ilustrasi
ilustrasi
RMOL. Pembangunan infrastruktur Indonesia berada pada titik nadir. Pembangunan infrastruktur hanya berada pada posisi untuk mengatasi kemacetan pertumbuhan ekonomi (debottlenecking). Posisinya sebagai fire fighter membuat pembangunan infrastruktur menjadi parsial belaka, tidak terkoordinasi, sering tanpa strategi dan arah definitif yang berjangka panjang.
Demikian disampaikan Sekjen Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto, dalam pernyataan tertulis ke Rakyat Merdeka Online, Kamis (14/7). Menurut PII, seharusnya pendekatan pembangunan infrastruktur bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat dan mengejar pertumbuhan ekonomi. Dengan fasilitas infrastruktur, selanjutnya rakyat dapat berwirausaha dan bersaing melalui UKM, industri menengah hingga industri besar dan BUMN, untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kenyataannya di Indonesia, fasilitas infrastruktur baru dibangun karena misalnya, jalan macet, pelabuhan atau bandara melampaui kapasitas, dan listrik mati. Sebuah praktek pembangunan infrastruktur yang kuratif, semata mengejar ketertinggalan," katanya.
Populer
Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33
Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10
Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37
Kamis, 18 Desember 2025 | 20:29
Sabtu, 20 Desember 2025 | 16:35
Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:26
Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07
UPDATE
Selasa, 23 Desember 2025 | 03:55
Selasa, 23 Desember 2025 | 03:40
Selasa, 23 Desember 2025 | 03:13
Selasa, 23 Desember 2025 | 02:55
Selasa, 23 Desember 2025 | 02:32
Selasa, 23 Desember 2025 | 02:08
Selasa, 23 Desember 2025 | 01:45
Selasa, 23 Desember 2025 | 01:27
Selasa, 23 Desember 2025 | 01:09
Selasa, 23 Desember 2025 | 00:54