Berita

Komisi Pemilihan Umum (KPU)

On The Spot

Sisa Surat Suara Dimusnahkan, Berkas Masuk Arsip Nasional

Ke KPU di Tengah Panasnya Kasus Mafia Pemilu
RABU, 06 JULI 2011 | 07:56 WIB

RMOL. Faisal berbincang-bincang ringan dengan rekannya di ruang Media Center Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) di Jalan Imam Bonjol Nomor 29, Jakarta Pusat, Selasa siang (5/7). Sambil menyilangkan kedua tangan di atas perutnya, pria yang menjabat staf Hubungan Masyarakat KPU ini sesekali mengangkat kaki ke atas kursi.

“Lagi istirahat saja untuk mele­pas lelah setelah menerima ang­gota KPU dari Korea pagi tadi,” kata Faisal, yang hari itu ber­ke­meja lengan panjang biru.

Kegiatan di KPU saat ini tidak terlalu padat dibanding pada saat pemilihan umum legislatif dan pemilihan umum presiden dan wakil presiden.

“Pada saat itu kami sering be­gadang sampai dini hari untuk menyelesaikan tahapan pemilu agar sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan,” katanya.

Sekalipun begitu, kese­k­re­ta­riatan KPU kini masih mem­be­res­kan berkas-berkas yang masih bisa dipakai. Mereka juga ikut sibuk menerima  kedatangan ta­mu, misalnya anggota KPU dari luar negeri, antara lain dari Ko­rea, Rusia, dan Kamboja.

Anggota KPU dari luar negeri itu menyatakan  kekaguman me­reka melihat keberhasilan KPU di Indonesia.  Itu pula sebabnya me­reka ingin mengambil pelajaran  dari Indonesia yang sukses menyelenggarakan pemilu tanpa  kerusuhan.

“Mereka tidak peduli atas ke­me­lut yang saat ini ada di KPU, se­perti masalah surat palsu. Me­reka lebih melihat hasil  pemilu itu saja,” jelas Faisal tentang hal itu.

Tidak hanya pegawai kesek­re­ta­riatan KPU yang kerjanya tidak terlalu padat, tujuh komisioner KPU juga boleh dikatakan kini bisa lebih santai.

Mengenai anggota KPU yang mengundurkan diri, Andi Nur­pati, karena masuk ke Partai De­mokrat, Faisal menuturkan, seka­lipun sudah mengundurkan diri, Andi Nurpati masih suka datang ke KPU bersilaturahmi dengan  komisioner KPU.

Andi Nurpati terakhir kali da­tang ke KPU, Senin dua  hari lalu.  Saat itu dia masuk bekas ruang kerjanya untuk mencari surat-surat yang berasal dari MK.

“Katanya sih mau mencari su­rat MK karena dalam minggu-minggu ini akan diperiksa polisi da­lam kasus surat palsu,” katanya.

Menurut Faisal, bekas staf Andi Nurpati di KPU, Matnur, tampak enggan menemui Andi Nurpati dengan alasan tidak jelas. “Saya nggak tahu kenapa Matnur nggak mau menemui Andi, mung­kin masih ada rasa sungkan karena sama-sama dimintai pen­dapat di Panja Mafia Pemilu be­berapa waktu lalu dan keterangan mereka berdua berbeda.”

Faisal menjelaskan, selama ini KPU selalu menyimpan dengan baik berkas-berkas penting pada Pemilu 2009. Arsip tersebut di­sim­pan secara rapi di gudang yang berada di lantai tiga Gedung KPU dan di Gedung Arsip Nasional.

“Sedangkan sisa kertas suara pada pemilu lalu ada yang dile­lang ada juga yang dimusnahkan agar tidak memenuhi gudang,” katanya. Untuk mengetahui lebih jauh ruang arsip di KPU, Rakyat Mer­deka ke lantai tiga gedung empat lantai bercat putih itu.

Sebelum ke lantai tiga, harus melewati pintu pintu masuk yang berada di lantai satu. Di belakang pintu masuk ditempatkan pintu detektor, tapi pintu ini sudah tidak berfungsi lagi sehingga tidak ada pemeriksaan yang berarti terhadap pengunjung.

Setelah melewati pintu masuk ter­dapat ruang lobi yang tidak ter­lalu lebar. Di pinggir kanan ruang lobi ditempatkan meja re­sep­sionis yang dijaga dua petugas ke­amanan. Setiap tamu yang ingin ke lantai dua harus mengisi buku tamu dan menuliskan tujuan datang ke situ.

Izin didapat, perjalanan dilan­jut­kan ke lantai lebih atas bisa menggunakan tangga ataupun menggunakan lift yang tersedia di lantai satu.        

Menaiki lift sampai di lantai dua, di lantai ini juga ada meja berikut petugas keamanan. Siapa pun yang ingin berkeliling di lan­tai ini harus izin terlebih dahulu de­ngan petugas keamanan. Sete­lah izin didapat baru bisa me­masuki ruang-ruang yang ada di lantai ini.

Di lantai dua ini digunakan untuk berkantor tujuh  komisio­ner KPU, Ketua KPU A Hafiz Ans­hary, Sri Nuryanti, Endang Sulastri, I Gusti Putu Artha, Syam­sul Bahri, Abdul Aziz, dan Saut Hamonangan Sirait (peng­ganti Andi Nurpati).

Menuju lantai tiga, ada seorang petugas keamanan dan seorang pegawai KPU. Ingin mengetahui lebih jauh tentang ruang pe­nyim­panan arsip, Rakyat Merdeka ber­ta­nya kepada salah seorang pega­wai KPU bernama Endar Susanto.

Endar yang mengenakan sera­gam biru mengatakan, di lantai tiga tidak ada ruang khusus untuk pe­nyimpanan arsip. “Semua ruangan di lantai ini untuk rua­ngan kantor pegawai KPU.”

Seluruh arsip penting KPU, me­nurut dia, disimpan di Gedung Arsip Nasional. “Dulu memang ada beberapa arsip penting yang disimpan di sini, tapi setelah itu dipindahkan semua ke Gedung Arsip Nasional untuk keamanan.”

Endar menambahkan, di lantai tiga ini digunakan untuk kantor pegawai Biro Teknis, Peren­ca­na­an, dan Tata Usaha. Sedangkan di lantai empat, untuk pegawai Biro Hukum dan Sumber Daya Ma­nusia (SDM).

Andi Nurpati Datang, Eks Anak Buah Hilang
fit and proper test di Komisi II DPR dan hanya duduk di nomor urut kedelapan sehingga dia tidak lo­los menjadi komisioner KPU yang hanya mencari tujuh orang.

Bercita-cita Ceritakan Pengalaman Via Buku

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Syamsul Bahri mengatakan, kegiatannya se­bagai anggota KPU tetap padat sekalipun sudah tidak ada pemilu lagi.

“Saya tetap kerja sampai malam hari mengurusi sengketa pilkada yang ada di daerah-daerah,” katanya.

Syamsul mengatakan, pe­kerjaannya mengurusi sengketa pilkada lumayan menyita wak­tunya kerjanya karena harus memberikan supervisi dan pe­mahaman kepada anggota KPU yang berada di daerah-dae­rah.“Apalagi kalau hasil pilkada disengketakan di MK tentunya akan menambah pekerjaan.”

Namun, kata Syamsul, ke­gia­tannya saat ini sedikit lebih  long­gar dibanding pada saat penyelenggaraan Pemilu  2009 karena harus menye­le­saikan tahapan pemilu sesuai dengan jadwal.

“Dulu pernah tiga bulan tidak pulang ke rumah di Ma­lang karena harus men­ye­le­sai­kan beberapa pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan.”

Sedangkan untuk sekarang ini, sambung guru besar Uni­versitas Brawijaya Malang ini ada waktu longgar sehingga se­tiap dua minggu sekali bisa pu­lang ke rumah pribadinya yang ada di Malang untuk men­je­nguk keluarganya.

Dalam menjalankan tugas­nya sebagai anggota KPU, Syam­sul selalu menge­de­pan­kan cara dialog untuk me­nye­le­saikan suatu masalah yang berkaitan dengan pilkada.

“Kalau mereka nggak mau dialog di kantor KPU, ya nggak apa-apa, di lapanganpun saya siap. Yang penting kami bisa mendengar aspirasi mereka dan menjelaskan duduk persoalan yang sebenarnya,” dia men­jelaskan.

Biasanya, dengan cara itu ma­yoritas masyarakat yang se­belumnya tidak puas atas hasil pilkada akhirnya menerima putusan tersebut.

Selama menjadi anggota KPU, Syaiful yang hari itu me­ngenakan kemeja batik kuning mengaku sering merasa penat karena terlalu sibuk. Untuk men­ghilangkan itu Syamsul bia­­sanya memperbanyak silatu­rahmi dengan sanak kel­uar­ganya baik yang ada di Jakarta maupun yang ada di Malang, atau kadang juga berkumpul de­ngan seluruh anggota keluar­ganya di rumah.

“Kalau sudah kumpul sama istri dan anak, langsung hilang kepenatan saya.”

Selama menjadi anggota KPU, Syamsul mengaku tidak ada satu partai politik yang menawarinya untuk bergabung. “Seandainyapun ada, saya akan tolak tawaran tersebut demi untuk menyelesaikan tugas negara yang mulia ini,” katanya.

Syamsul mengaku akan me­ng­akhiri tugasnya sebagai ang­gota KPU pada Oktober 2012. Dia bercita-cita, sebelum tugas­nya selesai akan membuat se­buah buku yang berisi penga­lamannya selama lima tahun menjadi anggota KPU.

Dengan adanya buku terse­but, kata Syamsul masyarakat bisa menilai dirinya apa saja yang dilakukannya selama menjadi anggota KPU selama lima tahun.   [rm]

Populer

Aduan Kebohongan sebagai Gugatan Perdata

Selasa, 08 Oktober 2024 | 10:03

PDIP Bisa Dapat 3 Menteri tapi Terhalang Chemistry Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 01:53

Pernah Bertugas di KPK, Kapolres Boyolali Jebolan Akpol 2003

Senin, 07 Oktober 2024 | 04:21

Laksdya Irvansyah Dianggap Gagal Bangun Jati Diri Coast Guard

Sabtu, 05 Oktober 2024 | 03:45

Prabowo Sudah Kalkulasi Chemistry PDIP dengan Gibran

Rabu, 09 Oktober 2024 | 02:35

Bakamla Jangan Lagi Gunakan Identitas Coast Guard

Rabu, 09 Oktober 2024 | 06:46

Selebgram Korban Penganiayaan Ketum Parpol Ternyata Mantan Kekasih Atta Halilintar

Senin, 07 Oktober 2024 | 14:01

UPDATE

Aceh Selatan Terendam Banjir hingga Satu Meter

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:58

Prabowo Bertemu Elite PKS, Gerindra: Dukungan Moral Jelang Pelantikan

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:39

Saham Indomie Kian Harum, IHSG Bangkit 0,54 Persen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:26

Ini Alasan Relawan Jokowi dan Prabowo Pilih Dukung Rido

Jumat, 11 Oktober 2024 | 23:19

Transisi Pemerintahan Jokowi ke Prabowo Ukir Sejarah

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:54

Pensiun Jadi Presiden, Jokowi Bakal Tetap Rutin Kunjungi IKN

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:42

Sosialisasi Golden Visa Bidik Top Investor di Bekasi

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:31

Soal Kasus Alex Marwata, Kapolda Metro: Masalah Perilaku Kode Etik yang Jadi Pidana

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:26

Kontroversi Gunung Padang: Perdebatan Panjang di Dunia Arkeolog

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:20

ASDP Ajukan Praperadilan Buntut Penyitaan Barbuk, KPK Absen

Jumat, 11 Oktober 2024 | 22:17

Selengkapnya