RMOL. Pidato Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Said Aqil Siradj, di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono disimpulkan sebagai sikap politik yang tegas dari PBNU untuk berada mendukung pemerintah. Said menegaskan sikapnya berada di belakang pemerintah pada saat acara peringatan hari lahir NU ke-85 kemarin.
Tokoh politik dari Nahdlatul Ulama, Muhammad AS Hikam, menyebut kesimpulan yang menuduh NU mendukung secara politis pemerintahan SBY-Boediono terlalu prematur.
Menurutnya, dalam sejarah NU tidak pernah berkecimpung dalam politik praktis. Pidato Ketua Umum PBNU kemarin hanya cermin penghargaan NU pada upaya pemerintah membangun negeri.
"Memang saya kira ada kesan seperti itu, bahwa sikap Ketum PBNU cenderung mendukung pemerintah. Saya pikir asalkan yang didukung hal benar, misalnya pemberantasan korupsi bukan politiknya, saya kira itu sah saja. Jangan dianggap NU dibawa sebagai gerbong politik pemerintah. Prinsip politik NU adalah memberi nasihat dan masukan yang baik kepada pemerintah selama masih punya legitimasi," ujar mantan menteri di era kepemimpinan Gus Dur ini saat dihubungi
Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Senin, 18/7).
Dia tegaskan, kalau NU mengkritik itu berlandaskan
amar maruf nahi mungkar (menjalankan kebaikan, mencegah kemungkaran). Dan itu tidak dilakukan dengan cara yang vulgar. "Dulu sama Pak Harto pun kita sangat kritis tapi tidak vulgar," imbuhnya.
Hikam juga tidak memungkiri bahwa secara kultural NU tidak memiliki tradisi melontarkan kritik pedas pada pemerintah. Itu sekaligus menunjukkan bahwa NU tidak pernah berambisi terjun dalam politik praktis.
"Etika dalam pergaulan NU itu bukan vulgar, tapi santun, seimbang, toleransi, bersikap adil dan cocok dengan kultur Indonesia. Secara kultural juga kultur jawanya sangat kental. Gus Dur pun kalau Anda lihat selama dia hidup, tidak pernah terlalu vulgar mengkritik kecuali kalau sudah kebangetan. Tapi bukan berarti NU tidak tegas. Dalam kasus penyerangan Ahmadiyah dan pelarangan pembangunan Gereja, misalnya, NU sangat tegas menolak itu," papar Hikam.
[ald]