Berita

Mengintip Riwayat Catur di Indonesia

Oleh Andi Arief
RABU, 29 JUNI 2011 | 11:48 WIB

KITA semua kenal Anatoli Karpov, Kashparov, Bobi Fischer dan Utut Adianto. Kita juga tahu Dana Persatuan Catur Rusia jauh lebih besar dari Dana Persatuan Induk Catur Internasional (FIDE).

Tetapi, apakah catur memang berasal dari Rusia, seperti yang dibayangkan banyak orang?

Yang jelas, sejumlah studi memperlihatkan bahwa pada abad 15 catur telah jadi bagian tradisi perjudian di kawasan Nusantara di samping permainan dam (checkers). Bedanya, catur dimainkan oleh kelompok bangsawan, sementara dam lebih banyak jadi permainan di kalangan awam.

Baru satu abad kemudian catur merambah kalangan awam di Nusantara. Pada tahun 1509, kedatangan kapal Portugis di Malaka mengagetkan seorang pekerja kapal dari Jawa yang melihat Diego Lopez bermain catur.

Lopez dan pekerja dari Jawa ini bermain dan mendiskusikan permainan catur itu. Di tahun 1540-an banyak orang bermain catur di Maluku. Catur sangat populer di kerajaan Melayu terutama di Pasai (Sumatera bagian utara).

Dua tarikh utama sejarah Melayu menyebutkan catur dan berhubungan dengan Pasai. Seorang bernama Tun Bahara berkunjung ke Melaka saat diperintah Sultan Mansur (1459-1477). Tun Bahara tak terkalahkan dalam permainan catur. Saking tangguhnya disebutkan bahwa di saat lawannya berfikir keras, Tun Bahara bermain seperti tanpa berfikir.

Jauh sebelumnya ada kejadian menarik, utusan Kerajaan Pasai mengirimkan papan catur emas dengan bidak-bidak dari permata kepada Raja Ayutthaya. Ini menunjukkan kenyatakan orang Batak dari Sumatera bagian utara yang relatif terasing empat setengah abad lebih dari perdagangan internasional ternyata di zaman modern ini paling bersemangat bermain catur dan menghasilkan pemain terbaik.

Pada tahun 1916 Tanah Karo dibuka untuk perdagangan. Pemain-pemain terbaik Belanda di Jawa dibuat terkagum-kagum dengan seorang pemain catur Karo.

Tidak jelas apakah tradisi catur ini berasal dari Kesultanan Pasai abad 14 atau pengaruh dari India terhadap masyarakat Karo, ataukah jauh sebelum itu catur ini sudah ada.

Kita mengenal strategi Karokhan Hindia Raja dalam catur modern, di samping Gambit Raja atau Pertahanan Sisilia.

Menurut beberapa versi, asal muasal catur disebut dari China, Persia, dan India. Sulit untuk membuktikannya. Tetapi sebagai mana dibuktikan dalam studi Anthony Reid, meskipun sejumlah istilah Arab dan Persia digunakan namun catur yang diperkenalkan di Asia Tenggara berasal dari India sulit untuk dibantah. Bahasa di sejumlah kawasan Asia bagian tenggara adalah derivasi.

Kata Sansekerta, catur berasal dari kata Chaturanga yang juga mengikuti model papan catur 8 x 8 model India. Jika diartikan Chaturranga adalah empat unsur tentara yaitu gajah, kuda, kereta perang, dan serdadu. Jenis catur di Indonesia dan Asia Tenggara mencakup keempatnya. Kecuali kereta perang yang tak digunakan di hutan seringkali digantikan perahu yang lebih pantas.

Studi Murray memperlihatkan kemiripan Melayu, Jawa dan Sansekerta dalam permainan ini. Dalam Sansekerta: raja, menteri, gajah, kuda, kereta, serdadu. Di Melayu: raja, menteri, gajah, kuda, kereta, serdadu. Di Jawa: raja (gusti), patih, mantri, kuda, perahu, serdadu.

Pertanyaannya, apakah catur ada sebelum India ada?

Dari kesemuanya, kini standar internasional hanya sedikit berbeda aturan yang diberlakukan di Melayu. Hanya dua perbedaannya: pertama, kemampuan raja melangkahi dua bidang. Kedua, gerakan kuda waktu pertama kali terancam tidak berbentuk huruf L.

Menariknya, catur yang tadinya dikenal sebagai permainan para raja kini menjadi olahraga yang sangat memasyarakat di Indonesia. Bahkan di beberapa tempat menjadi tempat bertaruh seperti lima abad abad yang lalu, dimana catur ini menjadi ajang taruhan di samping sabung ayam, sabung burung, adu kemiri, menaikkan layang, bermain kartu, dan dadu.

Adapun dadu, konon dikenal sebagai permainan sejak jaman para sejarah. Dalam kisah Mahabharata, Pandawa kehilangan kerajaan setelah kalah dalam permainan dadu melawan melawan Kurawa. Dalam dunia wayang hal ini kemudian dikenal sebagai kisah "Pandawa Dadu". [***]

Penulis adalah Staf Khusus Presiden bidang Bencana dan Bantuan Sosial juga peminat dan pemerhati sejarah Nusantara.


Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Kepuasan Publik Terhadap Prabowo Bisa Turun Jika Masalah Diabaikan

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:46

Ini Alasan KPK Hentikan Kasus IUP Nikel di Konawe Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:17

PLN Terus Berjuang Terangi Desa-desa Aceh yang Masih Gelap

Minggu, 28 Desember 2025 | 13:13

Gempa 7,0 Magnitudo Guncang Taiwan, Kerusakan Dilaporkan Minim

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:45

Bencana Sumatera dan Penghargaan PBB

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:27

Agenda Demokrasi Masih Jadi Pekerjaan Rumah Pemerintah

Minggu, 28 Desember 2025 | 12:02

Komisioner KPU Cukup 7 Orang dan Tidak Perlu Ditambah

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:45

Pemilu Myanmar Dimulai, Partai Pro-Junta Diprediksi Menang

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:39

WN China Rusuh di Indonesia Gara-gara Jokowi

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:33

IACN Ungkap Dugaan Korupsi Pinjaman Rp75 Miliar Bupati Nias Utara

Minggu, 28 Desember 2025 | 11:05

Selengkapnya