RMOL. Komisi Yudisial telah menyerahkan 18 nama calon hakim agung ke DPR. Salah satu calon yang akan mengikuti fit and proper test adalah Gayus Lumbuun, anggota Komisi III DPR.
Dalam beberapa kesempatan, poÂlitisi PDIP itu menyatakan akan nonaktif dari parlemen menjelang uji kelayakan dan kepatutan.
Bagaimana aktivis Gayus menÂjelang nonaktif?
Rakyat Merdeka kemudian mengunjungi ruang kerÂjanya di lantai 7 Gedung NuÂsanÂtara I. Ruang kerjanya berÂnoÂmor 730. Hal itu bisa dilihat dari daftar anggota DPR yang mengisi ruangan-ruangan di lantai 7 yang berada di meja anggota PengaÂmanan Dalam (Pamdal).
Berdasarkan penuturan seÂorang Pamdal yang berjaga, GaÂyus tak berada di ruangannya karena DPR sedang reses. BahÂkan di ruangan tersebut sedang tidak ada siapapun termasuk staf dan sekretarisnya.
Penasaran,
Rakyat Merdeka mengÂÂhampiri ruang bernomor 730. Pintu ruangan yang memaÂjang nama Gayus Lumbuun tamÂpak tertutup rapat. Gagang pintu juga dalam kondisi terkunci. KonÂdisi yang sama juga terlihat ruaÂngan di sebelahnya milik Eva KuÂsuma Sundari dan Mangaraa SiaÂhaan. Keduanya juga politisi PDIP.
Tak bisa menemui Gayus di temÂpat ini,
Rakyat Merdeka keÂmuÂÂdian mencoba meminta wakÂtunya untuk bertemu di luar Senayan. Pertemuan pun terjadi di
Starbucks Coffee di Plasa Senayan.
Gayus datang tepat waktu sesuai janjinya pukul 15.00 WIB. Raut mukanya tampak segar dan berseri. Berpakaian santai perÂpaduan kemeja dan jeans, Gayus mengawali pertemuan dengan jabat tangan. Sikapnya ramah dan bersahabat.
Tanpa banyak basa-basi, Gayus kemudian menuntun ke arah meja di pojok. Tempat itu dipilih agar suasananya lebih tenang, seÂhingÂga tak menganggu perbincangan. Tak beberapa lama, dua gelas
cappucino hangat terhidang di atas meja.
Masa reses DPR dimulai 25 Juli sampai 15 Agustus 2011. Selama masa itu, Gayus tak ngantor. “Saya sudah tidak ada kegiatan di DPR. Praktis hanya kunjungan kerja ke Malang. Setelah itu selesai.â€
Gayus menuturkan, kegiatan terakhir yang dilakukannya di DPR sebelum memasuki masa reses adalah mengawasi perÂkemÂbangan kasus skandal Bank Century. Sudah jadi kewaÂjiÂbanÂnya mengetahui sejauh mana reÂkomendasi DPR dijalankan oleh institusi hukum. Rapat paripurna DPR 2 Maret 2010 memutuskan ada pelanggaran kasus penguÂcuran bailout Rp 6,7 triliun ke Bank Century.
“Sebagai mantan Wakil Ketua Pansus Bank Century dan dilÂanÂjutkan sebagai anggota Tim PeÂngawas, saya sibuk melakukan peÂngawasan terhadap Jaksa Agung, Kapolri dan pimpinan KPK. Sebab saya menjalankan amanat rapat paripurna untuk meÂlakukan pengawasan,†kata dia.
Menjelang nonaktif, Gayus suÂdah menyelesaikan semua peÂkerjaannya sebagai anggota DeÂwan. Sehingga dia bisa fokus menghadapi
fit and proper test. “Saya juga sudah mengoreksi semua notulensi dari staf ahli tentang hasil rapat-rapat di Komisi III.â€
Lantas, apa persiapannya menÂjelang
fit and proper test? Pria yang menyandang gelar profesor ini sehari-hari menghabiskan waktu membaca berbagai buku tentang hukum.
“Karena hukum ini luas, seluas lautan. Saya harus mempelajari berbagai hal tentang hukum, apaÂkah perdata, pidana, tata usaha negara, HAM, atau terorisme. Karena saya belum tahu, teman-teman di Komisi III menanyakan apa nantinya,†jawabnya.
“Dalam sehari, saya usahakan nggak kurang dari lima jam memÂbaca. Itu penting untuk memÂperkaya wawasan hukum saya. ‘Karena saya khawatir saat ditaÂnya, saya tidak bisa menjaÂwab. Kan bisa malu karena tesnya terÂbuka untuk umum,†kata pria kelahiran Manado, 19 Januari 1948 ini.
Dalam sehari, guru besar Ilmu Hukum Administrasi Negara FISIP UI dan FH Unkris ini melahap sekitar dua topik hukum. “Saya tidak per buku, tapi per topik yang dibaca. Seperti hari ini saya membahas dua hal. Pertama, mempelajari masalah arbitrase hukum. Kemudian, saya juga membuka buku mengenai hukum lingkungan,†tuturnya.
Gayus mengaku siap secara mental dan psikologis mengÂhaÂdapi uji kelayakan di Komisi III. “Saya ini dosen sampai hari ini. Biasa mengadapi pertanyaan dan jawabannya harus tepat sesuai deÂngan apa yang ditanyakan. Saya akan terus mempersiapkan diri. Justru dengan belajar akan meÂnambah kekayaan pengetahuan saya,†ucapnya.
Beberapa kalangan memÂperÂsoalkan keputusan Gayus yang hanya berhenti sementara dari DPR untuk mengikuti seleksi haÂkim agung. Bagaimana Gayus menanggapinya? “Saya mengÂhorÂmati desakan KY dan MA agar saya mundur dari DPR seÂcara permanen. Saya mengabaiÂkan itu, karena memang tidak ada aturannya. Tidak ada peraturan yang mewajibkan harus mundur permanen,†kilahnya.
Bagi pria yang pernah menÂjabat Ketua Badan Kehormatan DPR ini, mundur sementara bentuk niat baiknya. Tujuannya agar tidak menimbulkan konflik kepentingan ketika
fit and proper test di Komisi III nanti.
“Saya nggak pernah dilarang atau diminta untuk mundur. SeÂbab, tidak pernah ada aturan itu. Jadi tidak benar kalau ada orang mengatakan harus atau wajib mundur,†tegas.
Gayus mengambil contoh, Akil Mochtar dan Mahfud MD. KeÂduanya hanya nonaktif dari KoÂmisi III ketika mengikuti seleksi calon hakim konstitusi. “Mereka non aktif, tapi dipindahkan ke komisi lain. Pengalaman selama ini juga seperti itu.â€
Gayus mempertanyakan alasan Ketua MA Harifin Tumpa bahwa akan terjadi konflik kepentingan jika dirinya tak non aktif. Ia balik mempersoalkan status hakim kaÂrier yang mengikuti seleksi calon hakim agung. “Apakah mereka juga harus mundur total? Kalau Pak Harifin mengatakan sebaikÂnya saya mundur, apakah dia juga akan meminta hakim-hakim karier non aktif?†tanyanya.
Lantaran hanya berhenti sementara, Gayus tak akan mengemasi barang-barangnya. “Aaya akan berkemas kalau diÂterima sebagai hakim agung seÂtelah
fit and proper test. Itu atuÂrannya bila sudah terpilih. Jadi bukan non aktif permanen. MaÂkaÂnya saya heran kalau ada yang bilang harus non aktif permanen. Dari mana? Saya non aktif sementara itu sudah merupakan itikad baik.â€
Kantongi Restu Megawati“Saya sudah dapat izin dan restu dari Bu Mega untuk berÂkiprah di Mahkamah Agung,†ujar Gayus Lumbuun. PeremÂpuan yang dimaksudnya adalah Megawati Soekarnoputri, ketua umum PDIP, partai tempat Gayus bernaung.
Gayus menuturkan dirinya sudah mengutarakan keingiÂnanÂnya untuk mengikuti seleksi calon hakim agung kepada MeÂgaÂwati sejak tahun lalu.
“Saya bilang ke beliau ingin melakuÂkan sebuah karya baru sebagai hakim agung,†katanya. Namun saaat itu Megawati belum memberi izin.
“Baru awal tahun ini niat itu kembali saya utarakan dan saya diizinkan oleh Bu Mega,†ujarÂnya. Tidak hanya mendapat duÂkuÂngan dari pemimpin partaiÂnya, Gayus juga didukung keÂluarÂga. MeÂnurut dia, ketiga buah hatiÂnya adalah peÂnyeÂmangat dirinya.
“Satu anak saya hakim di PN Pandeglang. Satu lagi kandidat notaris tapi lebih berpraktik seÂbagai advokat. Karena dua dari tiga anak saya berlatar beÂlakang hukum dan memiliki keilmuan yang sama, jadi mereka sangat mendukung saya,†tuturnya.
Bagaimana respons rekan-rekannya di Komisi III ketika Gayus memutuskan mengikuti seleksi calon hakim agung? “Sebagian dari mereka memang bertanya kepada saya. Sebagian besar mengatakan kehilangan saya. Tapi bagaimanapun saya yakin mereka akan bersikap obÂyektif dalam menilai kemamÂpuan saya nanti dalam
fit and proÂper test,†katanya.
“Saya Memang Tempramentalâ€Ketua Komisi Yudisial (KY) Eman Suparman menilai seÂbaÂgai calon hakim agung Gayus Lumbuun memiliki kelemahan. Yakni emosional dan temperaÂmental. “Keunggulan beliau banyak sekali. Hanya satu keÂlemahan beliau dan telah diÂakuiÂnya, yaitu pengelolaan emosi,†kata Eman.
Eman mengatakan hal ini sudah diklarifikasi oleh Gayus juga beberapa pihak. Salah satnya, Ruhut Sitompul. Gayus dan Ruhut sempat bersitegang saat duduk di Pansus Angket Bank Century.
“Temperamen itu sudah diÂklarifikasi oleh beliau, dia diÂanggap perlu lebih lanjut meÂngelola emosinya,†tambahnya.
Menurut Eman, Gayus telah memÂberikan alasan yang masuk akal kenapa bisa bersikap emosional. Itu karena dipicu orang lain. “Dia mengakui ada alasannya. Dia tidak pernah memulai,†kata Eman.
Eman tidak khawatir akan terjadi konflik kepentingan kaÂrena Gayus Lumbuun memiliki anak yang jadi hakim dan peÂngacara. “Yang seperti Pak GaÂyus banyak (punya anak yang menjadi hakim), hakim karier juga ada. Apakah ada larangan anak hakim tidak jadi hakim? Persoalannya apakah mereka berproses melalui tahapan wajar atau melalui jalan pintas karena bapaknya di situ,†katanya.
Menanggapi hal itu, Gayus mengatakan, meski kerap bersikap emosional tetap masih taraf wajar. “Bisa disaksikan di beberapa tayangan. Sebut saja dengan Ruhut Sitompul, OC Kaligis, Eggi Sudjana, saya memang sempat bersitegang. Tapi tidak sampai meningkat menjadi kontak fisik. Tidak demikian, karena saya bisa mengontrolnya,†ujarnya.
Gayus menyebut sikap emoÂsioÂnal yang sering ditunjukÂkanÂnya merupakan bagian dari keÂtegasan. Menurutnya, keteÂgaÂsan dan emosi memiliki batasan yang tipis. “Mungkin terkadang saya
under control.â€
[rm]