Lulung Lunggana
Lulung Lunggana
RMOL.Spanduk bertema Ramadhan masih terpasang di pagar Kantor Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DKI Jakarta yang terletak di Jalan I Gusti Ngurah, Jaktim.
“Marhadan Ya Ramadhan. Selamat melaksanakan ibadah puaÂsa Ramadhan 1432 H, perÂbaÂnyak shodaqoh, jauhi maksiat, jaga persatuan, jauhi tawuran, tingÂkatkan ibadah, jaga keruÂkuÂnan, Islam rahmatan lil alamin,†demikian tulisan di spanduk warÂna hijau yang terlihat mulai kusam.
Foto Ketua PPP Jakarta Lulung Lunggana dan Sekretaris Abdul Aziz dipajang di spanduk. KeduaÂnya kompak mengenakan jas hiÂjau, kemeja putih dan peci hitam sebagai penutup kepala.
Kantor PPP Jakarta berdiri di atas tanah berukuran 30x30 meÂter. Pagar BRC setinggi 1,5 meter menjadi pembatas halaman kantor ini. Pagar ini bukan hanya berÂfungsi sebagai pembatas tapi juga menjadi tempat mengikatkan tiang-tiang bendera dari bambu. PuÂluhan bendera partai berlamÂbang Kabah ini berkibar-kibar tertiup angin.
Untuk bisa masuk ke halaman kantor bisa dari gerbang di bagian kiri maupun kanan pagar. Hanya gerbang kiri yang dibuka. KenÂdaraan roda dua dan empat bisa melewati gerbang ini.
Gerbang kanan sedang diperÂbaiki. Tapi dibuka sedikit agar bisa dilewati orang. Gerbang maÂsuk berada di dua sisi. Di sebelah kiri dan kanan.
Di balik gerbang ini terdapat haÂlaman parkir yang luas. Agar tak becek, halaman itu ditutupi cone block. Tiga mobil terlihat paÂrÂkir berderetan. Para pengeÂmudi mobil itu sepertinya punya pikiran sama: parkir di tempat yang teduh.
Di depan tempat parkir mobil-mobil itu berdiri pohon angsana. Daunnya yang rindang bisa mengÂhalangi sinar matahari. Sehingga mobil tak kepanasan.
Bangunan berlantai dua yang menjadi kantor terletak di tengah-tengah. Bentuknya seperti joglo dengan cat hijau warna khas PPP menutupi dindingnya.
Plang nama DPW PPP DKI JaÂkarta dipasang di dinding muka. Tulisannya dan lambang partai dibuat cukup besar, sehingga bisa terÂbaca jelas pengemudi yang meÂlintas di Jalan I Gusti Ngurah Rai.
Sebuah tiang bendera di depan kantor berdiri menjulang setinggi tiang listrik. Bendera merah putih berkibar-kibar di ujung atas. PinÂtu masuk kantor terletak di sebelah.
Saat Rakyat Merdeka daÂtang, pinÂtu yang terbuat dari kaca terÂbuka. Masuk ke dalam terlihat emÂpat pekerja tengah memÂperÂbaiki langit-langit dan mengecat dinding.
Tak ada satupun pengurus yang menunggui kantor. “Semua pÂeÂnguÂrus diundang rapat di DPRD JaÂkarta, jadi di sini tidak ada orang,†kata Rifki. Ia bukan staf sekÂÂretariat melainkan Ketua Ranting PPP Bukit Duri, Jakarta Selatan.
Rifki juga sedang menunggu kedatangan para pengurus. KenÂdati bukan pengurus sekretariat ini, dia tampaknya cukup tahu kondisi di sini.
Menurut pria berkaca mata ini, seÂhari-hari ini sekretariat ini sepi karena tengah direnovasi. PeÂngurus datang bila ada rapat. Kali ini rapat dipindahkan ke DPRD JaÂkarta. “Biasanya kalau penguÂrus diundang rapat di sana memÂbahas masalah pilkada,†katanya.
PPP tak mau ketinggalan meraÂmaikan pemilihan gubernur DKI Jakarta. Seperti lainnya, partai ini juga mulai mengosok-gosok jago yang akan diusung dalam peÂmilihan yang baru berlangsung tahun depan.
Rifki tahu soal ini. “Partai baru merekomendasikan dua nama yang akan diajukan: Pak Djan Faridz dan Pak Lulung.â€
Djan Faridz adalah anggota DeÂwan Perwakilan Daerah (DPD) asal Jakarta. Ia juga menÂjabat ketua Nahdlatul Ulama (NU) Jakarta. Selama ini, NU meÂrupakan basis massa PPP. Djan dijagokan jadi bakal calon gubernur. Sementara Lulung baÂkal calon wakil gubernur.
Menurut Rifki, Lulung sering menggelar rapat mengenai pilgub di sini. Kendati begitu, Lulung yang juga menjabat sekjen BaÂmus Betawi ini belum meÂnyiapÂkan strategi khusus menuju pilÂgub. “Paling Pak Lulung hanya menyebar beberapa spanduk di tempat-tempat strategis di JaÂkarta,†katanya.
Dalam penentuan cagub yang akan diusung PPP, pengurus di tingkat bawah ingin agar digelar polling. Tujuannya untuk meÂngeÂtahui siapa calon yang benar-beÂnar-benar didukung rakyat. “Jangan sampai memilih kucing dalam karung,†kata Rifki. Hingga kini belum jelas kapan polling digelar.
Rifki berharap cagub yang akan diusung partainya meÂrupÂaÂkan figur yang tepat, amanah, dan istiqomah. Sehingga, jika terpilih nanti dapat membawa manfaat bagi seluruh masyarakat DKI, tidak semata-mata untuk partai.
Selain itu, calon itu harus mamÂpu mengatasi masalah klasik JaÂkarta: macet dan banjir. Juga meÂmiliki kemampuan managerial dan kepemimpinan yang kuat di mata masyarakat.
Ingin Walikota Dipilih Langsung
Diusung sebagai calon wakil gubernur Jakarta oleh partainya, Lulung Lunggana langsung membuat jargon. “Jakarta untuk semua,†demikian jargonnya.
Sekretaris PPP Jakarta Abdul Azis menjelaskan, jargon itu mengandung maksud bahwa Jakarta harus menjadi kota yang aman dan nyaman bagi semua penduduk dari berbagai suku, latar belakang dan agama.
Menurut dia, sebagai calon wakil gubernur, Lulung akan memÂprioritas perbaikan sosial-keÂmasyarakatan. Masalah keluarÂga miskin, pendidikan dan keÂseÂhatan bakal jadi perhatian utama.
Dalam kesempatan terpisah, Lulung mengusulkan agar jabaÂtan walikota di DKI Jakarta diÂpilih langsung oleh rakyat. “Kami akan memperjuangkan agar hak politik rakyat DKI Jakarta untuk memilih walikota secara langÂsung bisa dipulihkan,†katanya.
Lulung mengaku pernah meÂngajukan uji materi terhadap UnÂdang-undang Nomor 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan ProÂvinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, tetapi kalah. “Namun deÂmikian kami akan terus memÂperjuangkan hal itu,†jelasnya.
Seperti diketahui, dalam ayat 2 Pasal 19 Undang-Undang Nomor 29 tahun 2007 tersebut, diseÂbutÂkan bahwa walikota/bupati di kota/kabupaten administrasi di DKI diangkat oleh gubernur atas pertimbangan DPRD DKI JaÂkarÂta dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.
Mekanisme ini, menurut LuÂlung, membunuh hak politik warÂga DKI Jakarta untuk memilih dan dipilih sebagai walikota. “Itu juga bertentangan dengan UUD 1945,†katanya.
Lulung mengingatkan, konsÂtiÂtusi Indonesia, UUD 1945 telah meÂnetapkan bentuk negara adaÂlah reÂpublic. Konsekuensi negara reÂpubÂlik, kedaulatan di tangan rakyat. Sehingga, pengisian jaÂbaÂtan poÂliÂtik-kenegaraan dilakukan secara langsung oleh rakyat meÂlalui pemilu.
Dalam Pasal 18 Ayat (4) UUD ditentukan bahwa gubernur dan bupati/wali kota dipilih secara demokratis, kata â€demokratis†di sini harus dimaknai bahwa kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat-pemilih.
“Jadi, sekali lagi, ini konseÂkuensi bentuk negara republik. KeÂÂdaulatan di tangan rakyat dan rakÂÂyatlah yang berhak menenÂtuÂkan kepala daerahnya,†tegas Lulung.
Selain itu, jelasnya, ketentuan bahÂwa hanya pengawai negeri sipil (PNS) yang punya hak jadi waÂlikota jelas sangat bertenÂtaÂngan dengan hak asasi manusia. SeÂhingga di luar PNS tak bisa menduduki jabatan itu.
Menurut Lulung, Jakarta seÂbaÂgai ibu kota negara, seharusnya menjadi barometer dalam berÂdeÂmokrasi bagi daerah lain. Sudah seharusnya walikota juga dipilih langsung oleh rakyat.
“Daerah lain saja, walikota dan bupati sudah dipilih langsung oleh rakyat, maka Jakarta sebagai ibukota masih dipilih oleh guÂbernur,†tandasnya.
Jago Sebenarnya Muncul Tiga Bulan Sebelum Pilgub
PPP telah resmi mengusung dua nama dalam bursa calon guÂbernur dan wakil gubernur JaÂkarta. Mereka adalah Djan Faridz dan Lulung Lunggana.
Djan diplot jadi gubernur. SeÂdangkan Lulung wakil guÂberÂnur. Rekomendasi ini dibuat daÂlam musyawarah kerja wilayah (mukerwil) PPP Jakarta.
Selanjutnya, rekomendasi ini disampaikan ke Dewan PimÂpiÂnan Pusat (DPP) PPP. “KeÂpuÂtusan ini sudah disetujui DPP PPP dan akan dikomunikasi dengan partai lain,†kata Abdul Azis, sekretaris PPP Jakarta.
Kenapa perlu dikoÂmuÂniÂkaÂsiÂkan ke partai lain? Menurut Azis, perolehan suara PPP tak cukup untuk mengusung calon sendiri.
Partai berlambang Kabah haÂnya punya tujuh kursi di DPRD Jakarta. Syarat bisa mengusung calon sendiri minimal punya 15 kursi. Mau tak mau, kata dia, PPP harus berkoalisi dengan partai lain.
Azis memiliki tiga strategi daÂlam membangun koalisi deÂngan partai lain. Pertama, meÂngajukan Djan Faridz sebagai calon gubernur. “Bila disetujui parÂtai lain, kita jalan terus meÂngusungnya.â€
Bila nama Djan ditolak, PPP akan mengusulkan Lulung seÂbagai calon wakil gubernur. LuÂlung akan didorong untuk menÂdamping calon gubernur yang disetujui koalisi.
Bagaimana bila keduanya ditolak? Menurut Azis, strategi terÂakhir hanya mencari keseÂpaÂkatan bersama. “Yang penting kita akan jalan bareng demi meÂngusung calon.â€
Keputusan ini baru akan diÂambil tiga bulan sebelum peÂmiÂlihan gubernur dan wakil guÂbernur. Sebelum itu, PPP terus melakukan lobi dengan partai lain. Hasil lobi-lobi akan diÂevaÂluasi lagi. “Evaluasi ini untuk menentukan satu pilihan yang akan diambil partai.â€
PPP Jakarta merasa tak perlu menggelar survei untuk meÂmuÂtuskan jago yang bakal diusung, seperti keinginan arus bawah. Kata Aizi, keputusan mengenai siapa yang bakal diusung bisa diselesaikan dalam muÂsyaÂwaÂrah kerja wilayah (muskerwil).
Muskerwil telah meÂreÂkoÂmenÂdasi nama Djan sebagai calon gubernur dan Lulung sebagai caÂlon wakil gubernur. “Pak Lulung legowo dengan kepuÂtusan ini,†kata Azis.
Namun bila ada partai lain yang ingin Lulung Lunggana sebagai cagub DKI Jakarta, PPP tak akan keberatan. Tapi hingga kini belum ada yang minta. Azis berharap, strategi yang diÂranÂcang untuk meloloskan Djan dan Lulung ke Pilgub JaÂkarÂta berÂjalan sesuai rencana. [rm]
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
UPDATE
Senin, 22 Desember 2025 | 08:06
Senin, 22 Desember 2025 | 08:00
Senin, 22 Desember 2025 | 07:45
Senin, 22 Desember 2025 | 07:24
Senin, 22 Desember 2025 | 07:15
Senin, 22 Desember 2025 | 07:10
Senin, 22 Desember 2025 | 07:00
Senin, 22 Desember 2025 | 06:56
Senin, 22 Desember 2025 | 06:30
Senin, 22 Desember 2025 | 05:59