Berita

syahganda/ist

Kenapa SBY Tak Terus Terang Programnya Ditolak Gubernur PDIP?

JUMAT, 19 AGUSTUS 2011 | 10:32 WIB | LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR

RMOL. Keterangan pemerintah atas Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun anggaran 2012 beserta Nota Keuangan, yang disampaikan Presiden SBY di depan Rapat Paripurna DPR Selasa lalu, dinilai masih kurang. Misalnya, SBY tidak menjelaskan target penciptaan lapangan pekerjaan baru, sebagai manifestasi dari pro job.

Pengamat ekonomi politik Syahganda Nainggolan mengungkapkan Presiden SBY memang tidak seperti Presiden Amerika Serikat  Barack Hussein Obama. Obama, ketika menyampaikan pidato perencanaan penciptaan lapangan kerja di depan kongres Amerika Serikat pada tahun 2010, itu jelas menyebutkan berapa target dan cara mencapai target tersebut. Misalnya, Obama menyebut bahwa targetnya menciptakan 3,5 juta lapangan kerja baru.

"Dia beberkan itu. Nah, SBY kan tidak pernah menyebutkan, walaupun dia mengatakan pro job, pro poor, pro growth, dan pro environmental, tapi untuk pro job berapa dia mau ciptakan lapangan kerja, dia nggak sebut," kata Syahganda kepada Rakyat Merdeka Online pagi ini.


Syahganda menekankan, target yang akan dicapai itu harus disebutkan. Agar anggaran yang sudah semakin membengkak menjadi Rp1400 triliun itu betul-betul bisa dimanfaatkan untuk mencapai program pro growth tersebut. Karena tidak disebutkan, sasarannya menjadi tidak jelas.

"Itu artinya dia tidak based on evidence planning. Dia tidak  memperlihatkan kepada masyakat problemnya apa, kedua sasaran tidak jelas," katanya.

Selain itu, penjelasan Presiden SBY tentang program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia atau MP3EI juga terasa kurang. SBY menyebut, MP3EI itu sudah menjadi konsensus nasional, karena memang sudah disepakati oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

"Tapi dia tidak menjelaskan soal Teras Narang (Gubernur Kalimantan Tengah) menolak pembanguna rel kerata api lintas Kalimantan, misalkan. Padahal itu kan aktual. Hanya sekitar 2 minggu penolakan itu dari pidato SBY tersebut," bebernya.

Syahganda menjelaskan, dalam rancang bangun MP3EI pemerintah menggunakan tiga strategi besar, salah satunya adalah memperkuat konektivitas nasional yang terintegrasi secara lokal dan terhubung secara internasional. Inti dari program ini adalah menciptakan keterhubungan antar daerah dengan membangun sarana perhubungan, salah satunya membangun rel kereta api.

"Sekarang tiba-tiba kok ada Teras Narang (politisi PDIP) tidak setuju. Berarti SBY (berpidato) tidak berdasarkan fakta yang ada di lapangan. Mestinya, misalnya, dia mengatakan, kalau ada gubernur yang tidak setuju dengan ini, maka kami akan berkoordinasi lebih lanjut karena beliau mungkin belum sadar dengan maksud daripada MP3EI. Nah ini dia nggak singgung," tandas mantan aktivis ITB ini.

Sebelumnya disebutkan, pemilik nama lengkap Agustin Teras Narang itu secara terang-terangan menolak rencana pembangunan rel penghubung antarprovinsi yang dibangun sepanjang 135 kilometer. Ada dua alasan, kenapa mantan anggota Komisi III DPR ini menolak rencana tersebut. Pertama, empat gubernur di Kalimantan sepakat untuk membangun rel kereta api di provinsi masing-masing. Kedua, pembangunan rel antarprovinsi membelah hutan lindung sehingga berpotensi menyebabkan banjir. [zul]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kades Diminta Tetap Tenang Sikapi Penyesuaian Dana Desa

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:10

Demokrat Bongkar Operasi Fitnah SBY Tentang Isu Ijazah Palsu Jokowi

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:08

KPK Dalami Dugaan Pemerasan dan Penyalahgunaan Anggaran Mantan Kajari HSU

Rabu, 31 Desember 2025 | 12:01

INDEF: MBG sebuah Revolusi Haluan Ekonomi dari Infrastruktur ke Manusia

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:48

Pesan Tahun Baru Kanselir Friedrich Merz: Jerman Siap Bangkit Hadapi Perang dan Krisis Global

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:40

Prabowo Dijadwalkan Kunjungi Aceh Tamiang 1 Januari 2026

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:38

Emas Antam Mandek di Akhir Tahun, Termurah Rp1,3 Juta

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:26

Harga Minyak Datar saat Tensi Timteng Naik

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:21

Keuangan Solid, Rukun Raharja (RAJA) Putuskan Bagi Dividen Rp105,68 Miliar

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:16

Wacana Pilkada Lewat DPRD Salah Sasaran dan Ancam Hak Rakyat

Rabu, 31 Desember 2025 | 11:02

Selengkapnya