Berita

Hendardji Supandji

On The Spot

Sebelum Ngantor, Mampir Cek Laporan Tim Sukses

Bertandang ke Balai Hendardji Supandji
JUMAT, 16 SEPTEMBER 2011 | 04:29 WIB

RMOL.Direktur Utama Pusat Pengelola Komplek Kemayoran, Hendardji Supandji bakal meramaikan pemilihan gubernur DKI Jakarta tahun depan. Pensiunan mayor jenderal ini memilih lewat jalur independen.

Untuk menunjukkan ke­se­riu­sannya menjadi orang nomor satu di DKI, bekas komandan Pusat Polisi Militer TNI ini membentuk tim sukses.

Pria yang ingin disapa Bang Adji ini tak lupa membuat mar­kas. Letaknya di Jalan Taman Gu­nawarman Barat Nomor 25, Ke­bayoran Lama, Jakarta Selatan. Markasnya diberi nama Balai Rak­yat Jakarta. Bagaimana akti­vitas di sini? Ke­marin, Rakyat Mer­deka berkunjung ke Balai ini.

Spanduk berukuran 5x2,5 me­ter menyambut kedatangan. Spanduk yang didominasi warna merah tersebut diikat di batang dua pohon

“Balai Rakyat Jakarta,” de­mi­ki­an tulisan di spanduk. Foto Hen­dardji mengenakan koko pu­tih dan peci hitam dipajang di samping tulisan. Senyumnya me­ngembang menunjukkan keramahan.

Spanduk ini dipasang di ha­la­man rumah yang terletak di hook. Bangunan rumah terdiri dari dua lantai dengan peraduan warna krem. Deretan pohon palem me­ngelilingi rumah, membuat sua­sana asri dan teduh.

Dua satpam berjaga di peka­rangan. Tanpa banyak bertanya, mereka mempersilakan ke dalam. Me­masuki pintu kayu, seorang wanita berkerudung terlihat be­ker­­ja di balik layar komputer. Pada sisi kanan dinding dile­kat­kan poster bergambar sama de­ngan spanduk di depan rumah.

Joyce, staf sekretariat Balai membantu menunjukkan setiap bagian ruangan di tempat ini. Di bagian tengah lantai satu, terdapat dua meja kayu. Tampak dua orang pria sedang bekerja sem­bari berbincang-bincang.

Di ruangan ini kita disuguhi be­berapa foto Hendardji. Misalnya foto bersama kelima saudara kan­dungnya dan foto keluarga ber­sama istri dan anak-anak. Foto-foto tersebut tertata rapi hampir di setiap sisi ruangan.

Di luar foto, terdapat karikatur Hendardji dengan bekas jaksa agung Hendarman Supandji sa­ling merangkul. Hendarman adalah kakak kandung Hendardji. Di karikatur itu, Hendardji yang mengenakan seragam militer dan Hendarman berseragam korps adhyaksa sama-sama menenteng borgol. “Dua Supandji satu per­kara, Tersangkanya ada dimana?” Begitulah tulisan yang tertera di bagian bawah karikatur itu.

Rakyat Merdeka juga diberi ke­sempatan memasuki ruang kerja Hendardji yang terletak di ujung. Ruangan ini berisi satu set meja makan kayu dan meja kerja. Be­berapa foto keluarga Hendardji dipajang di sini.

Suasana markas tim sukses Hendardji lebih menyerupai tem­pat tinggal. Beberapa perabot dan hiasan rumah juga tampak ber­te­baran di setiap sisi bangunannya.

Ruangan di lantai dua diper­un­tu­kan bagi staf khusus dan pro­to­koler. Dua pekerja bangunan tampak sedang penyekatan dan pendempulan langit-langit. Kondisinya masih terlihat sedikit berantakan.

Ruang terakhir yang Rakyat Mer­deka kunjungi adalah ruang rapat di lantai tiga. Sebuah meja ber­ukuran panjang dengan kursi ter­tata dengan rapi ditempatkan di ruangan ini. Sebuah layar LCD dan alat presentasi melengkapi ruangan ini.

“Kalau jumlah tim yang ber­kumpul ramai, kita rapat di lantai tiga. Kalau cuma sedikit, kita ra­pat di lantai satu,” ujar Joyce.

Joyce menuturkan, tempat ini su­dah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari sebelum Hendardji me­nya­takan ikut pilgub. Pada 8 Juli lalu, tempat ini diresmikan se­ba­gai Ba­lai Rakyat Jakarta. Tempat ini juga berfungsi sebagai media center.

“Tempat ini sudah resmi bisa disebut sebagai markas tim peme­nangan beliau. Karena Bang Adji sendiri sudah menandatangani struktur tim pemenangan ter­sebut,” ujarnya.

Wanita berwajah oriental ini mengatakan, rumah mewah ini bukan milik pribadi Hendardji. “Sepertinya rumah ini milik rekanan Bang Adji, nggak tahu statusnya sewa atau pinjam. Tapi ini bukan milik beliau,” ujarnya.

Balai ini menjadi tempat ber­kumpul sekitar 80 anggota tim suk­ses. Aktivitas di sini tak per­nah berhenti sekalipun hari Sabtu dan Minggu. Menurut Joyce, tempat ini baru ramai mulai 4 sore sampai 10 malam.

Saat Rakyat Merdeka ber­kun­jung suasana sepi. “Kenapa ke­liatan sepi? Karena sedang berada di lapangan semua. Tim biasanya kembali menyerahkan laporan sore hari. Report yang masuk se­kitar progres yang terjadi di lapa­ngan,” katanya.

Menurut Joyce, Hendardji sela­lu hadir dalam rapat-rapat tim. “Biasanya pagi beliau ngecek dulu sini sebelum ke kantornya di Kemayoran. Beliau tipikal orang yang tidak percaya sama re­port, beliau suka sidak ke lapa­ngan. Makanya nggak bakal ada yang berani macam-macam kerjanya,” tuturnya sembari tersenyum.

Saat ini, kata Joyce, tim fokus menggalang dukungan dari warga Jakarta. Sementara Hen­dar­dji sibuk melakukan aksi sosial. Misalnya pemberian ban­tuan kepada korban kebakaran, bersilaturahmi dengan tokoh aga­ma dan masyarakat, menggelar bazaar murah di beberapa wila­yah ibu kota dan Kepulauan Seribu.

“Bang Adji juga mengadakan operasi katarak gratis di Rumas Sakit Aini Kuningan. Kemarin kita juga membagikan seragam untuk majelis taklim dienam 6 wilayah yakni di Jaktim, Jakbar, Jaksel, Jakut, Jakpus dan Kepu­luan Seribu,” ujarnya.

Joyce mengungkapkan, Hen­dardji lebih mementingkan aksi sosial ketimbang pasang span­duk. Sebab yang dibutuhkan war­ga Jakarta adalah program nyata.

“Meski beliau belum men­delarasikan pencalonannya, tapi aksinya sudah banyak.  Kita dite­kankan lebih memperkuat ke bi­dang sosial. Tidak sekadar janji atau bagi-bagi uang, tapi mau ber­buat bagi masyarakat. Beliau le­bih suka sedikit berbicara, tapi banyak bekerja,” tuturnya.

Joyce mengklaim aksi sosial yang dilakukan Hendardji selalu mendapat respons positif dari masyarakat. Setiap kegiatan diha­diri sekitar seribu orang.

“Banyak ibu-ibu yang ngefans sama Bang Adji. Rata-rata bilang ganteng dan minta foto bareng.  Ba­nyak sekali yang tidak me­nyangka perubahan bapak yang angker, menjadi kalem dan ke­bapakan. Masyarkat sendiri yang ngomong ke beliau, mereka bu­tuh figur yang tegas dan nggak mencle-mencle,” ujarnya.

Ingin Ubah Wajah Jakarta Jadi Trendy

Prihatin melihat kondisi ibu kota yang kian kumuh mem­buat Hendardji Supandji mem­bulatkan tekad untuk maju da­lam pemilihan gubernur Jakarta.

“Terus terang kalau saya me­li­hat kondisi Jakarta ini, mung­kin 70 persen kumuh. Dulu tidak kumuh, tetapi semakin hari kok semakin kumuh. Tapi bukan hanya saya, juga ma­sya­rakat. Sebagian masyarakat yang prihatin itulah yang men­dorong saya untuk maju,” kata Hendardji mengawali perbin­ca­ngan dengan Rakyat Merdeka, belum lama ini.

Saudara kandung bekas Jaksa Agung Hendarman Supandji ini memang belum mau meng­u­mum­kan secara resmi pencalo­nan­nya. Selain baru tiga bulan ini memperkenalkan diri kepa­da pemilih Jakarta, juga lanta­ran dirinya masih menunggu ha­sil survei popularitas dan elektabilitas dirinya.

“Dalam arti saya pikir-pi­kirlah. Terus siapa yang me­nge­nal saya? Saya sosialisasi dulu sehingga secara resmi m­e­nya­ta­kan maju memang belum. Jadi kalau saya berniat men­ca­lonkan diri, tentu saya harus me­menuhi kriteria tertentu dan untuk memenuhi itu tentu ada langkah-langkah. Langkah-langkah itulah yang saya laku­kan sekarang, sekadar mem­per­ke­nalkan diri,” katanya.

Namun yang jelas, menurut dia, hal utama yang mesti dibe­nahi Jakarta adalah masalah ku­muh. Apalagi, anggapan Jakarta kumuh bukan hanya muncul dirinya, tapi mayoritas masya­rakat ibu kota.

“Bahwa banyak orang yang mengatakan kumuh itu sudah sinyal bahwa kita ini harus mem­berikan atensi terhadap sua­tu wilayah maupun daerah. Atensi itukan tidak mungkin dila­kukan orang per orang. Bisa apa dia? Paling tidak bisa dila­kukan oleh orang yang me­me­gang amanah untuk itu.”

Untuk mengatasi kumuh ini, menurut Hendardji, perlu pere­ma­jaan terhadap Jakarta. Se­bab, kekumuhan itu membuat wajah Jakarta menjadi kota tua.

“Ibarat saya sekarang ber­umur 60 tahun. Orang melihat kan saya tua, rambutnya putih. Nah bagaimana saya kelihatan remaja, ya saya tampil trendy. Rambut dicat, semangat juga dipacu lagi dengan olahraga agar tampil segar bugar. Jadi walaupun 60 dia terlihat 40. Jangan sebaliknya,” tandasnya.

Kumuh itu bisa dihilangkan dengan kebersihan. Kebersihan menunjukkan pancaran ke­ima­nan dan taqwa masyarakat Ja­karta. Kalau hati dan pikiran ber­sih, lingkungan pasti bersih. Bu­kan sebaliknya, kata Hendardji.

“Kalau pikiran dan hati kita kotor, lingkungan pasti ikut ko­tor. Kalau sudah kumuh se­per­ti ini, berarti ini lampu ku­ning yang mendekati lampu me­rah. Dan jika sudah sampai me­rah, bisa ber­henti suatu ke­hi­dupan. Ma­kanya saya dorong Jakarta ja­ngan sam­pai jadi kota mati.”

Diminta Nyanyi, Baru Bisa Senyum

Purnawirawan TNI men­dukung langkah Hendardji Su­pandji maju dalam Pilgub Ja­karta. Jenderal (Purn) Agus­tadi Sasongko, misalnya, me­nilai Hendardji sosok yang tepat un­tuk memimpin ibu kota.

“Hendardji yang akrab disapa Bang Adji adalah seorang yang saya kenal dan tahu memiliki karakter yang diperlukan warga Jakarta. Orangnya sederhana, taat beribadah, berani, kon­sis­ten, dan konsekwen terhadap tu­gas yang diemban,” kata be­kas kepala staf TNI AD itu saat per­esmian Balai Rakyat Jakarta.

Agustadi yang juga pena­si­hat Forkabi Jakarta mengaku, ter­kesan dengan Hendardji se­jak ma­sih jadi anak buahnya. Saat jadi Aspam KSAD, kata Agus­tadi, Hendardji tak segan men­jatuhkan sanksi kepada prajurit “nakal”.

Ketika menangani ilegal logging yang marak, Hendardji dinilainya tak pandang bulu. Agustadi yang pernah jadi Pangdam Jaya mengungkapkan satu kekurangan Hendardji: terlihat selalu serius.

“Sekarang ada perubahan signifikan pada Hendardji, dulu dia itu susah senyum. Tapi seka­rang dia sudah lebih rileks dan bisa tersenyum,” kata Agustadi.

Agustadi buka-bukaan, dulu saat ada acara hiburan dia selalu meminta Hendardji menyanyi. Ternyata ini bisa membuat be­kas Danpuspom TNI itu tersenyum.

“Saya sempat kaget ketika men­dengar Hendardji mau maju DKI I. Tetapi saya sangat se­nang dia maju, karena dia orang yang tegas dan konsi­sten,” ucap Agustadi. [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya