RMOL. Deretan tenda biru berjejer rapi di bawah Stasiun Cikini Menteng, Jakarta Pusat. Lapak-lapak berukuran 4x3 meter ini dibuat dari bambu seadanya. Berbagai jenis parsel diletakkan memenuhi setiap tempat di sini. Hampir tak terlihat ruang yang tersisa.
Mereka yang tak memiliki kios memilih menggelar parsel dagangannya di lantai maupun di sekitar tangga stasiun. Di bagian lain tampak beberap orang sibuk membuat keranjang parsel. Lainnya membungkus dan dan mengemasi parsel agar terlihat indah dan rapi.
Parsel berisi makanan itu diÂtempelkan dengan hati-hati mengÂgunakan alat perekat. TuÂjuannya tak lain untuk menarik minat konsumen yang melintas di tempat ini.
Membagikan parsel kepada rekan bisnis, kerabat atau sanak saudara ketika Lebaran, sudah jadu tradisi bagi sebagian masyaÂrakat ÂIndonesia. Tradisi ini berÂkembang di kalangan orang-orang yang berlatar belakang ekoÂnomi menengah ke atas.
Sudah puluhan tahun Stasiun Cikini menjadi salah satu pusat penjualan parsel di Jakarta. Tak salah jika tempat ini disebut, menÂÂjadi pusat penjulan parsel terbesar di Jakarta. Tempat ini muÂlai ramai penjual parsel ketika musim Lebaran tiba. Sebagian besar dari mereka merupakan pedagang musiman.
Jika diperhatikan, berbagai macam parsel dijual di tempat ini. Ukurannya juga bermacam-macam. Kebanyakan parsel berisi makanan. Ada juga yang berisi barang pecah belah. Yang juga tak kalah menarik adalah parsel bernuansa Islami, yang berisi kaÂligrafi dan pernak-pernik Islami.
Harga parsel yang ditawarkan bervariasi. Mulai Rp 150 ribu samÂpai Rp 6 juta tersedia di temÂpat ini. Para penjual parsel seperÂtinya mencoba memuaskan seÂluruh lapisan masyarakat, mulai dari yang menengah ke bawah sampai yang berkantong tebal.
Ketika
Rakyat Merdeka meÂngunÂjungi tempat ini terlihat raÂmai pembeli. Di salah satu ruko, puluhan pembeli berjejelan meÂmaÂdati tempat tersebut. Pemilik toko tampak kewalahan meÂlayani para pembeli yang terus berÂdatangan.
Suasana yang sama juga terÂlihat di lapak dan ruko-ruko penÂjual parsel lainnya. Hampir ada saja konsumen yang mampir waÂlaupun sebagian baru sekedar menanyakan harga.
Stasiun Cikini yang berubah menjadi semarak dan berwarna-warni, tak pelak menarik minat penÂgendara yang melintas di temÂpat ini. Beberapa pengendara moÂbil tampak mampir di tempat ini.
Mereka memutari satu persatu setiap penjual parsel sembari meÂÂnanyakan harga yang pas deÂngan kantong. Salah satu pemÂbeli tamÂpak sedang melaÂkukan proses taÂwar menawar dengan penjual parÂsel. Setelah mencapai kata seÂpakat, dua parsel berÂukuran besar kemudian dimaÂsuÂkkan ke bagasi mobil.
Menjelang lebaran yang jatuh 30-31 Agustus 2011 para pedaÂgang parsel mulai dibanjiri pesÂaÂnan. Dalam sehari penjual parsel ini bisa meraup keuntungan sampai Rp 10-20 juta.
Salah satu pedagang parsel di Stasiun Cikini, Andi Suryana meÂnyebutkan, berdasarkan pengaÂlaÂman tahun lalu, pesanan memÂbanÂjir menjelang Lebaran. BiaÂsaÂnÂya H-7 mulai ramai.
“Kalau hari biasa cuma 10, menjelang Lebaran bisa 30 tiap hari.†Parsel yang dijual Andi berÂkisaran antara Rp 150 ribu hingga Rp 2 juta. Dalam sehari, dia bisa meraup laba sampai Rp 10 juta menjelang Lebaran. Di luar RaÂmadhan dan Idul Fitri, omset Andi sebulan hanya Rp 15 juta.
Linda (30), penjual parsel IsÂlami mengatakan, penjualan parÂsel cukup mengalami peninÂgÂkatan dari tahun ke tahun. Dua puluh hari menjelang Lebaran, dia sudah mampu menjual tujuh parsel per hari.
“Mulai tanggal 15 Agustus lalu, dalam sehari kita sudah nganÂtongin uang Rp 20 juta per hari. Keuntungan kita dari satu parÂsel mulai dari Rp 250 ribu samÂpai Rp 2 juta. Soalnya yang kita jual bukan parsel semÂbaÂrangan. Bisa dihitung dengan jari yang jual parsel lukisan dan kaliÂgrafi begini. Modalnya juga nggak sedikit,†ujarnya.
Linda memperkirakan, puncak penjualan parsel akan dimulai tanggal 25 Agustus. “Di atas tangÂgal 25 bisa sampe ratusan juta uang masuk kita. Bahkan, kita sampai kelabakan meladeni pesanan. Di situ biasanya nggak ada hentinya meladen pesanan bisa sampe 24 jam,†ujarnya.
Berapa kisaran harga parsel mewah yang dijual Linda? Angka yang disebutkan cukup menceÂngangkan. Mulai Rp 650 ribu sampai Rp 6,5 juta. “Paling kecil harga 650 ribu. Di atasnya 700 ribu. Naik lagi 1,1 juta, terus 1,5 juta. Yang ini 2,5 juta, barisan yang ini 3,5. Di sampingnya 4,5 juta. Yang lukisan kaligrafinya paling besar harganya 6,5 juta,†ujarnya sembari menunjuk satu persatu parsel tersebut.
Sejak ada imbauan KPK yang melarang mengirim parsel kepaÂda pejabat, Linda mengalihkan pangsa pasarnya dari pejabat ke perusahaan.
“Langganan kita menengah ke atas, kita jualannya partai besar. KeÂbanyakan perusahaan-perusaÂhaan, mulai dari swasta sampai BUMN. Ada yang sudah pesan 100 parsel dengan harga Rp 650 ribu per buahnya,†ujarnya.
Menurut Linda, imbauan KPK cukup membawa pengaruh dalam angka parsel. Lantaran sejak beberapa tahun, pejabat enggan menerima kiriman parsel.
“Kadang parsel kita dipulaÂngin. Pejabat-pejabat pada takut semua. Kita pernah ngirim ke Ratna Sarumpaet ditolak. BiasaÂnya besok kita kembali lagi, tapi tetap aja ditolak. Terpaksa deh uangÂnya kita
balikin ama yang memesan,†ujarnya.
Agar tetap mendapat keuntuÂngan, Linda memutar otak deÂngan menjatuhkan target pada kolega-kolega perusahaan. “TaÂhun-tahun kemarin ada menteri yang kita kirimin parsel, artis ada juga. Untuk tahun ini pejabat sudah sedikit sekali. Kita alihkan ke perusahaan-perusahaan dan perorangan yang mau silaturahmi sama keluarganya,†jelas dia.
Penjual parsel lainnya, Andi (45) optimistis omset penÂjuaÂlanÂnya meningkat dibanding tahun lalu. Salah satu indikasinya, baÂnyak orang yang menanyakan bahÂkan memesan parsel sejak pekan pertama Ramadan.
Dia mengatakan, perilaku konÂsÂumen ini tidak ditemui di tahun sebelumnya. Terutama setelah keluarnya imbauan dari KPK.
“Secara pribadi saya berharap penjualan parsel baik yang isinya makanan-minuman atau kategori
non food bisa meningÂkat seperti seÂbelum ada imbauan itu. MungÂkin penjual parsel lain juga berÂhaÂrap sama. Sebab memÂberikan parsel tidak sama dengan meÂlaÂkuÂkan tidak peÂnyuaÂpan seperti pada kasus NaÂzaruddin,†ujarnya.
Sikap optimistis juga diungÂkapÂkan Airin, penjual parcel lainÂnya di Cikini. Wanita berusia 34 tahun ini baru tahun ini mencoba peruntungan sebagai penjual parcel. Sebelumnya dia bekerja di pedagang kelontong di rumahnya merangkap sebagai toko penjual parcel ‘musiman’.
“Sebenarnya baru tahap menÂcoba. Tapi saya optimis, parcel saya tidak akan sepi pembeli karena segmen pasarnya memang luas. Apalagi lokasi tempat jualan saya sekarang merupakan jalur strategis,†kata Airin sembari tersenyum.
Omset Penjualan Naik Rp 2,5 MiliarAsosiasi Pengusaha Parcel Indonesia memprediksi omset pengusaha parsel pada Lebaran tahun ini mencapai Rp 7,5 miÂliar. Naik 66,67 persen dibÂanÂdingkan dengan omset Lebaran pada 2010 yang mencapai Rp 5 miliar.
Adapun, permintaan parsel jelang Lebaran 2011 ini diÂperÂkirakan meningkat 5 persen sampai 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
Ketua Asosiasi Pengusaha ParÂcel Indonesia (APPI) Fahira Idris mengatakan, kenaikan omzet dan permintaan ini diÂdongkrak penjualan parsel-parsel berharga murah dengan kisaran harga Rp 200 ribu samÂpai Rp 1 juta.
“Isinya macam-macam. MuÂlai dari makanan saja, makanan bercampur barang, serta
dinner set,†kata Fahira.
Menurut putri bekas Menteri Perindustrian Fahmi Idris ini, permintaan parsel terbesar sekitar 60 persen adalah isi maÂkanan bercampur barang. Dia mencontohkan, kue-kue kering disatukan dengan perlengkapan makan seperti piring dan gelas.
Permintaan besar berikutnya adalah jenis parsel perÂlengÂkaÂpan makan malam. Sedangkan, parsel makanan saja mengambil porsi terkecil dalam permintaan parsel. “Permintaan ini akan maÂrak terlihat pada H-2 LeÂbaÂran. Sentra parsel di Jakarta seÂperti di Jalan H Samali, Cikini, dan Pasar Ular pasti sangat sibuk saat itu,†tutur Fahira.
Lebih lanjut, kata Fahira, penjualan parsel tahun ini bakal disemarakkan kedatangan penÂjual parsel dadakan. Jumlahnya belum dapat dipastikan. AdaÂpun, berdasarkan catatan APPI, hingga saat ini usaha parsel tetap berjumlah 400. Mereka saban hari berdagang parsel, tanÂpa harus menunggu peraÂyaÂan-perayaan tertentu yang terÂtera di kalender nasional.
Fahira mengatakan konÂsuÂmen akan lebih melirik parsel-parsel rutin daripada parsel daÂdakan. “Masyarakat lebih pintar seÂkarang. Mereka lebih memiÂlih parsel legal. Parsel dadakan ini tidak bisa mengontrol masa kaÂdaluwarsa barang.
Delivery service-nya juga tidak dikonÂtrol,†paparnya.
Adanya imbauan KPK yang melarang memberikan parsel kepada pejabat membuat peÂdagang mengubah sasarannya. “Sekarang lebih ke antar relasi, individu ke perusahaan swasta, dan dari swasta ke swasta,†ucap Fahira yang memiliki usaÂha parsel bernama Nabila.
Stop Tradisi yang Mengarah KorupsiKomisi Pemberantasan KoÂrupsi (KPK) mengimbau agar tidak memberikan bingkisan kepada para penyelenggara neÂgara dan PNS. Sebaiknya parsel diberikan kepada pihak yang lebih membutuhkan saja.
“Demi menjaga konsistensi dan semangat pemberantasan korupsi, dalam menghadapi hari-hari raya keagamaan tahun 2011, KPK merasa perlu selalu mengingatkan masyarakat dan penyelenggara negara atau peÂgaÂwai negeri mengenai laraÂngan melakukan kebiasaan-keÂbiasaan yang justru tidak menÂdukung upaya-upaya pemÂbeÂrantasan tindak pidana korupÂsi,†ujar Ketua KPK Busyro Muqoddas.
KPK menyarankan para peÂnyelenggara negara atau peÂjabat untuk memberikan bingÂkiÂsan keÂpada bawahan mereka. “Ini agar para pengusaha kotak parsel tidak mati. Sebaiknya seÂorang atasan memang memiliki kepedulian terÂhadap bawahan,†tambah WaÂkil Ketua KPK M Jasin.
[rm]