Berita

dr Aisha Wardhana

On The Spot

Transit di Singapura, Dokter Aisha Tiba Hari Ini

Kisah Relawan yang Tertembak di Somalia
RABU, 07 SEPTEMBER 2011 | 08:20 WIB

RMOL. Sugih Hartanto tengah dalam perjalanan ke Jakarta setelah lebaran di Yogyakarta, Minggu malam (4/9) ketika sebuah mention masuk ke akun Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Twitter.

Mention itu memberitahukan bahwa dr Aisha Wardhana diculik dan tertembak. Aisha adalah relawan ACT yang pergi di So­malia untuk membantu pengung­si yang kelaparan.

Sugih tak langsung percaya de­ngan info itu. Manager Komu­ni­kasi ACT ini mencoba meng­hu­bungi Aisha via BlackBerry Mes­senger (BBM). “Aisha gimana kon­disi,” tanya Sugih.

Pesan itu dibalas. “Aisha ter­tem­bak di pundah kiri oleh pria bersenjata. Ada jurnalis yang pu­nya foto kejadiannya.” W­a­lau­pun pesan itu dikirim dari Black­Berry Aisha, tapi ditulis oleh pria yang me­ngaku bernama Charles Etoundi.

Merasa tak mengenal orang yang menulis pesan itu, Sugih mencoba menggali lebih jauh identitas Charles via BBM. Juga informasi mengenai Aisha yang tertembak. Tapi pesannya tak berbalas.

Sugih terus berupaya meng­hubungi Aisha. “Saya mengirim pesan pakai bahasa Jawa.” Se­la­ma ini, dia dan Aisha kerap ber­bi­cara dengan bahasa itu.

Pesan berbalas dari dengan bahasa Inggris. Charles lagi yang membalasnya. Ia lalu membuka jati dirinya. Kata Charles, dia menjadi local guide Aisha selama di Nairobi, Kenya.

Charles, kata Sugih, mem­be­ri­ta­hukan Aisha diculik pria ber­senjata saat perjalanan dari Nai­robi menuju Mogadishu, Somalia dan akan dibawa ke Johan­nes­berg, Afrika Selatan. Penculikan terjadi Rabu, 31 Agustus.

Masih menurut cerita Charles kepada Sugih, sebelum diculik, Aisha masih sempat menitipkan BB kepada Charles.

Senin sore, Sugih kembali me­nerima kabar dari Charles. Aisha sudah ditemukan. Ia berhasil ke Somalia dalam keadaan terluka karena tertembak di pundak kiria.

Selanjutnya, Aisha akan di­ba­wa ke Qatar oleh kakaknya yang menjadi pilot di negara Timur Tengah itu.

Senin pukul 10 malam, Sugih kem­bali mencoba mengirim pe­san ke BlackBerry Aisha. “Ini masih dengan Charles atau Aisha,” tanya Sugih.

“Ini Aisha,” demikian pesan balasan. Sugih lalu mencoba ber­bicara dengan Aisha via telepon. Namun Aisha tidak bersedia de­ngan alasan masih syok. Ia mem­beritahukan sudah berada di Qa­tar dan segera pulang ke Indonesia.

Sehari berselang, Sugih kem­bali menghubungi Aisha via BBM. Selasa siang, Aisha me­nga­barkan sudah berada di Bandara Qatar dan akab terbang ke Singapura. Dari negara Singa Putih itu dilanjutkan ke Jakarta.

“Semoga besok (hari ini) Aisha bisa kembali ke Jakarta,” kata Sugih kepada Rakyat Merdeka.

Sugih menjelaskan, awalnya Aisha akan bersangkat ke So­malia bersama dengan empat re­lawan ACT lainnya, yaitu, Imam Akbari, Andhika Purbo Swasono, dr Adji Suranto Sp.A dan dr Nahdlatul Ulami.

Aisha menjadi relawan ACT ketika Gunung Merapi meletus dan saat pemulangan TKI ilegal dari Malaysia ke Tanjung Priok.

Sehari sebelum keberangkatan, Aisha mengundurkan diri dengan alasan akan menikah. “Kami me­nerima alasan itu dan tidak jadi memberangkatkannya,” katanya.

Tidak dinyana, 25 Agustus Aisha menghubungi ACT bahwa ia sedang berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta akan menuju Qatar.

Empat hari kemudian, Aisha mengabarkan via BBM bahwa dia akan ke Nairobi dan Mo­ga­dis­hu, Somalia. “Saya sudah da­pat tiket ke Nairobi lalu ke Mo­gadishu,” kata Sugih men­ce­rit­a­kan pesan Aisha.

Sugih mengatakan ACT tidak bisa melarang keinginan Aisha un­tuk bergabung dengan tim yang telah lebih dulu berangkat ke Somalia. “Aisha ke Somalia atas biaya sendiri dan bukan diberangkatkan ACT.” Itulah komunikasi terakhir de­ngan Aisha. Setelah itu dia di­ka­bar­kan diculik dan tertembak.

Kelebihan Bawaan, Ditolak Naik Pesawat

Untuk membantu mengatasi bencana kelaparan di Somalia, ACT menggelar aksi di soli­da­ritas di Masjid Al-Azhar, Keba­yoran Baru, Jakarta Selatan.

Dalam aksi itu disepakati mem­bentuk  Komite Indonesia un­tuk Solidaritas Somalia (KISS). “Alhamdulillah dalam dek­larasi itu kami bisa meng­himpun dana miliar rupiah dari masyarakat yang hadir,” kata Manajer Komunikasi ACT, Sugih Hartanto.

ACT memberangkatkan empat relawan untuk menyalurkan ban­tuan itu. Keempatnya yakni Imam Akbari, Andhika Purbo Swasono, dr Adji Suranto Sp.A dan dr Nahdlatul Ulami. Mereka berangkat Sabtu, 20 Agustus lalu.

Sebelum diberangkatkan, kata Sugih ACT, telah menyiapkan se­gala hal mulai legal administrasi, paspor, visa, asuransi hingga lo­gistik selama berada di Somalia.

ACT juga berkoordinasi de­ngan Kementerian Luar Negeri dan kantor perwakilan RI di negara-negara yang akan dilalui. Em­pat relawan itu pergi ke So­malia untuk membantu bantuan uang Rp 1 miliar dan obat-obatan seberat 1 kuintal.

Awalnya, maskapai pener­bangan Emirates sempat menolak memasukkan barang bawaan relawan ke dalam pesawat. Alasannya, kelebihan muatan.

Namun setelah negosiasi yang panjang, barang bawaan itu bisa masuk ke bagasi pesawat. “Ma­lah kami dapat diskon karena mem­bawa bantuan kemanu­sia­an,” katanya.

Sebelum ke Somalia, para re­lawan singgah di Nairobi, Ke­nya selama tiga hari. Di sini, mereka akan membantu para pengungsi. “Di Nairobi ada 400 ribu pe­ngungsi. Relawan kami sempat menolong 500 kepala keluarga,” kata Sugih.

Dari Nairobi, relawan langsung menuju Mogadishu, Somalia. Di negara ini, tim relawan ACT di­bantu Zam-zam Foundation. LSM lokal. “Mereka bertugas mengawal tim ACT selama me­lakukan pengobatan di Mo­ga­dishu agar terhindar dari pe­nyan­deraan kelompok bersenjata,” katanya.

LSM tersebut, kata Sugih juga membawa senjata untuk me­lindungi tim ACT karena situasi di negara tersebut tidak aman. Sewaktu-waktu bisa terjadi pen­cu­likan dan kontak senjata. Ren­cananya, para relawan kembali ke Indonesia pada hari Rabu (7/9) untuk digantikan tim lain.

Kantor ACT Jadi Posko Solidaritas Untuk Somalia

Nama Aksi Cepat Tanggap (ACT) baru mencuat setelah seorang relawannya, dr Aisha Wardhana dikabarkan ter­tembak di Somalia. Selama ini apa saja kiprah organisasi ini?

Menurut Manajer Komu­ni­kasi ACT, Sugih Hartanto,  organisasi fokus kepada korban bencana alam dan sosial. ACT turun membantu mengatasi ke­laparan, gizi buruk, dan per­bai­kan sanitasi lingkungan.

ACT mendirikan Bengkel Gizi Terpadu di Tangerang dan Bekasi untuk anak-anak yang menderita gizi buruk. “Alham­dulillah banyak anak-anak yang bisa tertolong,” kata Sugih.

Sugih menambahkan, ACT juga mengirimkan tim ke Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mengatasi kelaparan di daerah itu. “Sampai sekarang kami masih bertugas di sana.”

ACT, tandas Sugih, siap ter­jun ke lokasi-lokasi bencana baik di dalam maupun luar ne­ge­ri untuk memberikan bantuan.

Keinginan memberikan ban­tuan ke Somalia, jelas dia, ka­re­na ada dorongan dari ma­sya­rakat Indonesia yang iba meli­hat kelaparan di negara tersebut. “Setelah kami kaji beberapa hari akhirnya kami sepakat un­tuk mengirim relawan dan ba­n­tuan ke sana,” kata Sugih.

Aksi Cepat Tanggap (ACT) berkantor di ruko empat lantai di Blok B 8-9 Ciputat Indah Permai, Tangerang Selatan.

Halaman depan ruko bisa menampung empat mobil. Ada tiga mobil yang parkir di situ, yakni Avanza hitam, Kijang Innova dan Daihatsu Gran Max. Avanza hitam itu kendaraan operasional ACT.  

Di bagian depan ruko ber­uku­ran 8x10 meter ini ditempelkan spanduk besar bertuliskan “Pos­ko Nasional Komite Indo­ne­sia Untuk Solidaritas Somalia”.

Pintu ruko dibuka, terlihat meja recepsionis berbentuk L. Satu pegawai perempuan me­nunggui meja itu. Di depannya disediakan dua kursi tamu. Terlihat dua staf keluar-masuk ruangan menyelesaikan pe­ker­jaannya yang belum selesai.

Di samping kiri meja recep­sionis diletakkan sofa hitam un­tuk tamu. Dua spanduk ACT yang bertuliskan “ Peduli ada­lah Solusi” dipajang di sini.

Untuk masuk lebih dalam per­lu melewati pintu di bagian te­ngah ruangan. Pintu itu tert­u­tup rapat. Untuk membukanya per­lu memasukkan kode di mesin pemindai yang dipasang di sam­ping pintu. Hanya staf ACT yang boleh masuk ke dalam.

Lantai dasar ruko itu di­tem­pati Departemen Patnership dan Komunikasi. Lantai dua De­partemen Operasional. Lantai tiga Departemen Program. Lan­tai empat atau paling atas untuk musholla.   [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya