ilustrasi, pendatang baru yang akan mengadu nasib di ibu kota
ilustrasi, pendatang baru yang akan mengadu nasib di ibu kota
RMOL. Sebuah bus antar kota antar provinsi memasuki Terminal Kampung Rambutan, Jakarta Tmur kemarin. Beberapa penumpang langsung menenteng tas besar dan beberapa kardus turun dari bus setelah terparkir sempurna. Lainnya antre di samping bus menunggu kru membuka bagasi.
Setelah pintu bagasi dibuka, mereka berlomba mengambil baÂrang bawaan miliknya. SeÂorang pria mengambil tas hitam dari baÂgasi lalu disematkan ke bahu. SeÂjenak kemudian dia hanya berdiri terpaku tak jauh dari bus sembari memandangi sekeliling. Dahinya tampak mengernyit seakan memikirkan sesuatu.
Sambil menghela nafas, pria muda itu lalu melangkah ke dereÂtan kursi tunggu. Setelah meÂnyanÂdarkan punggung di kursi fiber tangannya merogoh saku kiri kemejanya mengeluarkan seÂbungkus rokok.
Arus balik Lebaran 2011 mulai tampak di beberapa terminal dan stasiun kereta di Jakarta sejak beÂbeÂrapa hari terakhir. Bersamaan dengan itu muncul orang-orang seperti pria tadi yang tampak biÂngung arah tujuan. Merekalah para pendatang baru yang hendak mengadu nasib di ibu kota. Fenomena ini terjadi setiap kali arus balik.
Tak sulit membedakan wajah pendatang baru. Rahman, salah satu pegawai Terminal Kampung Rambutan menuturkan, para penÂdatang baru itu mudah dikenali.
“Biasanya mereka terlihat keÂbingungan ketika turun dari bis. Apalagi yang datangnya senÂdiÂrian, biasanya rada panik juga mau kemana,†ujarnya.
Pendatang baru kebanyakan daÂtang bersama keluarganya. Ada pula yang datang sendirian atau berdua dengan temannya. MeÂreÂka tak mengejar pekerjaan muÂluk-muluk di ibu kota. PeÂkerjaan rendahan siap dilakoni agar bisa bertahan hidup.
“Setiap tahun setelah lebaran, pasti banyak pendatang baru. KaÂlau perempuan kebanyakan daÂtang dari Banjar untuk jadi pemÂbantu di Jakarta. Kalau laki-laki biasanya datang dari Jawa Timur atau Jawa Tengah,†kata lelaki yang telah bekerja di terminal sejak dua dekade terakhir.
Dani (19) tampak kebingungan begitu tiba di Terminal Kampung Rambutan. Pria asal TuluÂngaÂgung, Jawa Timur ini datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Ia mencoba mengadu nasib di kota besar setelah mendengar cerita dari tetangga di kampung.
“Saya ingin tahu bagaimana raÂsanya kerja di Jakarta. Kalau deÂngar cerita mereka, kayanya enak cari kerjaan di Jakarta,†katanya.
Dani sedikit beruntung. Ia tak perlu kebingungan mencari temÂpat tinggal. Seorang kakaknya lebih dulu tinggal di Jakarta.
“Kakak saya jualan di Jakarta. Jika belum mendapat pekerjaan, saya mungkin akan membantu kakak berjualan,†ujarnya.
Dani mengaku tak memiliki kemampuan khusus untuk berÂkompetisi ke Jakarta. PenÂdiÂdiÂkanÂnya hanya sekolah menengah umum. Sadar pendidikannya renÂdah, ia bersedia bekerja apa saja.
“Pengennya sih kerja di kanÂtoran, jadi OB (office boy) juga nggak apa-apa. Tapi kalau nggak dapat kantoran, jadi kuli baÂnguÂnan juga nggak masalah. Yang penting kerja aja dulu, biar nggak ngerepotin kakak,†ucapnya.
Hal senada juga diutarakan Anisa (22), warga Tasikmalaya yang juga coba mencari peÂkerÂjaan di Jakarta. “Saya baru ke sini untuk pertama kali,†tuturnya. Ia datang dengan temannya yang juga baru pertama kali datang ke ibu kota.
Mereka tampak kebingungan begitu turun dari bis. Kepada Rakyat Merdeka, mereka meÂngaÂku mau ke Cimanggis, dan akan bekerja menjadi baby sitter. “JanÂjinya sih mau di jemput, tapi orang yang jemput belum keÂliÂhatan. Kita binggung juga mau naik apa ke Cimanggis, kita kan baru di Jakarta,†katanya.
Beberapa pendatang yang baru menjejakkan kaki di Jakarta tidak tahu mau kemana. Naira (24) conÂtohnya. Ia datang dari PelabuÂhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat sendirian, dan belum tahu mau bekerja apa di Jakarta. “Datang saja dulu. Soal mau kerja apa, sedapatnya nanti aja. Apa aja mah boleh, yang penting halal dan bisa buat makan,†selorohnya.
Di Terminal Kampung RamÂbutan, ditemukan pula keluarga yang baru pertama kali datang ke Jakarta. Keluarga yang datang dari Garut itu terdiri dari ibu, baÂpak, dan satu anak perempuan yang telah dewasa. Mereka daÂtang ke Jakarta dengan berbekal pakaian yang dibungkus kardus dan karung.
Ketika turun dari bis, anak peÂrempuannya duduk di pinggir jaÂlan. Ia jarang bepergian sehingga menderita mabuk darat. “MungÂkin mau ke rumah saudara dulu di Depok. Kalau udah nyampe di sana, baru nanti dipikirin lagi mau ngapain di Jakarta,†kata si ibu.
Salah satu pendatang baru yang datang ditemani saudara mereka yang sudah dulu bekerja di JaÂkarta adalah Eni Kurniatun. PeÂrempuan asal Tulungagung, Jawa Timur ini ikut kakak sepupunya, Hani, ke Jakarta, menumpang kereta Matarmaja yang tiba di Stasiun Senen, siang kemarin.
“Ya dari Juli kemarin sudah mau berangkat ke Jakarta, tapi nunggu kakak saja setelah LebarÂan biar bisa sama-sama,†ujar Eni sambil membawa tas besar dan kardus warna coklat ini, di StaÂsiun Senen.
Perempuan berusia 19 tahun ini belum tahu akan bekerja di mana di Jakarta.
Mau Tinggal di Jakarta? Harus Punya Penjamin
Momen arus balik lebaran biasanya digunakan para penÂdaÂtang baru dari daerah untuk meÂngadu nasib di Jakarta. Supaya tiÂdak terkena operasi yustisi, meÂreka diharuskan memenuhi syaÂrat-syarat yang ditentukan.
“Di sini punya aturan kepenÂdudukan yang harus dipenuhi. Apabila mereka tidak memenuhi hal tersebut, tentu pada saatnya akan kita lakukan operasi yusÂtisi,†kata Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo usai acara Bersih-berÂsih Pantai Ancol di Kawasan Wisata Ancol, Jakarta Utara, Sabtu (3/11).
Pria yang biasa disapa Foke ini menambahkan, ia sudah memÂberikan informasi kepada Pemda di luar Jakarta tentang syarat keÂpendudukan bagi pendatang baru di ibu kota. Bila tidak sanggup memenuhi syarat, pendatang baru akan langsung dipulangkan.
Berkat aturan ketat tersebut, Menurut Foke, dalam empat taÂhun belakangan ini terjadi peÂnuÂrunan arus urbanisasi yang sigÂnifikan. Di satu sisi, pemÂbaÂnguÂnan di daerah juga sudah maju.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi para pendatang baru di Jakarta agar tidak terjaring operasi yustisi adalah memiliki surat pindah dari daerah asal, membawa SKCK dari kota asal, surat jaminan kerja di Jakarta, dan jaminan rumah atau tempat tinggal di Jakarta.
Pendatang Baru 50 Ribu Orang
Pemerintah DKI Jakarta akan menggelar Operasi Yustisi Kependudukan (OYK) pada H+14 Lebaran secara serentak di lima wilayah ibu kota. Ini dilakukan untuk membatasi jumlah pendatang baru yang tidak memiliki keahlian, dan tidak memiliki surat resmi dari daerah asal.
Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, Purba Hutapea, mengatakan, operasi OYK dianggap efektif meÂnekan jumlah penduduk ileÂgal yang tidak memenuhi syarat administrasi kependudukan di Jakarta.
“Pendatang diberikan waktu tinggal 14 hari di Jakarta, seleÂbihÂnya harus mengurus admiÂnistrasi kependudukan untuk tinggal di Jakarta,†kata Purba.
Lokasi yang menjadi kantong pendatang baru yang menjadi pusat razia, adalah di sekitar pabÂrik, kos-kosan, pemukiman padat dan apartemen.
Karena itu diimbau bagi seÂmua penÂdaÂtang baru menÂdaftarkan diri ke RT/RW dan kelurahan setemÂpat. Setelah 14 hari tinggal di Jakarta, setiap penÂdatang harus mengurus surat izin tinggal di kelurahan.
“Untuk denda yang tentuin hakim, (termasuk) tindak pidaÂna ringan. Tapi bagi yang nggak ada syarat ya dipulangkan. ApaÂlagi terbukti tidak ada surat dan ditemukan di jalan, taman, apaÂlagi nggak ada surat sama seÂkali,†jelas Purba.
Syaratnya, harus ada surat peÂngantar dari daerah asal, meÂmiliki tempat tinggal yang jelas, dan pekerjaan yang jelas. Bagi mereka yang belum memiliki suÂrat perizinan atau KTP diÂminta segera melengkapi syarat administrasi kependudukan.
Pemda DKI memprediksi terjadi penurunan pendatang baru pada 2011 ini. Jumlahnya diperkirakan hanya sekitar 50 ribu orang saja. Penurunan jumÂlah pendatang akan diÂupÂaÂyakan untuk ditekan dari tahun ke tahun.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo melihat dalam lima tahun terakhir jumÂlah pendatang baru dalam arus balik Lebaran mengalami pÂeÂnurunan. Pada 2003 terpantau ada 204.830 pendatang. Tahun 2004 sebanyak 190.356 jiwa. TaÂhun 2005 sebanyak 180.767 jiwa. Tahun 2006 sebanyak 124.427 jiwa, 2007 sebanyak 109.617 jiwa, dan 2008 menuÂrun cukup signifikan mencapai 88.473 jiwa.
Lalu pada tahun 2009 tercatat jumlah pendatang baru 69.554 orang, atau menurun sebesar 21,38 persen atau sebanyak 18.919 orang. Tahun 2010, jumÂlah pendatang baru pun kembali menurun menjadi sekitar 60 ribu orang.
“Penurunan ini bukan dikÂaÂrenakan penegakan peraturan yang ketat untuk tinggal di JaÂkarta, melainkan karena peÂnyeÂbaran pertumbuhan ekonomi yang baik di daerah. Namun OYK tetap akan dilakukan dua minggu setelah Lebaran. TuÂjuanÂnya untuk memeriksa keÂlengkapan administrasi keÂpenÂdudukan,†tegasnya. [rm]
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Senin, 15 Desember 2025 | 21:49
UPDATE
Senin, 22 Desember 2025 | 08:06
Senin, 22 Desember 2025 | 08:00
Senin, 22 Desember 2025 | 07:45
Senin, 22 Desember 2025 | 07:24
Senin, 22 Desember 2025 | 07:15
Senin, 22 Desember 2025 | 07:10
Senin, 22 Desember 2025 | 07:00
Senin, 22 Desember 2025 | 06:56
Senin, 22 Desember 2025 | 06:30
Senin, 22 Desember 2025 | 05:59