA 6 atau wartawan yang bersalah dalam insiden mema­lukan itu. Ter­lebih saat penga­niayaan terjadi, keadaan lagi kacau. Intinya bagi dia, terja­dinya aksi kekerasan atau tawuran itu karena orang-orang sedang marah dan mudah terprovokasi.

 â€œNggak usah nyalahin orang lain. Bukan saatnya menyalahkan, tapi saatnya cari solusi. Kalau pemicunya dari emosi, ya kita harus belajar redam emosi,” tegasnya.

Bicara lebih serius, pelantun Jangan Memilih Aku ini mengimbau seluruh lapisan masyarakat kembali ke nilai agama dan Pancasila. Bahwa setiap orang wajib me­lindungi dirinya dan orang lain demi kebaikan bersama.

“Aku harap kejadian ini cukup sekali aja. Sebagai masyarakat, yang pernah jadi anak SMA dan teman dari wartawan, rasanya kita harus berdamai. Mudahan-mudahan ke depan, pemerintah, rekan wartawan, para pelajar dan masyarakat dapat mewujudkan Indonesia aman dan jadi sesuatu banget,” tutupnya.

Prisia Nasution, Nggak Aneh Main Keroyokan

Aksi tawuran yang melibat­kan pelajar sudah bukan hal yang aneh buat Prisia Nasution. Tapi dia kaget, kok bisa-bisa­nya puluhan siswa SMA 6 dan wartawan terlibat aksi keke­rasan. Apalagi beberapa siswa SMA 6 sampai mengeroyok dan melukai wartawan.

“Gimana yah, SMA sudah biasa tawuran sih. Apalagi wartawan bertugas, butuh beri­ta. Jadi aku nggak memihak kemana pun, keduanya sama bertanggung jawab. Artinya sama-sama saling mengerti deh,” celotehnya.

Pesinetron ini sangat menya­yang­kan kelakuan para pelajar se­karang yang terbiasa me­lakukan kekerasan. Saking labilnya para pelajar juga sudah susah diberi pengertian.

Alumni SMA 34 Jakarta ini beranggapan rata-rata anak SMA saat ini sering mengabai­kan saran dari orang yang lebih tua. Itu karena tingkat kede­wa­saan mereka belum matang menyikapi dinamika kehidu­pan secara realistis.

“Bagi saya, anak-anak SMA lebih terpengaruh sama jiwa muda. Buktinya banyak kasus tawuran di antara mereka kare­na lebih emosional daripada ra­sional ketika saling ber­sing­gu­ngan satu sama lain,” te­rangnya seolah menyindir aksi ta­­wuran yang kerap dila­kukan an­­tara oknum sisa SMA 6 dan SMA 70 yang lokasinya saling ber­­dekatan di kawasan Blok M ini.

Lebih jauh, gadis ayu ram­ping ini menganggap keke­rasan sudah membudaya di kalangan Anak Baru Gede (ABG). Persoalan ini menam­bah sulit pihak-pihak yang mau mencarikan solusi perdamaian.

“Setahu saya, siswa SMA kalau nggak berantem, nggak keren. Bedanya kalau dulu berantemnya satu lawan satu pakai tangan kosong, sekarang mainnya keroyokan pakai sen­jata tajam,” jelasnya.

Di samping itu, sikap polisi yang kerap tak tegas membuat kekerasan dan tawuran meluas. Mungkin karena itulah, aksi penganiayaan di depan SMA 6 bisa meledak. “Mungkin takut ikut diserang, kurang personil dan kurang koor­dinasi, polisi takut menga­mankan situasi di sana (SMA 6),” terang Prisia.

Makanya, saat insiden itu terjadi, Prisia menekan­kan pihak wartawan harus­nya bisa me­ngerti ke­pribadian anak SMA yang cen­­derung ban­del. Apa­lagi dalam me­nangani perselisihan tidak bisa me­ma­kai emosi.

“Mereka terkadang nggak bisa dilawan pakai omongan. Mung­kin dila­wan dengan fisik lebih cepat panasnya. Jadi, (saat itu) wartawan harus pakai logi­ka bukan emosi,” ujarnya.

Indah Dewi Pertiwi, Yang Salah Provokatornya

Sebagai orang yang cinta da­mai, Indah Dewi Pertiwi ke­cewa dengan insiden pe­nga­nia­yaan oknum siswa SMA 6 ter­hadap sejumlah wartawan. Apalagi insiden itu memalukan karena melibatkan dua pihak yang berbeda jauh bagi dari segi umur maupun pekerjaan.

 â€œAku kurang suka yang ber­an­tem-berantem, apalagi tawuran. Terus, agak aneh juga ada keroyokan antara warta­wan dan pelajar. Udah janggal dan nggak etis juga,” ujar Indah.

Menurutnya, siswa SMA 6 adalah pelajar. Mestinya tugas para siswa adalah belajar yang baik dan menghindari aksi kekerasan. Sebaliknya, para wartawan bertugas mencari berita. Alhasil, kedua belah pihak harusnya tidak saling terprovokasi.

 â€œKalau memang ada masa­lah ya diselesaikan baik lah. Kan ada kepala sekolah, pihak keamanan dan juga perwaki­lan dari siswa atau wartawan. Jadi ngapain kepancing provo­kasi dan harus saling bentrok. Yang salah itu provo­kator­nya,” papar pelantun Baru Aku Tahu Cinta Itu Apa.

Indah tidak mau menuding pihak mana pun yang dianggap bersalah. Pastinya, baik siswa SMA 6 mau pun wartawan tidak mau disalahkan dan me­ra­sa dirugikan dari insiden itu.

“Aku nggak tau siapa yang salah. Saat ini pasti saling salah-salahan dan merasa pa­ling benar. Polisi baiknya menengahi dan menuntaskan ma­salah itu secara hukum atau apa lah aku nggak tahu,” sarannya.

Sambil menunggu hasil pe­nye­lidikan kepolisian, Indah berharap jangan ada lagi pihak ketiga memperkeruh suasana.

“Di sini belum ada peme­nang­nya. Tergantung kebe­naran­nya dari penyelidikan lebih dalam oleh kepolisian. Semua kejadian harus dilihat utuh siapa yang memulai dan dalangnya siapa aja.”

Bekas personil Mahadewi ini mengingatkan pihak SMA 6 dan wartawan agar duduk ber­sama untuk mencari solusi yang adil.

“Kalau ada sesuatu apa pun dibicarakan dengan baik-baik. Jangan pakai kepala panas, harus dengan hati yang dingin. Yang satu dari kalangan pelajar, yang lainnya wartawan yang sedang tugas. Jangan sampai ada pertengkaran lagi, pokok­nya cari penyelesaikan agar saling win-win solution,” pung­kasnya.

Yeyen Lidya, Sekolahnya Kena Sanksi Moral

Aksi penganiayaan oknum sis­wa SMA 6 sudah mencoreng du­nia pendidikan tanah air. Ka­rena­nya, artis seksi Yeyen Lidya ber­harap polisi bisa berperan menun­taskan kasus tersebut,

 â€œAgar tidak terulang lagi, harus ada sanksi yang tegas bagi siapa yang bersalah. Baik dari pelajarnya atau pun dari warta­wan,” kata Yeyen.

Meskipun pelajar yang terlibat masih di bawah umur, katanya tetap harus diberikan sanksi. Artis seksi ini khawatir jika tidak ada penyelesaian, akan ada tawuran di sekolah lain karena meniru tawuran di kawasan Blok M Jakarta ini.

“Nggak apa-apa mereka beru­rusan dengan polisi. Meskipun di ba­wah umur mereka harus mem­pertanggungjawabkan perbuatan mereka. Kejadian inikan disorot, kalau dibiarkan takutnya ditiru sekolah lain,” harap pemain film Cinlok ini.

Apakah sekolah perlu diberi­kan sanksi? Menurut dia, mes­kipun sekolah yang bersangkutan tidak diberikan sanksi, sekolah yang siswanya sering tawuran sudah otomatis mendapatkan sanksi moral dari masyarakat.

“Tak usah diberi sanksi juga tak masalah. Sekolah yang sering tawuran, sudah mendapat cap jelek di masyarakat. Orang tua juga jadi pikir panjang mema­sukkan anaknya ke se­kolah yang sering tawuran,” selo­rohnya.

Selain karakter siswa, Ye­yen melihat seringnya ta­wuran yang dilakukan oleh siswa-siswa itu meru­pakan tradisi dari ang­katan se­belumnya yang se­ring di­perkeruh de­ngan ke­ha­diran alumni se­kolah ter­sebut jika sedang ta­wuran.  

“Kayaknya ka­rena pi­hak ketiga. Ka­dang alum­­ni yang mem­­­per­ke­ruh si­tua­si,” jelas­nya.

Senior, sam­bung­­­­nya, seper­tinya ju­ga meng­intimi­dasi para juniornya.

“Misalnya sa­kit hati de­ngan seko­lah lain itu ke­mudian ditu­run­kan,” kata­nya.  [rm]


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

UPDATE

Ekonom: Pertumbuhan Ekonomi Akhir Tahun 2025 Tidak Alamiah

Jumat, 26 Desember 2025 | 22:08

Lagu Natal Abadi, Mariah Carey Pecahkan Rekor Billboard

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:46

Wakapolri Kirim 1.500 Personel Tambahan ke Lokasi Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:45

BNPB: 92,5 Persen Jalan Nasional Terdampak Bencana Sumatera Sudah Diperbaiki

Jumat, 26 Desember 2025 | 21:09

Penerapan KUHP Baru Menuntut Kesiapan Aparat Penegak Hukum

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:37

Ancol dan TMII Diserbu Ribuan Pengunjung Selama Libur Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 20:26

Kebijakan WFA Sukses Dongkrak Sektor Ritel

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:56

Dua Warga Pendatang Yahukimo Dianiaya OTK saat Natal, Satu Tewas

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:42

21 Wilayah Bencana Sumatera Berstatus Transisi Darurat

Jumat, 26 Desember 2025 | 19:32

Jangan Sampai Aceh jadi Daerah Operasi Militer Gegara Bendera GAM

Jumat, 26 Desember 2025 | 18:59

Selengkapnya