RMOL. Faisal berbincang-bincang ringan dengan rekannya di ruang Media Center Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol Nomor 29, Jakarta Pusat, Selasa siang (5/7). Sambil menyilangkan kedua tangan di atas perutnya, pria yang menjabat staf Hubungan Masyarakat KPU ini sesekali mengangkat kaki ke atas kursi.
“Lagi istirahat saja untuk meleÂpas lelah setelah menerima angÂgota KPU dari Korea pagi tadi,†kata Faisal, yang hari itu berÂkeÂmeja lengan panjang biru.
Kegiatan di KPU saat ini tidak terlalu padat dibanding pada saat pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden dan wakil presiden.
“Pada saat itu kami sering beÂgadang sampai dini hari untuk menyelesaikan tahapan pemilu agar sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan,†katanya.
Sekalipun begitu, keseÂkÂreÂtaÂriatan KPU kini masih memÂbeÂresÂkan berkas-berkas yang masih bisa dipakai. Mereka juga ikut sibuk menerima kedatangan taÂmu, misalnya anggota KPU dari luar negeri, antara lain dari KoÂrea, Rusia, dan Kamboja.
Anggota KPU dari luar negeri itu menyatakan kekaguman meÂreka melihat keberhasilan KPU di Indonesia. Itu pula sebabnya meÂreka ingin mengambil pelajaran dari Indonesia yang sukses menyelenggarakan pemilu tanpa kerusuhan.
“Mereka tidak peduli atas keÂmeÂlut yang saat ini ada di KPU, seÂperti masalah surat palsu. MeÂreka lebih melihat hasil pemilu itu saja,†jelas Faisal tentang hal itu.
Tidak hanya pegawai kesekÂreÂtaÂriatan KPU yang kerjanya tidak terlalu padat, tujuh komisioner KPU juga boleh dikatakan kini bisa lebih santai.
Mengenai anggota KPU yang mengundurkan diri, Andi NurÂpati, karena masuk ke Partai DeÂmokrat, Faisal menuturkan, sekaÂlipun sudah mengundurkan diri, Andi Nurpati masih suka datang ke KPU bersilaturahmi dengan komisioner KPU.
Andi Nurpati terakhir kali daÂtang ke KPU, Senin dua hari lalu. Saat itu dia masuk bekas ruang kerjanya untuk mencari surat-surat yang berasal dari MK.
“Katanya sih mau mencari suÂrat MK karena dalam minggu-minggu ini akan diperiksa polisi daÂlam kasus surat palsu,†katanya.
Menurut Faisal, bekas staf Andi Nurpati di KPU, Matnur, tampak enggan menemui Andi Nurpati dengan alasan tidak jelas. “Saya nggak tahu kenapa Matnur nggak mau menemui Andi, mungÂkin masih ada rasa sungkan karena sama-sama dimintai penÂdapat di Panja Mafia Pemilu beÂberapa waktu lalu dan keterangan mereka berdua berbeda.â€
Faisal menjelaskan, selama ini KPU selalu menyimpan dengan baik berkas-berkas penting pada Pemilu 2009. Arsip tersebut diÂsimÂpan secara rapi di gudang yang berada di lantai tiga Gedung KPU dan di Gedung Arsip Nasional.
“Sedangkan sisa kertas suara pada pemilu lalu ada yang dileÂlang ada juga yang dimusnahkan agar tidak memenuhi gudang,†katanya. Untuk mengetahui lebih jauh ruang arsip di KPU,
Rakyat MerÂdeka ke lantai tiga gedung empat lantai bercat putih itu.
Sebelum ke lantai tiga, harus melewati pintu pintu masuk yang berada di lantai satu. Di belakang pintu masuk ditempatkan pintu detektor, tapi pintu ini sudah tidak berfungsi lagi sehingga tidak ada pemeriksaan yang berarti terhadap pengunjung.
Setelah melewati pintu masuk terÂdapat ruang lobi yang tidak terÂlalu lebar. Di pinggir kanan ruang lobi ditempatkan meja reÂsepÂsionis yang dijaga dua petugas keÂamanan. Setiap tamu yang ingin ke lantai dua harus mengisi buku tamu dan menuliskan tujuan datang ke situ.
Izin didapat, perjalanan dilanÂjutÂkan ke lantai lebih atas bisa menggunakan tangga ataupun menggunakan
lift yang tersedia di lantai satu.
Menaiki lift sampai di lantai dua, di lantai ini juga ada meja berikut petugas keamanan. Siapa pun yang ingin berkeliling di lanÂtai ini harus izin terlebih dahulu deÂngan petugas keamanan. SeteÂlah izin didapat baru bisa meÂmasuki ruang-ruang yang ada di lantai ini.
Di lantai dua ini digunakan untuk berkantor tujuh komisioÂner KPU, Ketua KPU A Hafiz AnsÂhary, Sri Nuryanti, Endang Sulastri, I Gusti Putu Artha, SyamÂsul Bahri, Abdul Aziz, dan Saut Hamonangan Sirait (pengÂganti Andi Nurpati).
Menuju lantai tiga, ada seorang petugas keamanan dan seorang pegawai KPU. Ingin mengetahui lebih jauh tentang ruang peÂnyimÂpanan arsip,
Rakyat Merdeka berÂtaÂnya kepada salah seorang pegaÂwai KPU bernama Endar Susanto.
Endar yang mengenakan seraÂgam biru mengatakan, di lantai tiga tidak ada ruang khusus untuk peÂnyimpanan arsip. “Semua ruangan di lantai ini untuk ruaÂngan kantor pegawai KPU.â€
Seluruh arsip penting KPU, meÂnurut dia, disimpan di Gedung Arsip Nasional. “Dulu memang ada beberapa arsip penting yang disimpan di sini, tapi setelah itu dipindahkan semua ke Gedung Arsip Nasional untuk keamanan.â€
Endar menambahkan, di lantai tiga ini digunakan untuk kantor pegawai Biro Teknis, PerenÂcaÂnaÂan, dan Tata Usaha. Sedangkan di lantai empat, untuk pegawai Biro Hukum dan Sumber Daya MaÂnusia (SDM).
Andi Nurpati Datang, Eks Anak Buah Hilangfit and proper test di Komisi II DPR dan hanya duduk di nomor urut kedelapan sehingga dia tidak loÂlos menjadi komisioner KPU yang hanya mencari tujuh orang.
Bercita-cita Ceritakan Pengalaman Via BukuAnggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Syamsul Bahri mengatakan, kegiatannya seÂbagai anggota KPU tetap padat sekalipun sudah tidak ada pemilu lagi.
“Saya tetap kerja sampai malam hari mengurusi sengketa pilkada yang ada di daerah-daerah,†katanya.
Syamsul mengatakan, peÂkerjaannya mengurusi sengketa pilkada lumayan menyita wakÂtunya kerjanya karena harus memberikan supervisi dan peÂmahaman kepada anggota KPU yang berada di daerah-daeÂrah.“Apalagi kalau hasil pilkada disengketakan di MK tentunya akan menambah pekerjaan.â€
Namun, kata Syamsul, keÂgiaÂtannya saat ini sedikit lebih longÂgar dibanding pada saat penyelenggaraan Pemilu 2009 karena harus menyeÂleÂsaikan tahapan pemilu sesuai dengan jadwal.
“Dulu pernah tiga bulan tidak pulang ke rumah di MaÂlang karena harus menÂyeÂleÂsaiÂkan beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.â€
Sedangkan untuk sekarang ini, sambung guru besar UniÂversitas Brawijaya Malang ini ada waktu longgar sehingga seÂtiap dua minggu sekali bisa puÂlang ke rumah pribadinya yang ada di Malang untuk menÂjeÂnguk keluarganya.
Dalam menjalankan tugasÂnya sebagai anggota KPU, SyamÂsul selalu mengeÂdeÂpanÂkan cara dialog untuk meÂnyeÂleÂsaikan suatu masalah yang berkaitan dengan pilkada.
“Kalau mereka nggak mau dialog di kantor KPU, ya nggak apa-apa, di lapanganpun saya siap. Yang penting kami bisa mendengar aspirasi mereka dan menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya,†dia menÂjelaskan.
Biasanya, dengan cara itu maÂyoritas masyarakat yang seÂbelumnya tidak puas atas hasil pilkada akhirnya menerima putusan tersebut.
Selama menjadi anggota KPU, Syaiful yang hari itu meÂngenakan kemeja batik kuning mengaku sering merasa penat karena terlalu sibuk. Untuk menÂghilangkan itu Syamsul biaÂÂsanya memperbanyak silatuÂrahmi dengan sanak kelÂuarÂganya baik yang ada di Jakarta maupun yang ada di Malang, atau kadang juga berkumpul deÂngan seluruh anggota keluarÂganya di rumah.
“Kalau sudah kumpul sama istri dan anak, langsung hilang kepenatan saya.â€
Selama menjadi anggota KPU, Syamsul mengaku tidak ada satu partai politik yang menawarinya untuk bergabung. “Seandainyapun ada, saya akan tolak tawaran tersebut demi untuk menyelesaikan tugas negara yang mulia ini,†katanya.
Syamsul mengaku akan meÂngÂakhiri tugasnya sebagai angÂgota KPU pada Oktober 2012. Dia bercita-cita, sebelum tugasÂnya selesai akan membuat seÂbuah buku yang berisi pengaÂlamannya selama lima tahun menjadi anggota KPU.
Dengan adanya buku terseÂbut, kata Syamsul masyarakat bisa menilai dirinya apa saja yang dilakukannya selama menjadi anggota KPU selama lima tahun.
[rm]