Nono Sampono
Nono Sampono
RMOL. Sejumlah purnawirawan TNI meramaikan bursa calon gubernur DKI Jakarta. Setelah Nachrowi Ramli dan Hendardji Supandji, muncul Nono Sampono, bekas komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres).
Pria yang menyandang pangkat terakhir letnan jenderal dari Korps Marinir ini telah meÂnyamÂpaikan kesiapannya maju dalam pemilihan gubernur (pilgub) tahun depan.
Bekas ketua Badan SAR NaÂsioÂnal ini pun telah memÂperÂsiapÂkan tim pemenangan. Rakyat MerÂdeka pun mengintip aktivitas tim yang bermarkas di gedung JaÂkarta Design Center (JDC) JaÂlan Gatot Subroto, Jakarta Pusat ini.
Tak sulit menemukan temÂpatnya. Nama Nono cukup diÂkenal di sini. Satpam atau pengÂhuni gedung mewah itu bisa dengan jelas menunjukkan posisi markas tim pemenangan Nono. Letaknya di pojok lantai satu.
Beberapa pria berbadan teÂgap tampak berjaga-jaga di seÂkitar temÂpat ini. Dari penamÂpiÂlannya seÂpertinya dari kalaÂngan militer. MeÂngenakan baju safari dan handy talkie di taÂngan, mereka mengaÂwasi geÂrak-gerik setiap orang.
Memasuki pintu kaca yang sengaja dibiarkan terbuka, langÂsung terlihat satu set meja kayu yang didesain berbentuk persegi. Meja ini sepertinya berfungsi seÂbagai tempat rapat. Beberapa lemÂbar kertas berserakan di atas meja.
Di dinding sisi kanan pintu masuk terdapat foto Nono ketika masih menjabat Komandan Korps Marinir dengan pangkat mayor jenderal. Di bawahnya diletakkan berisi dispenser, kopi dan snack. Di bagian bawah meja tampak beberapa kardus berisi brosur dan profil Nono.
Di sisi kiri pintu tampak satu paÂpan white board. Rencana keÂgiatan Nono selama beberapa buÂÂlan ke depan tertulis rapi di paÂpan ini. Misalnya, kegiatan sosial berkunjung ke masjid-masjid di Jakarta dan menjadi pemÂbicara masalah kebangsaan di kampus-kampus.
Tak jauh dari meja rapat tamÂpak foto Nono bersalaman deÂngan Fauzi Bowo, gubernur DKI Jakarta yang bakal habis masa jaÂbatannya tahun 2012. Keduanya terÂlihat akrab. Di sebelahnya dileÂtakkan sebuah peta Jakarta yang dibingkai kaca. Peta itu dipenuhi coretan-coretan spidol.
Persis di depan peta duduk seÂorang pria. Wajahnya tampak tak asing. Setelah diperhatikan waÂjahÂnya sama dengan yang ada di foto. Pria berkumis itu adalah Nono.
Mengetahui kedatangan RakÂyat Merdeka, Nono beranjak dari tempat duduknya. Jabat taÂngan hangat mengawali perteÂmuÂan kami. Sikapnya ramah dan berÂsahabat diiringi senyum yang tak henti-henti mengembang.
Mengenakan kemeja putih garis dan celama abu-abu, Nono mengajak berbincang-bincang di ruangan kerjanya di lantai dua. Memasuki pintu kaca, satu set sofa kulit berwarna hitam meÂnyambut. Ia lalu mempersilakan duduk. Lantai ruangan ini diÂlapisi karpet abu-abu. Di atas meja dileÂtakÂkan beberapa toples berisi roti kering.
Sebuah foto Nono berukuran besar dipajang di salah satu sisi ruangan. MeÂngeÂnakan pakaian dinas upaÂcara (PDU) putih deÂngan pangkat binÂtang tiga di baÂhu, Nono terÂlihat gaÂgah dan berÂwibawa. Beberapa binÂtang pengÂhargaan tersemat di dada kiri.
Kepada Rakyat Merdeka, secaÂra gamblang Nono kemudian meÂnuturkan pemikiran-pemikiÂranÂnya mengenai Jakarta. Ia terlihat sangat antusias. Hal yang bakal dikedepankannya adalah soal keamanan. “Masalah Jakarta beÂragam. Macet, sampah, transÂporÂtasi, pemukiman dan banyak lagi. Tapi yang utama memang keÂamaÂnan. Intinya jangan hanya meÂnyeÂlesaikan masalah secara pragÂmatis untuk Jakarta.â€
Pria kelahiran Bangkalan, MaÂdura, Jawa Timur, pada 1 Maret 1953 ini menerangkan, maÂsyaÂrakat di Jakarta sangat heterogen. Kondisi ini membuat ibu kota rawan konflik kelompok. “Yang tinggal di Jakarta sangat banyak. Kalau tidak aman maka situasi tidak akan kondusif.â€
Selain masalah keamanan, ia juga menitikberatkan pada masaÂlah budaya dengan budaya BeÂtaÂwi sebagai intinya sebagai daya tarik pariwisata.
Selanjutnya, Jakarta yang kaya akan sejarah juga cukup ideal diÂbaÂngun menjadi kota sejarah. “MoÂdernisasi harus terus berÂlangÂsung tapi sejarah yang ada di Jakarta tidak boleh ditinggalkan begitu saja,†tutur Nono.
Ia juga menuturkan, posisi siÂlang Jakarta yang efektif menÂjadi jalur perdagangan meÂruÂpaÂkan bagian penting. Sehingga hal terÂsebut haÂrus terus diÂkemÂbangkan guna peÂningkatan ekoÂnomi Jakarta.
“Saya memiliki cita-cita menÂjadikan kembali Jakarta sebagai Kota Bandar seperti era kolonial Belanda. Harus ada peningkatan PAD (pendapatan asli daerah) dengan mengembangkan perÂdagangan. Caranya dengan meÂmanfaatkan posisi Jakarta yang strategis,†ucapnya.
Berbicara masalah kemacetan di Jakarta yang semakin hari makin menggila, Nono memiliki strategi tersendiri. Menurut dia, persoalan ini bisa diatasi dengan meningkatkan kualitas dan kuanÂtitas angkutan umum.
Busway, misalnya. Juga peÂningÂkatan kuaÂlitas dan kuantitas infrastruktur transportasi seperti monorel, MRT, dan menambah jalan tol di luar lingkar Jakarta.
“Mengendalikan kendaraan pribadi itu kuncinya. Kita ketaÂhui, lebih dari 700 ribu kendaraan pribadi mobil dan sepeda motor yang masuk ke DKI. Kalau dilaÂkukan minimize atau berhenti di luar dan mereka bisa melanjutkan aktifitasnya dengan sarana dan prasarana transportasi yang memadai,†ujarnya.
Mengurangi produksi mobil pribadi, pengaturan mobil warna gelap-terang maupun nomor ganÂjil-genap juga bisa jadi solusi meÂngatasi kemacetan di Jakarta. NaÂmun, itu kembali kepada keÂdiÂsiplinan masyarakat Jakarta atas program ini bisa berhasil.
“Masyarakat diajak serta untuk diÂsiplin melalui berbagai media. KeÂÂdisiplinan itu kunci utaÂma. TanÂpa itu semua program sehebat apaÂpun tak akan berjalan efektif,†ucapnya.
Permasalahan banjir yang tak henti-hentinya mendera ibukota juga tak luput dari perhatiannya. Peningkatan infrastruktur, meÂnurut Nono, merupakan solusi untuk mengatasi permasalahan klasik tersebut.
“Saluran dan drainase difungÂsikan dengan lebih baik. PengenÂdalian sampah hal yang penting. Menambah resapan air dengan cara memperbesar hutan kota, taÂman kota dan pengendalian peÂmukiman. Membangun dam atau bendungan juga penting,†ujar Nono yang tengah menempuh penÂdidikan strata tiga di Institusi Pertanian Bogor.
Waspadai Politik Kotor di 2012
Bakal calon (balon) gubernur Nono Sampono meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mencermati Pilgub DKI Jakarta tahun depan. Agar pemilihan itu bersih dari politik uang.
“KPK harus mencermati keÂseÂimbangan harta para pejabat neÂgara yang menjadi bakal calon guÂbernur dengan biaya pengeÂluaÂran untuk sosialisasinya. KPK juga harus mengawasi aliran dana calon gubernur. Itu tanggung jaÂwab KPK. Jangan sampai guberÂnur yang terpilih tersandera kareÂna balas budi,†kata dia.
Nono juga meminta Badan Pengawas Pemilu menjadi wasit yang tegas dalam pilgub nanti. SeÂhingga tak terjadi permainan kotor. “Fasilitas pemerintah tidak boleh digunakan untuk kampaÂnye, termasuk kampanye terseÂluÂbung dengan mengunakan soÂsiaÂlisasi-sosialisasi masyarakat.â€
“Yang paling gawat itu money politics. Itu sama saja menukar 5 tahun masa depan masyarakat. Karena itu penting sekali BaÂwasÂlu untuk bertindak tegas.â€
Kayuh Onthel, Nyaris Ditabrak Metro Mini
Situasi lalu lintas di kawasan JaÂlan Tubagus Angke, Jakarta BaÂrat cukup semrawut sore itu. Maklum, waktu berbuka puasa tinggal hitungan jam. Pejalan kaki, pesepeda, tukang ojek, MetÂro Mini dan mobil pribadi saling berebutan di jalan yang meÂnyemÂpit lantaran sebagian ruasnya digunakan untuk jalan layang.
Rombongan pesepeda pÂeÂserta Jelajah Masjid Kampung Tua yang berjumlah hampir seÂratus orang sedikit panik. Tiba-tiba sebuah metro mini menepi mendadak untuk menurunkan penumpang.
“Awas!†teriak seorang pÂeÂserta jelajah memperingati. HamÂpir saja Nono Sampono yang mengayuh sepeda onthel nyaris terserempet Metro Mini.
Dengan sepeda lawas itu, Nono menelusuri jalan-jalan keÂcil di kawasan Kampung SaÂwah, Tambora dan Jalan TuÂbaÂgus Angke dengan tujuan akhir Masjid Al Anwar atau yang leÂbih dikenal dengan nama MasÂjid Angke.
“Dengan cara seperti ini saya jadi lebih mengerti persoalan masyarakat dan persoalan JaÂkarta sebenarnya,†kata Nono.
Nono tertarik mengikuti keÂgiaÂtan yang diprakarsai KomuÂnitas Jelajah itu karena sesuai deÂngan pemikirannya. MenuÂrutÂnya, sebagai ibukota negara, Jakarta memang harus dibaÂngun secara modern dengan berÂbagai fasilitas dan sarana bertaraf internasional.
“Namun seberapa modern pun kita membangun Jakarta, tidak boleh meninggalkan akar sejarah,†katanya. Itulah sebabÂnya ia amat mendukung kegiaÂtan anak-anak muda yang berÂgabung dalam komunitas ini. Menurut dia, generasi sudah seÂhaÂrusnya mengenal sejarah kotanya, sejarah negerinya unÂtuk bekal membangun di masa mendatang.
Sebagai bekas perwira tinggi militer, Nono selalu berÂseÂmaÂngat ketika berbicara soal seÂjaÂrah dan kebangsaan. SÂeÂjumÂlah universitas mengundangnya unÂtuk memberikan kuliah umum seputar kebangsaan. Di anÂtaÂraÂnya, Universitas Pancasila, UniÂversitas Nasional dan UniÂverÂsitas Trisakti.
“Ya, ini hanya meÂneruskan apa yang saya lakukan ketika masih menjadi perwira militer,†kata bekas Gubernur Akademi TNI AL dan Komandan JenÂdeÂral Akademi Militer itu.
Selain itu, Nono rutin mengÂhadiri Jumatan di masjid-masjid di Jakarta. Menurutnya, cara itu efektif untuk mengenalkan diri dan menyelami secara langsung kehidupan masyarakat.
“Dari masjid ke masjid setiap Jumatan. Bertemu dan menyapa langsung masyarakat. MaÂsyaÂraÂkat harus disapa dan diajak ngoÂmong. Mereka nanti bisa meÂnilai bagaimana karakter saya sesungguhnya,†ujarnya.
Sosok Nono yang berlatar belÂaÂkang Korps Marinir meÂngiÂngatkan pada Ali Sadikin. Pria yang akrab disapa Bang Ali oleh warga Jakarta ini juga berÂasal dari korps pasukan elite TNI AL itu.
Ali yang menjadi gubernur Jakarta dari era Soekarno hingÂga Soeharto telah banyak meÂlaÂkukan perubahan di ibu kota. Di bawah tangan dinginnya, wajah Jakarta berubah menjadi kota modern. [rm]
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
UPDATE
Senin, 22 Desember 2025 | 08:06
Senin, 22 Desember 2025 | 08:00
Senin, 22 Desember 2025 | 07:45
Senin, 22 Desember 2025 | 07:24
Senin, 22 Desember 2025 | 07:15
Senin, 22 Desember 2025 | 07:10
Senin, 22 Desember 2025 | 07:00
Senin, 22 Desember 2025 | 06:56
Senin, 22 Desember 2025 | 06:30
Senin, 22 Desember 2025 | 05:59