Berita

ilustrasi, mudik

On The Spot

Badan Lelah & Pegal, Saling Bantu Memijat

Memantau Rombongan Pemudik Sepeda Motor
KAMIS, 01 SEPTEMBER 2011 | 05:48 WIB

RMOL.Waktu menunjukkan pukul 06.30 pagi. Udara masih terasa sejuk. Dari rumah kontrakan di Jalan Kampung Kapuk III, Duren Sawit, Jakarta Timur keluar seorang pria berkaos kutang lusuh dan celana pendek. Ia lalu mendorong sepeda motor keluar dari rumah dan diparkir di pekarangan.

Starter dipencet, mesin motor matik itu pun menyala. Sambil setengah berjongkok pria beram­but cepak itu mengecek bagian-ba­gian motor dengan teliti. Ham­pir tak ada yang terlewat. Mulai dari kedua roda motor, rem depan dan belakang, diakhiri bagian mesin. Penutup oli dibuka. Tung­kai indikator oli dibersihkan meng­gunakan kain lalu dima­suk­kan kembali dan dikencangkan.

Dari dalam rumah keluar se­orang wanita membawa seember air dan gayung kecil serta kain kec­il. Air di siramkan ke seluruh bodi motor buatan Jepang terse­but. Kain lap yang sudah diberi detergen digosokkan pelan-pelan. Setelah dirasa bersih, busa-busa detergen yang me­nye­limuti mo­tor dibilas dengan air. Terakhir, sisa-sisa air di­ber­sih­kan dengan kanebo.

Mesin dimatikan, pria itu ma­suk ke dalam rumah. Sepuluh me­nit berselang, dia keluar de­ngan penampilan rapi. Me­nge­nakan celana jeans dan kaos ber­kerah, motor dibawa ke bengkel tak jauh dari rumah kontrakannya untuk diservis.

Khaslani (36), begitu dia me­ngenalkan dirinya kepada Rakyat Merdeka. Dia salah satu dari ri­buan pemudik yang meng­gu­na­kan motor. Dua tahun terakhir, dia mudik ke kampung ha­la­man­nya Indramayu, Jawa Barat de­ngan kendaraan roda dua itu.

Khaslani meminta oli motor­nya diganti juga di-tune up. Tanpa berlama-lama, montir membuka satu per satu bagian karburator dan mesin. Karburator diber­sih­kan dengan kuas dan bensin. Seal-seal di bagian mesin yang sudah usang diganti baru. Setelan gas juga diatur ulang agar motor enak dikendarai.

Sambil duduk santai, Khaslani mengamati serius. Tak lupa, ia me­minta montir memeriksa kan­vas rem depan dan belakang. Sang montir menyarankan meng­ganti kanvas. Tanpa banyak ta­nya, Khaslani mengikuti saran itu.

Sebelum keluar bengkel, Khas­lani meminta kedua ban dalam di­ganti baru walaupun kondisinya masih baik. “Kalau mau jalan jauh harus ganti ban dalam. Apa­lagi kalau sudah ada bekas tam­balan. Takut nanti bocor di tengah jalan, repot. Mending diganti un­tuk antisipasi. Nggak apa-apalah uang keluar dikit,” tuturnya sem­bari tersenyum.

Penjual nasi goreng di perti­ga­an lampu merah Jalan Pahlawan Revolusi, Duren Sawit, Jakarta Ti­m­ur ini telah sepakat dengan dua rekannya mudik pada H-3 atau 28 Agustus.

“Kita berangkat bareng. Satu ke Kuningan, satunya lagi ke Tegal. Kita konvoi sama-sama, kalau kenapa-kenapa di jalan bisa saling membantu,” ujarnya.

Untuk menghindari lalu lintas yang padat, mereka berangkat setelah subuh. “Kalau ke tempat saya berangkat jam 5 sampe Indramayu jam 9. Empat jam rata-ratanya. Paling kita berhenti sekali doang di Cikalong (Cikam­pek),” gumamnya.

Apa alasan ayah satu anak ini memilih mudik pakai sepeda motor? Rupanya dia tak kebagian tiket kereta maupun bus. “Mau gi­mana lagi, awal puasa aja tiket sudah pada habis terjual. Nggak ada pilihan, kita harus mudik naik motor,” ucapnya.

Khaslani bukannya tidak be­rusaha mencari tiket. Dia me­nga­ku sempat ditawari tiket kereta api tapi tanpa tempat duduk alias berdiri. “Dari Jakarta sampe Cirebon berdiri kan capek. Bus juga penuh banget. Kalau pulang kan orang bawa oleh-oleh semua, di dalam bus jadi sempit dan sesak,” ujarnya.

Pertimbangan lainnya, kata Khaslani, mudik menggunakan se­peda motor tak perlu merogoh koceknya dalam-dalam. “Naik kendaraan motor jauh lebih irit. Kalau bus musim Lebaran kena 90 ribu per orang. Kalau kereta ekonomi kena 27 ribu per orang. Naik motor cukup ngisi bensin 25 ribu udah sampai depan pintu,” tukasnya.

Meski sedikit capek, menurut Khaslani, mudik menggunakan sepeda motor bisa lebih santai. Tak terlalu repot, barang-barang ba­waannya bisa diikatkan di ba­gian depan atau belakang motor.

“Kalau berasa capek, kan tinggal ngaso sebentar di jalan. Mung­kin karena sudah dua tahun saya mudik naik motor, jadi sudah biasa. Kalau soal macet atau padat, di Jakarta tiap hari juga seperti itu,” tandasnya.

Menservis kendaraan meru­pa­kan salah satu persiapan un­tuk mudik. “Soalnya serem ka­lau ja­rak jauh motor nggak da­lam kon­disi fit, bisa-bisa nyawa jadi ta­ruhan. Kalau persiapan diri harus banyak istirahat, pas berangkat paling pakai jaket, helm full face, masker, dan sa­rung tangan,” ujarnya.

Hal senada juga diutarakan Jatmiko (28), pemudik motor lain­nya. Pria yang masih mem­bujang ini berencana mudik ke kampung halamannya, Solo. Bu­ruh pabrik roti ini mudik bersama rombongan teman-temannya di tem­patnya bekerja. “Yang be­rang­kat 10 motor. Berangkat jam 1 malam, biar sore sudah sampai di Solo,” ujarnya.

Jatmiko beralasan, mudik menggunakan sepeda motor lebih murah. Dari Jakarta sampai Solo, hanya mengeluarkan uang Rp 50-70 ribu untuk bensin.

Kedua, tak perlu makan minum di restoran. Nasi bungkus, nasi lauk pauk, aqua, teh manis, kopi, susu bayi bisa dibawa sendiri. Makan dan minum bisa dilaku­kan di pinggir jalan sambil me­nyaksikan pemandangan alam. Kalaupun hendak buang hajat bisa dilakukan di SPBU di sepan­jang jalur menuju Solo.

Menurutnya, mudik dengan mo­tor bisa menghemat ongkos per­jalanan 2-3 orang. “Kalau de­ngan bus harga termurah Rp 100 ribu per orang. Naik kereta Rp 150 ribu per orang. Uangnya bisa dipakai buat yang lain,” katanya berhitung.

Dia menuturkan, jika dalam perjalanan mengalami kelelahan cukup berhenti di pinggir jalan atau beristirahat di balai bekas pen­jual buah.

Sambil berhenti, anggota rom­bongan gantian me­mijat tubuh re­kannya yang pegal. “Paling lama istirahat sejam baru kita lanjutkan lagi perjalanan,” ucapnya.

Ketika disinggung soal kesela­matan perjalanan menggunakan sepeda motor, Jatmiko berdalih, se­mua sarana transportasi memi­liki risiko. “Kalau naik bus ke­se­lamatan tergantung supir. Su­pir­nya fit kita selamat. Supirnya ngan­tuk kita semua tamat. Apa­lagi kebanyakan supir dipaksa bo­lak balik bawa bus oleh peru­sahaan­nya pada musim Lebaran. Bisa di­bayangkan bahayanya,” tandasnya.

Keuntungan lain mudik pakai motor, kata Jatmiko, dirinya tak akan kesulitan transportasi ketika bersilaturahmi dengan sanak saudara di kampung halaman. Di sela-sela itu, dia bisa berwisata naik motor. “Motor bisa memba­wa kita ke rumah saudara yang tinggal di tengah sawah sekali­pun. Mau dibawa jalan-jalan juga enak,” ujarnya.

Bisa Raup Untung Rp 3 Juta Sehari

Para pemilik bengkel ke­wa­lahan meladeni calon pemudik yang hendak pulang ke kam­pong halaman dengan motor. Omzet mereka pun melonjak drastis.

Hendarto, 55, Pemilik Beng­kel Bima Sakti Motor, Jalan Pah­lawan Revolusi, Jakarta Ti­mur mengungkapkan beng­kel­nya ramai sejak H-15 oleh pe­mudik yang hendak memper­baiki maupun menservis ken­daraan rodanya.

Ada yang melakukan per­baikan total, turun mesin, servis kaburator, ganti oli sampai ganti ban luar. “Selain ganti oli, ba­nyak yang datang ganti ban luar. Untungnya stok ban motor saya banyak sehingga tidak sam­pai kehabisan,” kata Hendarto.

Biasanya bengkelnya hanya melayani 5-10 konsumen se­hari. Sejak dua minggu terakhir, bengkelnya rata-rata ke­da­tangan 20 hingga 30 konsumen per hari.

“Kita sampai kewalahan me­ladeninya. Bahkan ada kon­su­men yang kita tolak. Biasanya bengkel tutup jam lima sore kita diundur  sampai jam 8 malam,” ujarnya

Hal senada disampaikan Iwan (28), karyawan bengkel Alan Motor di Klender, Jakarta Timur. Menjelang lebaran ini cukup banyak pengguna sepeda motor yang melakukan per­baikan untuk persiapan mudik.

“Mereka yang datang itu biasanya perbaikan total seperti lampu, rem, mesin hingga ganti oli. Ada juga yang mengganti gir rantai atau ban luar,” tuturnya.

Baik Hendarto dan Iwan, menjelang Lebaran ini menda­pat berkah lantaran banyaknya pemudik yang datang menser­vis motor. Keuntungan yang didapat bisa untuk mudik ke kampung halaman.

“Kalau hari biasanya dapat untung bersih Rp 200 ribu sam­pai Rp 250 ribu. Menjelang Leba­ran bisa mencapai Rp 800 hingga Rp 3 juta,” ujar Iwan de­ngan raut muka bahagia.

Pemudik Sepeda Motor Tembus 8 Juta Orang

Tak seperti tahun lalu, Polda Daerah Metro Jaya tak  me­nga­wal konvoi motor pemudik pada musim Lebaran ini.

Direktur Lalulintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Roy­ke Lumowa pada apel Ope­rasi Ketupat Jaya 2011 di La­pangan Silang Monas beberapa waktu lalu mengatakan, dia ti­dak mengerahkan anak buahnya mengawal konvoi motor karena pemudik tidak tertib.

“Saat konvoi, dari belakang ada yang menyerobot ke depan sehingga antrean mengembang dan menimbulkan kemacetan,” ujarnya.

Meski tak mengawal, polisi tidak melarang pemudik kon­voi motor saat pulang ke kam­pung halaman. Namun, dia meminta pemudik mematuhi rambu-ram­bu lalulintas.

“Untuk kelancaran bersama kita berharap pemudik mema­tuhi rambu-rambu yang ada. Ini demi keselamatan para pemu­dik juga,” ujarnya.

Menurut Royke, pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi meningkat tahun ini. Bahkan, pemudik kendaraan roda dua diperkirakan mening­kat 15 persen. “Karena jumlah ke­n­daraan pribadi juga me­ning­kat,” katanya.

Berdasarkan data kepolisian tahun lalu, jumlah sepeda motor yang digunakan mudik seba­nyak 3,6 juta unit. Tahun ini, jum­lahnya diperkirakan me­ning­kat hingga mencapai 4,1 juta unit.

Adanya peningkatan jumlah kendaraan tentunya berimbas pada jumlah pemudik yang menggunakan motor. Tahun lalu sekitar 7,2 juta orang mudik dengan menggunakan motor. Tahun ini, diperkirakan jumlah­nya meningkat sekitar 15 per­sen atau sekitar 8,32 juta orang.

Royke mengimbau masya­ra­kat tidak mudik menggunakan motor. Apalagi, bila motor di­gu­nakan tidak sesuai kapasitas. Yakni, ditumpangi lebih dari dua orang dan membawa ba­rang berlebihan. “Ini akan di­tindak dan dipulangkan,” kata perwira menengah ini. [rm]


Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya