Berita

ilustrasi, parcel lebaran

On The Spot

Usaha Parsel Tetap Marak, Banyak Pedagang Dadakan

KPK Imbau Tak Kirim Bingkisan Lebaran ke Pejabat
MINGGU, 28 AGUSTUS 2011 | 04:34 WIB

RMOL. Deretan tenda biru berjejer rapi di bawah Stasiun Cikini Menteng, Jakarta Pusat. Lapak-lapak berukuran 4x3 meter ini dibuat dari bambu seadanya. Berbagai jenis parsel diletakkan memenuhi setiap tempat di sini. Hampir tak terlihat ruang yang tersisa.

Mereka yang tak memiliki kios memilih menggelar parsel dagangannya di lantai maupun di sekitar tangga stasiun.  Di bagian lain tampak beberap orang sibuk membuat keranjang parsel. Lainnya membungkus dan dan mengemasi parsel agar terlihat indah dan rapi.

Parsel berisi makanan itu di­tempelkan dengan hati-hati meng­gunakan alat perekat. Tu­juannya tak lain untuk menarik minat konsumen yang melintas di tempat ini.

Membagikan parsel kepada rekan bisnis, kerabat atau sanak saudara ketika Lebaran, sudah jadu tradisi bagi sebagian masya­rakat ­Indonesia. Tradisi ini ber­kembang di kalangan orang-orang yang berlatar belakang eko­nomi menengah ke atas.

Sudah puluhan tahun Stasiun Cikini menjadi salah satu pusat penjualan parsel di Jakarta. Tak salah jika tempat ini disebut, men­­jadi pusat penjulan parsel terbesar di Jakarta. Tempat ini mu­lai ramai penjual parsel ketika musim Lebaran tiba. Sebagian besar dari mereka merupakan pedagang musiman.

Jika diperhatikan, berbagai macam parsel dijual di tempat ini. Ukurannya juga bermacam-macam. Kebanyakan parsel berisi makanan. Ada juga yang berisi barang pecah belah. Yang juga tak kalah menarik adalah parsel bernuansa Islami, yang berisi ka­ligrafi dan pernak-pernik Islami.

Harga parsel yang ditawarkan bervariasi. Mulai Rp 150 ribu sam­pai Rp 6 juta tersedia di tem­pat ini. Para penjual parsel seper­tinya mencoba memuaskan se­luruh lapisan masyarakat, mulai dari yang menengah ke bawah sampai yang berkantong tebal.

Ketika Rakyat Merdeka me­ngun­jungi tempat ini terlihat ra­mai pembeli. Di salah satu ruko, puluhan pembeli berjejelan me­ma­dati tempat tersebut. Pemilik toko tampak kewalahan me­layani para pembeli yang terus ber­datangan.

Suasana yang sama juga ter­lihat di lapak dan ruko-ruko pen­jual parsel lainnya. Hampir ada saja konsumen yang mampir wa­laupun sebagian baru sekedar menanyakan harga. 

Stasiun Cikini yang berubah menjadi semarak dan berwarna-warni, tak pelak menarik minat pen­gendara yang melintas di tem­pat ini. Beberapa pengendara mo­bil tampak mampir di tempat ini.

Mereka memutari satu persatu setiap penjual parsel sembari me­­nanyakan harga yang pas de­ngan kantong. Salah satu pem­beli tam­pak sedang mela­kukan proses ta­war menawar dengan penjual par­sel. Setelah mencapai kata se­pakat, dua parsel ber­ukuran besar kemudian dima­su­kkan ke bagasi mobil.

Menjelang lebaran yang jatuh 30-31 Agustus 2011 para peda­gang parsel mulai dibanjiri pes­a­nan. Dalam sehari penjual parsel ini bisa meraup keuntungan sampai Rp 10-20 juta.

Salah satu pedagang parsel di Stasiun Cikini, Andi Suryana me­nyebutkan, berdasarkan penga­la­man tahun lalu, pesanan mem­ban­jir menjelang Lebaran. Bia­sa­n­ya H-7 mulai ramai.

“Kalau hari biasa cuma 10, menjelang Lebaran bisa 30 tiap hari.” Parsel yang dijual Andi ber­kisaran antara Rp 150 ribu hingga Rp 2 juta. Dalam sehari, dia bisa meraup laba sampai Rp 10 juta menjelang Lebaran. Di luar Ra­madhan dan Idul Fitri, omset Andi sebulan hanya Rp 15 juta.

Linda (30), penjual parsel Is­lami mengatakan, penjualan par­sel cukup mengalami penin­g­katan dari tahun ke tahun. Dua puluh hari menjelang Lebaran, dia sudah mampu menjual tujuh parsel per hari.

“Mulai tanggal 15 Agustus lalu, dalam sehari kita sudah ngan­tongin uang Rp 20 juta per hari. Keuntungan kita dari satu par­sel mulai dari Rp 250 ribu sam­pai Rp 2 juta. Soalnya yang kita jual bukan parsel sem­ba­rangan. Bisa dihitung dengan jari yang jual parsel lukisan dan kali­grafi begini. Modalnya juga nggak sedikit,” ujarnya.

Linda memperkirakan, puncak penjualan parsel akan dimulai tanggal 25 Agustus. “Di atas tang­gal 25 bisa sampe ratusan juta uang masuk kita. Bahkan, kita sampai kelabakan meladeni pesanan. Di situ biasanya nggak ada hentinya meladen pesanan bisa sampe 24 jam,” ujarnya.

Berapa kisaran harga parsel mewah yang dijual Linda? Angka yang disebutkan cukup mence­ngangkan. Mulai Rp 650 ribu sampai Rp 6,5 juta. “Paling kecil harga 650 ribu.  Di atasnya 700 ribu. Naik lagi 1,1 juta, terus 1,5 juta. Yang ini 2,5 juta, barisan yang ini 3,5. Di sampingnya 4,5 juta. Yang lukisan kaligrafinya paling besar harganya 6,5 juta,” ujarnya sembari menunjuk satu persatu parsel tersebut.

Sejak ada imbauan KPK yang melarang mengirim parsel kepa­da pejabat, Linda mengalihkan pangsa pasarnya dari pejabat ke perusahaan.

 â€œLangganan kita menengah ke atas, kita jualannya partai besar. Ke­banyakan perusahaan-perusa­haan, mulai dari swasta sampai BUMN. Ada yang sudah pesan 100 parsel dengan harga Rp 650 ribu per buahnya,” ujarnya.

 Menurut Linda, imbauan KPK cukup membawa pengaruh dalam angka parsel. Lantaran sejak beberapa tahun, pejabat enggan menerima kiriman parsel.

“Kadang parsel kita dipula­ngin. Pejabat-pejabat pada takut semua. Kita pernah ngirim ke Ratna Sarumpaet ditolak. Biasa­nya besok kita kembali lagi, tapi tetap aja ditolak. Terpaksa deh uang­nya kita balikin ama yang memesan,” ujarnya.

Agar tetap mendapat keuntu­ngan, Linda memutar otak de­ngan menjatuhkan target pada kolega-kolega perusahaan. “Ta­hun-tahun kemarin ada menteri yang kita kirimin parsel, artis ada juga. Untuk tahun ini pejabat sudah sedikit sekali. Kita alihkan ke perusahaan-perusahaan dan perorangan yang mau silaturahmi sama keluarganya,” jelas dia.

Penjual parsel lainnya, Andi (45) optimistis omset pen­jua­lan­nya meningkat dibanding tahun lalu. Salah satu indikasinya, ba­nyak orang yang menanyakan bah­kan memesan parsel sejak pekan pertama Ramadan.

Dia mengatakan, perilaku kon­s­umen ini tidak ditemui di tahun sebelumnya. Terutama setelah keluarnya imbauan dari KPK.

“Secara pribadi saya berharap penjualan parsel baik yang isinya makanan-minuman atau kategori non food bisa mening­kat seperti se­belum ada imbauan itu. Mung­kin penjual parsel lain juga ber­ha­rap sama. Sebab mem­berikan parsel tidak sama dengan me­la­ku­kan tidak pe­nyua­pan seperti pada kasus Na­zaruddin,” ujarnya.

Sikap optimistis juga diung­kap­kan Airin, penjual parcel lain­nya di Cikini. Wanita berusia 34 tahun ini baru tahun ini mencoba peruntungan sebagai penjual parcel. Sebelumnya dia bekerja di pedagang kelontong di rumahnya merangkap sebagai toko penjual parcel ‘musiman’.

“Sebenarnya baru tahap men­coba. Tapi saya optimis, parcel saya tidak akan sepi pembeli karena segmen pasarnya memang luas. Apalagi lokasi tempat jualan saya sekarang merupakan jalur strategis,” kata Airin sembari tersenyum.

Omset Penjualan Naik Rp 2,5 Miliar

Asosiasi Pengusaha Parcel Indonesia memprediksi omset pengusaha parsel pada Lebaran tahun ini mencapai Rp 7,5 mi­liar. Naik 66,67 persen dib­an­dingkan dengan omset Lebaran pada 2010 yang mencapai Rp 5 miliar.

Adapun, permintaan parsel jelang Lebaran 2011 ini di­per­kirakan meningkat 5 persen sampai 10 persen dibandingkan dengan tahun lalu.

Ketua Asosiasi Pengusaha Par­cel Indonesia (APPI) Fahira Idris mengatakan, kenaikan omzet dan permintaan ini di­dongkrak penjualan parsel-parsel berharga murah dengan kisaran harga Rp 200 ribu sam­pai Rp 1 juta.

“Isinya macam-macam. Mu­lai dari makanan saja, makanan bercampur barang, serta dinner set,” kata Fahira.

Menurut putri bekas Menteri Perindustrian Fahmi Idris ini, permintaan parsel terbesar sekitar 60 persen adalah isi ma­kanan bercampur barang. Dia mencontohkan, kue-kue kering disatukan dengan perlengkapan makan seperti piring dan gelas.

Permintaan besar berikutnya adalah jenis parsel per­leng­ka­pan makan malam. Sedangkan, parsel makanan saja mengambil porsi terkecil dalam permintaan parsel. “Permintaan ini akan ma­rak terlihat pada H-2 Le­ba­ran. Sentra parsel di Jakarta se­perti di Jalan H Samali, Cikini, dan Pasar Ular pasti sangat sibuk saat itu,” tutur Fahira.

Lebih lanjut, kata Fahira, penjualan parsel tahun ini bakal disemarakkan kedatangan pen­jual parsel dadakan. Jumlahnya belum dapat dipastikan. Ada­pun, berdasarkan catatan APPI, hingga saat ini usaha parsel tetap berjumlah 400. Mereka saban hari berdagang parsel, tan­pa harus menunggu pera­ya­an-perayaan tertentu yang ter­tera di kalender nasional.

Fahira mengatakan kon­su­men akan lebih melirik parsel-parsel rutin daripada parsel da­dakan. “Masyarakat lebih pintar se­karang. Mereka lebih memi­lih parsel legal. Parsel dadakan ini tidak bisa mengontrol masa ka­daluwarsa barang. Delivery service-nya juga tidak dikon­trol,” paparnya.

Adanya imbauan KPK yang melarang memberikan parsel kepada pejabat membuat pe­dagang mengubah sasarannya. “Sekarang lebih ke antar relasi, individu ke perusahaan swasta, dan dari swasta ke swasta,” ucap Fahira yang memiliki usa­ha parsel bernama Nabila.

Stop Tradisi yang Mengarah Korupsi

Komisi Pemberantasan Ko­rupsi (KPK) mengimbau agar tidak memberikan bingkisan kepada para penyelenggara ne­gara dan PNS. Sebaiknya parsel diberikan kepada pihak yang lebih membutuhkan saja.

“Demi menjaga konsistensi dan semangat pemberantasan korupsi, dalam menghadapi hari-hari raya keagamaan tahun 2011, KPK merasa perlu selalu mengingatkan masyarakat dan penyelenggara negara atau pe­ga­wai negeri mengenai lara­ngan melakukan kebiasaan-ke­biasaan yang justru tidak men­dukung upaya-upaya pem­be­rantasan tindak pidana korup­si,” ujar Ketua KPK Busyro Muqoddas.

KPK menyarankan para pe­nyelenggara negara atau pe­jabat untuk memberikan bing­ki­san ke­pada bawahan mereka. “Ini agar para pengusaha kotak parsel tidak mati. Sebaiknya se­orang atasan memang memiliki kepedulian ter­hadap bawahan,” tambah Wa­kil Ketua KPK M Jasin.   [rm]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya