Berita

ilustrasi, pemudik yang sedang mengantri masuk bus

On The Spot

Hindari Desak-desakan, Pilih Mudik Lebih Awal

Terminal Lebak Bulus Mulai Ramai Penumpang
KAMIS, 25 AGUSTUS 2011 | 08:19 WIB

RMOL. Sugiarti duduk termenung di ruang tunggu Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu siang (24/8). Kedua tangan perempuan yang bekerja di Pamulang, Tangerang Selatan ini memegang erat tiga kardus besar. Raut wajahnya sedikit gelisah.

 â€œBusnya belum datang. Kalau sudah datang saya bisa sedikit tenang. Barang-barang bisa dimasukkan,” katanya.

Perempuan berusia 40 tahun ini sudah menunggu sejak pagi. “Saya sengaja berangkat pagi ka­rena takut kena macet kalau be­rangkat siang. Bisa-bisa keting­galan bus,” ujarnya.

Sugiarti hendak mudik ke Ma­diun, Jawa Timur. Ia sudah me­ngantongi tiket bus Laju Prima ju­rusan Jakarta-Madiun yang di­beli se­harga Rp 360 ribu. “Naik­nya dua kali lipat. Tapi mau gi­mana lagi daripada nggak mu­dik,” kata­nya sambil menggerutu. Pada hari biasa harga tiket itu Rp 150 ribu.

Sugiarti yang menjadi pem­ban­tu rumah tangga mudik sendirian. Ia memilih mudik lebih awal agar tidak berdesak-desakan. “Tahun ini saya memaksakan diri pulang kampung karena tahun lalu tidak diperbolehkan majikan pulang karena harus mengurus rumah selama lebaran.”

Sebenarnya, dia kurang suka be­pergian dengan bus karena ke­rap terkena macet di jalan. “Awal puasa saya sudah ke Stasiun Se­nen mau beli tiket kereta api ke­las bisnis, tapi nggak keba­gian. Tiket habis  tiket karena sudah habis,” katanya.

Kemarin, Terminal Lebak Bu­lus mulai dipadati penumpang yang hendak mudik Lebaran. Ra­tusan bus antar kota antar pro­pin­si (AKAP) memenuhi pe­lataran terminal. Hanya menyisakan ruangan selebar tiga meter untuk jalur keluar terminal.

Di tengah terminal terdapat bangunan dua lantai warna putih berbentuk L. Lantai bawah tem­pat loket penjualan tiket bus. Pu­luhan loket yang ada di sini di­pe­nuhi penumpang yang hendak membeli tiket mudik. Lantai atas digunakan sebagai kantor kepala terminal dan ruan tata usaha (TU).

Di sisi utara terminal dise­dia­kan tenda berukuran 5x5 meter untuk tempat tunggu penumpang. Di bawah tenda tersedia kursi pan­jang yang bisa digunakan untuk tempat duduk. Tenda warna ungu ini dipenuhi puluhan pemudik yang membawa banyak barang bawaan.

Di atas tenda dipasang spanduk panjang warna biru yang ber­tu­liskan imbauan “Belilah tiket di loket-loket yang tersedia. Jangan membeli tiket di luar loket. La­por­­kan kepada petugas apabila An­da melihat atau mengalami ke­jadian yang mengancam kese­la­matan anda selama di terminal”.

Di bagian barat terminal atau di belakang terminal busway di­dirikan tenda kesehatan ber­uku­ran 4x5 meter. Bagi pemudik yang merasa tidak enak badan bisa mendatangi tenda warna putih. Di tenda tersebut tersedia berbagai macam obat-obatan.

Satu bed ditempatkan di dalam tenda untuk tempat pemeriksaan. Satu mobil ambulance juga di­siapkan di sini yang sewaktu-wak­tu bisa digunakan kondisi darurat. Tenda yang didirikan Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Ja­karta Selatan ini dijaga empat petugas medis yang siap mela­yani pemudik yang sakit.

Di samping kanan tenda medis berdiri tenda yang cukup besar berukuran 4x8 meter milik pe­tugas kepolisian. Pemudik yang mengalami kejadian tidak me­ngenakan bisa langsung melapor ke tenda ini.

Kepala Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, FK Wowor me­ngatakan, menghadapi mudik Lebaran 2011 pihaknya me­ning­katkan jumlah personel ke­ama­nan sejak H-7 atau 23 Agustus 2011 sampai H+7.

“Dari polisi sebanyak 100 per­sonel, petugas keamanan internal 60 orang, TNI 10 orang, anggota pramuka 20 orang, Satpol PP enam orang. Jadi totalnya hampir 200 orang yang jaga di sini setiap hari,” kata Wowor. Selain pe­nga­manan, pihaknya menyiapkan tim medis yang berasal dari Sudin Kesehatan Jakarta Selatan dan Puskesmas Cilandak.

Tim medis bertugas melakukan pemeriksaan terhadap penum­pang maupun sopir bus yang melayani trayek antar kota antar propinsi.

Wowor menjelaskan, tes urine untuk supir bus mulai dilakukan sejak Selasa 23 agustus 2011. Ada 42 supir yang  diperiksa.

Hasilnya, tak ditemukan supir yang menggunakan alkohol, nar­koba dan zat-zat lain yang mem­bahayakan perjalanan. “Hanya ditemukan kondisi supir yang me­ngalami hipertensi dan tidak di­temukan supir yang meng­kom­sumsi alkohol,” katanya.

Tim medis lalu memberikan vitamin untuk memperkuat daya tahan tubuh para supir. “Kalau yang punya riwayat darah tinggi akan diberikan obat penurun hipertensi,” katanya.

Namun bila dikemudian hari ditemukan pengemudi bus yang menenggak alkohol dan ber­po­ten­si membahayakan penum­pang, pihak terminal akan ber­koordinasi dengan pemilik bus untuk mengganti supir itu.

Wowor menjelaskan ada 260 bus reguler yang siap me­ngang­kut pemudik dari Terminal Lebak Bulus ke sejumlah daerah. Bila masih kurang, pihaknya akan menambah 140 bus lagi.

Pada H-7 sudah ada kenaikan jumlah pemudik yang berangkat dari terminal ini. “Jumlahnya men­capai 2 ribu orang atau naik 40 persen dari hari biasa,” ka­ta­nya.

Wowor mengungkapkan, ma­yo­­ritas pemudik menuju ke  kota-kota di Jawa Barat dan Ja­wa Te­ngah. “Ada 1.130 penum­pang yang menuju Jawa Barat dan 624 pe­num­pang ke Jawa Tengah,” katanya

Ia memprediksi lonjakan penumpang sampai 5 ribu orang pada H-4 dan H-3. Jumlah pemudik lewat terminal ini juga diperkirakan naik dua sampai lima persen dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu, jumlah pemudik mencapai 109.354 orang.

Pakai Doping Biar Melek

Sebagai supir bus, Budi Sa­n­jaya harus kuat melek semalam suntuk demi sampai tujuan tepat waktu. Agar tetap terjaga, dia me­nenggak kopi hitam selama per­jalanan. “Saya anti meng­guna­kan alkohol ataupun obat-obatan.

Walaupun banyak teman sesame sopir yang menggunakan obat E-10 untuk menghilangkan rasa ngantuk,” kata supir jurusan Jakarta-Tulungagung ini.

Obat E-10, jelas Budi, cukup manjur untuk menghilangkan ngantuk. Tapi, memiliki efek bu­ruk yaitu ketagihan. “Kalau nggak minum obat itu, bisa ngantuk terus selama perjalanan,” katanya. Selain itu dopping ini dapat menyebabkan tulang ke­ropos bila diminum orang yang usianya di atas 40 tahun.

Untuk mengusir kantuk, Budi pun menyiapkan rokok. Tem­ba­kau gulung itu hanya diisap bila bus masuk rest area atau tempat istirahat.“Sambil mengecek kon­disi kendaraan saya gunakan un­tuk merokok agar tidak ngan­tuk di jalan,” katanya.

Selama mengemudikan bus, Budi harus mengekang nafsu untuk merokok. Perusahaan tempat bekerja, PO Harapan Jaya melarang keras supir merokok dalam perjalanan karena meng­ganggu penumpang. “Kalau pe­numpang dilarang merokok, so­pir juga dilarang,” katanya.

Stasiun Gambir Masih Lengang

Di Stasiun Gambir belum ter­lihat adanya lonjakan pe­num­pang kemarin. Beberapa kursi untuk tempat menunggu yang berada di lantai dua dan tiga ma­­sih kosong. Hanya ada be­berapa orang saja yang duduk-duduk sam­bil menunggu kereta jarak pen­dek seperti Bekasi dan Bogor.   

Kepala Stasiun Gambir Edy Kuswoyo mengatakan, pada H-6 penumpang di sini masih normal seperti hari biasa, yaitu sekitar 6.000 orang.

Edy memperkirakan puncak arus terjadi pada H-4 atau Jumat mendatang (26/8), dengan jum­lah pemudik diperkirakan se­banyak 12.000 orang.

Menurut Edy, untuk me­ngu­rangi kepadatan penumpang, PT Kereta Api akan menambah lima kereta tambahan yang di­operasikan mulai 25 Agustus men­datang yang bisa me­ngangkut sekitar 5.000-6.000 orang tambahan penumpang.

Edy menuturkan, kondisi pada H-10 hingga H-8, arus pe­num­pang masih normal, se­hingga semuanya dapat diang­kut de­ngan kereta yang ada. “Tapi pada puncaknya nanti kita siapkan kereta tambahan,” ujar Edy.

Edy mengungkapkan, hingga senin (22/8) jumlah penumpang yang berangkat dari Stasiun Gambir sudah mencapai 12.900 orang, meningkat dibanding Le­baran tahun lalu yang mencapai 11.048 orang.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, kata Edy pihaknya telah menyiapkan pengamanan selama 24 jam untuk memberikan rasa aman kepada pemudik.

“Petugas keamanan dari TNI dan Polri ada 100 orang, se­men­tara dari petugas keamanan inter­nal ada 60 orang, mereka akan berjaga setiap hari,” katanya.

Masinis Jalani Tes Bau Nafas

Kepala Humas PT KAI Daop I Mateta Rizalulhaq menga­ta­kan, sebanyak 200 masinis be­ser­ta asistennya menjalani pe­meriksaan kadar gula darah dan alkohol di Stasiun Jatinegara. Pemeriksaan ini dilakukan guna memastikan kesehatan masinis dalam menjalankan tugas selama musim mudik lebaran.

Pemeriksaan dilakukan tim dokter PT KAI. Pemantauan terhadap kesehatan para masinis dilakukan selama 24 jam dan dilakukan bergantian oleh tiga dokter. “Bila dalam pemerik­sa­an nanti ada temuan peng­gu­naan alkohol, maka juru mudi kereta tersebut dinontugaskan se­mentara,” katanya.

Pemantauan alkohol sam­bung Mateta dilakukan dengan menggunakan alcohol breath detector. Pasien harus meng­hem­buskan nafasnya di alat ter­sebut guna menghitung atau me­ngetahui apakah yang ber­sang­kutan mengonsumsi al­kohol atau tidak. “Kalau dite­mu­kan ada alkohol, mereka berarti tidak laik bertugas dan diistirahatkan,” jelas Mateta.

General Manajer Unit Kese­hatan PT KAI, Rahadi Sulistyo, menuturkan, pemantauan ke­se­hatan ini merupakan kegiatan rutin untuk menjaga kelaikan masinis dalam menjalankan tu­gasnya. “Ini hanya pemeriksaan lanjutan saja. Sebenarnya pe­meriksaan dilakukan 6 bulan sekali,” katanya.

Rahadi memaparkan, pola kerja masinis sudah diatur sede­mikian rupa oleh PT KAI. Mes­ki dalam Undang-undang Per­keretaapian disebutkan maks­i­mum jam kerja masinis 8 jam per hari, PT KAI tidak mau am­bil risiko. “Maksimum kerja yang kita pakai 4 jam untuk se­tiap masinis,” tutupnya.   [rm]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya