Berita

Gayus Lumbuun

On The Spot

Malu Terlihat Bodoh, Belajar 5 Jam Sehari

Ikut Seleksi Hakim Agung, Gayus Non Aktif dari DPR
JUMAT, 05 AGUSTUS 2011 | 07:29 WIB

RMOL. Komisi Yudisial telah menyerahkan 18 nama calon hakim agung ke DPR. Salah satu calon yang akan mengikuti fit and proper test adalah Gayus Lumbuun, anggota Komisi III DPR.

Dalam beberapa kesempatan, po­litisi PDIP itu menyatakan akan nonaktif dari parlemen menjelang uji kelayakan dan kepatutan.

Bagaimana aktivis Gayus men­jelang nonaktif? Rakyat Merdeka kemudian mengunjungi ruang ker­janya di lantai 7 Gedung Nu­san­tara I. Ruang kerjanya ber­no­mor 730. Hal itu bisa dilihat dari daftar anggota DPR yang mengisi ruangan-ruangan di lantai 7 yang berada di meja anggota Penga­manan Dalam (Pamdal).

Berdasarkan penuturan se­orang Pamdal yang berjaga, Ga­yus tak berada di ruangannya karena DPR sedang reses. Bah­kan di ruangan tersebut sedang tidak ada siapapun termasuk staf dan sekretarisnya.

Penasaran, Rakyat Merdeka meng­­hampiri ruang bernomor 730. Pintu ruangan yang mema­jang nama Gayus Lumbuun tam­pak tertutup rapat. Gagang pintu juga dalam kondisi terkunci. Kon­disi yang sama juga terlihat rua­ngan di sebelahnya milik Eva Ku­suma Sundari dan Mangaraa Sia­haan. Keduanya juga politisi PDIP.

Tak bisa menemui Gayus di tem­pat ini, Rakyat Merdeka ke­mu­­dian mencoba meminta wak­tunya untuk bertemu di luar Senayan. Pertemuan pun terjadi di Starbucks Coffee di Plasa Senayan.

Gayus datang tepat waktu sesuai janjinya pukul 15.00 WIB. Raut mukanya tampak segar dan berseri. Berpakaian santai per­paduan kemeja dan jeans, Gayus mengawali pertemuan dengan jabat tangan. Sikapnya ramah dan bersahabat.

Tanpa banyak basa-basi, Gayus kemudian menuntun ke arah meja di pojok. Tempat itu dipilih agar suasananya lebih tenang, se­hing­ga tak menganggu perbincangan. Tak beberapa lama, dua gelas cappucino hangat terhidang di atas meja.

Masa reses DPR dimulai 25 Juli sampai 15 Agustus 2011. Selama masa itu, Gayus tak ngantor. “Saya sudah tidak ada kegiatan di DPR. Praktis hanya kunjungan kerja ke Malang. Setelah itu selesai.”

Gayus menuturkan, kegiatan terakhir yang dilakukannya di DPR sebelum memasuki masa reses adalah mengawasi per­kem­bangan kasus skandal Bank Century. Sudah jadi kewa­ji­ban­nya mengetahui sejauh mana re­komendasi DPR dijalankan oleh institusi hukum. Rapat paripurna DPR 2 Maret 2010 memutuskan ada pelanggaran kasus pengu­curan bailout Rp 6,7 triliun ke Bank Century.

“Sebagai mantan Wakil Ketua Pansus Bank Century dan dil­an­jutkan sebagai anggota Tim Pe­ngawas, saya sibuk melakukan pe­ngawasan terhadap Jaksa Agung, Kapolri dan pimpinan KPK. Sebab saya menjalankan amanat rapat paripurna untuk me­lakukan pengawasan,” kata dia.

Menjelang nonaktif, Gayus su­dah menyelesaikan semua pe­kerjaannya sebagai anggota De­wan. Sehingga dia bisa fokus menghadapi  fit and proper test. “Saya juga sudah mengoreksi semua notulensi dari staf ahli tentang hasil rapat-rapat di Komisi III.”

Lantas, apa persiapannya men­jelang fit and proper test? Pria yang menyandang gelar profesor ini sehari-hari menghabiskan waktu membaca berbagai buku tentang hukum.

“Karena hukum ini luas, seluas lautan. Saya harus mempelajari berbagai hal tentang hukum, apa­kah perdata, pidana, tata usaha negara, HAM, atau terorisme. Karena saya belum tahu, teman-teman di Komisi III menanyakan apa nantinya,” jawabnya.

“Dalam sehari, saya usahakan nggak kurang dari lima jam mem­baca. Itu penting untuk mem­perkaya wawasan hukum saya. ‘Karena saya khawatir saat dita­nya, saya tidak bisa menja­wab. Kan bisa malu karena tesnya ter­buka untuk umum,” kata pria kelahiran Manado, 19 Januari 1948 ini.

Dalam sehari, guru besar Ilmu Hukum Administrasi Negara FISIP UI dan FH Unkris ini melahap sekitar dua topik hukum. “Saya tidak per buku, tapi per topik yang dibaca. Seperti hari ini saya membahas dua hal. Pertama, mempelajari masalah arbitrase hukum. Kemudian, saya juga membuka buku mengenai hukum lingkungan,” tuturnya.

Gayus mengaku siap secara mental dan psikologis meng­ha­dapi uji kelayakan di Komisi III. “Saya ini dosen sampai hari ini. Biasa mengadapi pertanyaan dan jawabannya harus tepat sesuai de­ngan apa yang ditanyakan. Saya akan terus mempersiapkan diri. Justru dengan belajar akan me­nambah kekayaan pengetahuan saya,” ucapnya.

Beberapa kalangan mem­per­soalkan keputusan Gayus yang hanya berhenti sementara dari DPR untuk mengikuti seleksi ha­kim agung. Bagaimana Gayus menanggapinya? “Saya meng­hor­mati desakan KY dan MA agar saya mundur dari DPR se­cara permanen. Saya mengabai­kan itu, karena memang tidak ada aturannya. Tidak ada peraturan yang mewajibkan harus mundur permanen,” kilahnya.

Bagi pria yang pernah men­jabat Ketua Badan Kehormatan DPR ini, mundur sementara bentuk niat baiknya. Tujuannya agar tidak menimbulkan konflik kepentingan ketika fit and proper test di Komisi III nanti.

“Saya nggak pernah dilarang atau diminta untuk mundur. Se­bab, tidak pernah ada aturan itu. Jadi tidak benar kalau ada orang mengatakan harus atau wajib mundur,” tegas.

Gayus mengambil contoh, Akil Mochtar dan Mahfud MD. Ke­duanya hanya nonaktif  dari Ko­misi III ketika mengikuti seleksi calon hakim konstitusi. “Mereka non aktif, tapi dipindahkan ke komisi lain. Pengalaman selama ini juga seperti itu.”

Gayus mempertanyakan alasan Ketua MA Harifin Tumpa bahwa akan terjadi konflik kepentingan jika dirinya tak non aktif. Ia balik mempersoalkan status hakim ka­rier yang mengikuti seleksi calon hakim agung. “Apakah mereka juga harus mundur total? Kalau Pak Harifin mengatakan sebaik­nya saya mundur, apakah dia juga akan meminta hakim-hakim karier non aktif?” tanyanya.

Lantaran hanya berhenti sementara, Gayus tak akan mengemasi barang-barangnya. “Aaya akan berkemas kalau di­terima sebagai hakim agung se­telah fit and proper test. Itu atu­rannya bila sudah terpilih. Jadi bukan non aktif permanen. Ma­ka­nya saya heran kalau ada yang bilang harus non aktif permanen. Dari mana? Saya non aktif sementara itu sudah merupakan itikad baik.”

Kantongi Restu Megawati

“Saya sudah dapat izin dan restu dari Bu Mega untuk ber­kiprah di Mahkamah Agung,” ujar Gayus Lumbuun. Perem­puan yang dimaksudnya adalah Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP, partai tempat Gayus bernaung.

Gayus menuturkan dirinya sudah mengutarakan keingi­nan­nya untuk mengikuti seleksi calon hakim agung kepada Me­ga­wati sejak tahun lalu.

“Saya bilang ke beliau ingin melaku­kan sebuah karya baru sebagai hakim agung,” katanya. Namun saaat itu Megawati belum memberi izin.

“Baru awal tahun ini niat itu kembali saya utarakan dan saya diizinkan oleh Bu Mega,” ujar­nya. Tidak hanya mendapat du­ku­ngan dari pemimpin partai­nya, Gayus juga didukung ke­luar­ga. Me­nurut dia, ketiga buah hati­nya adalah pe­nye­mangat dirinya.

“Satu anak saya hakim di PN Pandeglang. Satu lagi kandidat notaris tapi lebih berpraktik se­bagai advokat. Karena dua dari tiga anak saya berlatar be­lakang hukum dan memiliki keilmuan yang sama, jadi mereka sangat mendukung saya,” tuturnya.

Bagaimana respons rekan-rekannya di Komisi III ketika Gayus memutuskan mengikuti seleksi calon hakim agung? “Sebagian dari mereka memang bertanya kepada saya. Sebagian besar mengatakan kehilangan saya. Tapi bagaimanapun saya yakin mereka akan bersikap ob­yektif dalam menilai kemam­puan saya nanti dalam fit and pro­per test,” katanya.

“Saya Memang Tempramental”

Ketua Komisi Yudisial (KY) Eman Suparman menilai se­ba­gai calon hakim agung Gayus Lumbuun memiliki kelemahan. Yakni emosional dan tempera­mental. “Keunggulan beliau banyak sekali. Hanya satu ke­lemahan beliau dan telah di­akui­nya, yaitu pengelolaan emosi,” kata Eman.

Eman mengatakan hal ini sudah diklarifikasi oleh Gayus juga beberapa pihak. Salah satnya, Ruhut Sitompul. Gayus dan Ruhut sempat bersitegang saat duduk di Pansus Angket Bank Century.

“Temperamen itu sudah di­klarifikasi oleh beliau, dia di­anggap perlu lebih lanjut me­ngelola emosinya,” tambahnya.

Menurut Eman, Gayus telah mem­berikan alasan yang masuk akal kenapa bisa bersikap emosional. Itu karena dipicu orang lain. “Dia mengakui ada alasannya. Dia tidak pernah memulai,” kata Eman.

Eman tidak khawatir akan terjadi konflik kepentingan ka­rena Gayus Lumbuun memiliki anak yang jadi hakim dan pe­ngacara. “Yang seperti Pak Ga­yus banyak (punya anak yang menjadi hakim), hakim karier juga ada. Apakah ada larangan anak hakim tidak jadi hakim? Persoalannya apakah mereka berproses melalui tahapan wajar atau melalui jalan pintas karena bapaknya di situ,” katanya.

Menanggapi hal itu, Gayus mengatakan, meski kerap bersikap emosional tetap masih taraf wajar. “Bisa disaksikan di beberapa tayangan. Sebut saja dengan Ruhut Sitompul, OC Kaligis, Eggi Sudjana, saya memang sempat bersitegang. Tapi tidak sampai meningkat menjadi kontak fisik. Tidak demikian, karena saya bisa mengontrolnya,” ujarnya.

Gayus menyebut sikap emo­sio­nal yang sering ditunjuk­kan­nya merupakan bagian dari ke­tegasan. Menurutnya, kete­ga­san dan emosi memiliki batasan yang tipis. “Mungkin terkadang saya under control.”   [rm]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Butuh Sosok Menteri Keuangan Kreatif dan Out of the Box

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:44

KPK Masih Usut Keterlibatan Hasto Kristiyanto di Kasus Harun Masiku dan DJKA

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Kesan Jokowi 10 Tahun Tinggal di Istana: Keluarga Kami Bertambah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:27

Segini Potensi Penerimaan Negara dari Hasil Ekspor Pasir Laut

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:22

Main Aman Pertumbuhan 5 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:19

Gagal Nyagub, Anies Makin Sibuk

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13:08

Predator Seks Incar anak-anak, Mendesak Penerapan UU TPKS

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:41

Dukung Otonomi Sahara Maroko, Burundi: Ini Solusi yang Realistis

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:39

Digelar Akhir Oktober, Indocomtech 2024 Beri Kejutan Spesial

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:29

WTO Perkirakan Perdagangan Global Naik Lebih Tinggi jika Konflik Timteng Terkendali

Jumat, 11 Oktober 2024 | 12:15

Selengkapnya