Berita

On The Spot

Uang Sewa 1 Miliar Setahun Nyekat Kelas Habis 600 Juta

Gedung Sekolah Disita, Pindah ke Bengkel
JUMAT, 15 JULI 2011 | 07:27 WIB

RMOL. Spanduk besar berwarna biru itu tampak mencolok di antara deretan bengkel dan showroom mobil di Jalan Panjang, Jakarta Barat. “Sekolah Kristen Ketapang II, KB/TK-SD-SMP-SMA”. Demikian tulisan di spanduk itu.

Spanduk itu sekaligus mem­beritahukan bahwa Sekolah Kris­ten Ketapang (SKK) II pin­dah ke sini. Seluruh siswa mulai dari tingkat TK, SD, SMP dan SMA me­­mulai tahun ajaran baru 2011/2012 di bangunan empat lantai be­kas bengkel dan showroom mobil.

Ini terjadi lantaran gedung se­ko­lah mereka di Green Garden, Kebonjeruk, Jakarta Barat tengah dalam sengketa. Rakyat Merdeka mengunjungi tempat ini kemarin. Beberapa orang pria yang berjaga di pos sisi kanan gerbang me­nyam­but ramah. Satpam yang me­nge­nakan baju safari biru me­minta mengisi buku tamu terlebih dahulu.

Meski sudah ditata sedemikian rupa, spanduk berwarna biru ter­sebut tetap tak bisa menepis nuan­sa bengkel. Memasuki hala­man terlihat empat kios yang di­tu­tupi rolling door. Walaupun su­dah “dipermak”, penampilannya bangunan tetap seperti bengkel.

Halaman sekolah yang ber­lan­tai semen bekas tempat cuci mo­bil.  Melihat lebih jauh ke bagian dalam, tampak kios-kios yang disulap menjadi ruang tata usaha.  Bangunan utama sekolah me­nempati gedung bekas beng­kel dan showroom seluas 2.000 me­ter persegi. Di dalamnya sudah disekat-sekat untuk ruangan kelas.

Lantai satu untuk kelas SD. Agar terlihat menarik, dinding pe­nyekat dari gypsum dicat warna krem dipadu warna coklat di bagian bawahnya.  Melongok ke dalam ruangan kelas berukuran 5x5 meter, terlihat deretan meja kayu berukuran kecil lengkap dengan kursinya tertata rapi.

Agar siswa tidak kepanasan, ruangan ini dipasangi AC (air conditioner). Beberapa gambar pah­lawan nasional dipasang di din­ding. Bau cat masih menyengat.

Siswa taman kanak-kanak (TK) dan kelompok bermain (KB) di tempatkan di basement. Guntingan kertas berbentuk bunga warna-warni ditempel di dinding penyekat. Beberapa gambar anak-anak TK yang se­dang bermain juga ikut di­le­katkan di dinding.

Pihak pengelola sekolah beru­saha keras menyulap bengkel ini agar layak jadi sekolah. Ruangan yang ada dimanfaatkan sebaik mungkin karena bisa me­nam­pung semua murid sekolah itu. Lantai dua diperuntukkan siswa SMP. Ruang guru juga ditem­patkan di lantai ini. Sedangkan ruang kelas siswa SMA dibuat­kan di lantai tiga.

Karena keterbatasan lahan, bagian atap disulap jadi lapangan olahraga mini. Rencananya, di sini akan dibuat lapangan futsal dan bola basket. Di sekeliling la­pangan olahraga dipasangi jaring besi. Jaring ini menjadi penga­man agar siswa tak jatuh

“Dapat bersekolah di gedung sen­diri ini saja kami sudah ber­syukur. Sebenarnya cukup nya­man. Anak-anak bilang seti­dak­nya sekarang banyak ruang ter­buka, dan ada semacam balkon,” kata Kepala SMA SKK II Naniek Setyorini T, kemarin.

Pihak yayasan harus mem­bayar uang sewa gedung sebesar Rp l miliar setahun. Yayasan masih harus mengeluarkan dana tamba­han untuk menyekat kelas dan membuat fasilitas lainnya. Dana yang dikeluarkan untuk keperluan itu mencapai Rp 600 juta.

“Semua dibiayai swadaya dari yayasan, kami tidak ingin mem­bebani lagi orang tua,” papar koor­dinator lokasi SKK II, Anna Purnamawati.

Menurut Anna, pihaknya sudah memberitahukan Dinas Pen­didikan DKI Jakarta mengenai kepindahkan SKK II ke gedung bekas bengkel. “Dinas Pendid­i­kan sudah diberitahu, untuk lo­kasi tidak masalah.”

Kepindahan SKK II ke sini bermulai dari kasus sengketa ta­nah antara tanah antara pengem­bang PT Taman Kedoya Barat Indah (TKBI)—yang menjual ta­nah ke pihak sekolah—dengan ahli waris Muhaya bin Musa.

Ahli waris menggugat tanah yang kini menjadi lokasi sekolah ke Pengadilan Negeri Jakarta Ba­rat. Gugatan dikabulkan pada Desember 2009. Gedung sekolah yang beralamat di Kompleks Green Garden Blok Ml, Kebon Jeruk, Jakarta Barat lalu disita pada Desember 2010.

Menurut Anna, seharusnya lahan SKK II tak ikut dieksekusi. Sebab, ahli waris menggugat girik C530. Sementara tanah se­kolah bukan berasal dari girik itu.

SKK II menempati lahan 8.000 meter persegi. Tapi dalam surat sita lahan yang dieksekusi hanya 6.000 meter persegi. “Itu pun ka­lau dihitung secara kasar pakai Google Map, gedung sekolah kami tidak kena. Karena tanggul yang dijadikan patokan men­ghitung tidak sampai 6.000 meter persegi kalau ditarik ke gedung sekolah,” kata Anna.

Direktur Sekolah Kristen Keta­pang II, Suhandoyo mengatakan pihaknya tak terkait dengan seng­keta ini. Ia berharap mendapat izin menempati gedung sekolah di Green Garden.

Rakyat Merdeka sempat me­ngunjungi bangunan SKK II, di Green Garden, Kebonjeruk, Ja­karta Barat. Dari kejauhan kita bisa melihat genteng cokelat se­kolah itu. Bangunannya men­julang tinggi dan mentereng. Ter­lihat dua bangunan besar yang saling berhadapan.

Dua gerbang untuk akses masuk ke pekarangan sekolah terkunci. Di tengah gerbang dililitkan rantai dengan gembok baja berukuran besar.

Mengintip dari celah ger­bang,”terlihat kondisi peka­ra­ngan yang kotor. Daun-daun ke­ring berserakan di atas lantai keramik warna coklat dan hitam.

Bangunan sekolah yang megah juga tampak tak terawat. Jendela-jendelanya dibiarkan terbuka. Beberapa di antaranya kacanya sudah pecah karena berkali-kali dihempaskan angin. Kerusakan juga mulai terlihat di bagian plafonnya.

Banyak Siswa Pindah

Sengketa lahan yang ditem­pati Sekolah Kristen Ketapang (SKK) II berimbas menurunnya jumlah siswa yang mendaftar pada tahun ajaran 2011-2012.

Tahun ini hanya 46 orang yang men­daftar untuk tingkat SD, SMP dan SMA. Rinciannya 10 si­swa SD, 15 siswa SMP. Si­sanya SMA.

Tahun ajaran 2010-2011, SKK II menerima pendaftaran 130 Yakni 30 siswa SD, 50 SMP dan 50 SMA. “Jumlahnya tahun ini menurun 50 persen,” kata Koor­dinator Lokasi SKK II, Anna Purnamawati.

Menurut dia, sejak kasus seng­keta lahan ini bergulir beberapa siswa memilih pindah. Jumlah siswa yang keluar makin banyak ketika keluar perintah eksekusi.

 â€œAwalnya jumlah siswa 700-an. Ketika awal kasus turun jadi menjadi 600-an. Setelah diekse­kusi sekarang tinggal 430 siswa,” tutur Anna.

Kelas Dipakai Ternak Bebek

Tak jauh dari ibu kota, siswa Se­kolah Dasar (SD) Negeri Kramat 3, Pakuhaji, Kabupaten Ta­ngerang harus belajar di sam­ping kandang be­bek. Ini terjadi lantaran tiga dari enam kelas sekolah itu disegel ahli waris pemilik tanah.

Siswa tak konsentrasi belajar lantaran bau menyenggat yang berasal dari pakan dan kotoran unggas. Posisi kandang bebek itu persis di samping kelas.

Kepala Sekolah SDN Kramat 3 Dalyono Triwidagdo men­je­laskan, penyegelan dilakukan pi­hak ahli waris pemilik tanah, Otang dan Oleh sejak tahun 2000.  Menurut ahli waris, la­han sekolah seluas 1.500 meter per­segi belum dibayar semua oleh Pe­merintah Kabupaten Tangerang.

“Pemkab baru membayar ta­nah yang seluas 1.000 meter per­segi. Sedangkan yang 500 meter belum. Sampai sudah di­bangun sekolah tanah tersebut belum juga diganti, akhirnya mereka menuntut pemba­yaran,” katanya.

Dalyono menjelaskan, SDN Kramat 3 memilik tujuh rua­ngan, enam ruangan kelas dan satu ruang kantor. Awalnya, ahli waris menyegel semua ruangan dengan cara dikunci. Siswa pun tak bisa belajar. Proses belajar mengajar menumpang di SDN Kramat 4 yang berjarak 2 kilo­meter dari sekolah mereka.

Pada tahun 2004, Dalyono ditugaskan menjadi kepala sekolah. Ia lalu membuat kese­pakatan dengan ahli waris se­hingga sekolah bisa dibuka.

“Saya meminta ahli waris agar masalah sengketa tanah ini jangan sampai mengganggu siswa belajar. Hal itu disetujui sehingga sekolah kembali dibuka. Tapi yang boleh dibuka cuma tiga kelas dan satu kantor. Sedangkan tiga kelas lainnya tetap ditutup karena berdiri di atas tanah yang disengketakan,” kata Dalyono.

Sejak itu, sebanyak 162 siswa SDN Kramat 3 belajar bergan­tian di tiga ruangan kelas. Siswa kelas 1, 2, 5 dan 6 masuk pagi hari. Sedangkan pada sore hari­nya kelas digunakan siswa kelas 3 dan 4. “Kita membagi waktu be­lajar pagi dan sore Karena ke­ter­batasan kelas,” terang Dalyono.

Ternyata masalah tak henti di situ. Tiga kelas yang disegel ma­lah digunakan ahli waris un­tuk kandang bebek. Ada 3.000 bebek yang diternakkan di situ.

“Sejak digunakan menjadi kandang bebek, kondisi rua­ngan kelas menjadi rusak. Se­lain itu, pakan bebek seperti rajungan itu baunya sangat tidak enak dan sampai tercium ke ruangan kelas siswa. Saya kha­watir akan kon­disi kesehatan siswa kalau begini,” tambah Dalyono.

Dalyono berharap Pemkab Ta­ngerang segera menye­le­sai­kan masalah sengketa tanah tersebut agar siswa bisa kembali belajar dengan tenang. “Ma­salah­nya sih simple, ahli waris minta pembayaran tanah dilu­nasi, itu saja. Kita berharap per­hatian Pemkab,” tuturnya.

Ahli waris pemilik tanah, Otang memperbolehkan kelas dibuka kembali jika Pemkab melunasi pem­bayaran sisa tanah tersebut. Menurut dia, Pemkab baru mem­bayar Rp 100 juta untuk ganti-rugi tanah seluas 1.000 meter persegi.

Ia menyegel sekolah karena tidak ada kejelasan Pemkab mengenai pembayaran sisanya. “Kami cuma mau tanah yang 500 meter persegi ini dibayar dengan harga 500 ribu per me­ter,” kata Otang.   [rm]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Aceh Selatan Terendam Banjir hingga Satu Meter

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:58

Prabowo Bertemu Elite PKS, Gerindra: Dukungan Moral Jelang Pelantikan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:39

Saham Indomie Kian Harum, IHSG Bangkit 0,54 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:26

Ini Alasan Relawan Jokowi dan Prabowo Pilih Dukung Rido

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:19

Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Ukir Sejarah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:54

Pensiun Jadi Presiden, Jokowi Bakal Tetap Rutin Kunjungi IKN

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:42

Sosialisasi Golden Visa Bidik Top Investor di Bekasi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:31

Soal Kasus Alex Marwata, Kapolda Metro: Masalah Perilaku Kode Etik yang Jadi Pidana

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:26

Kontroversi Gunung Padang: Perdebatan Panjang di Dunia Arkeolog

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:20

ASDP Ajukan Praperadilan Buntut Penyitaan Barbuk, KPK Absen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:17

Selengkapnya