RMOL. “Itu hanya politik. Jadi, kalau mau didengerin, ya didengerin. Kalau tidak didengerin juga nggak apa-apa. Namanya juga orang politik.â€
Kekalahan Timnas IndoÂnesia atas Malaysia 3-0 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Minggu malam (26/12) terjadi karena adanya janji dari Ketua Umum DPP Partai Golkar AbuÂrizal Bakrie (Ical).
“Janji-janji parpol ini (Golkar) jadi sumber beÂban bagi peÂÂmain. Ini malah membebani meÂreka secara mental karena haÂrus meÂnang,†kata Sekjen PKS Anis Matta di gedung parlemen SenaÂyan, Jakarta, kemarin.
Lalu Mara Satriawangsa, juru bicara Ical, menyatakan, hadiah dari Ketua Umum Golkar itu haÂrus dilihat sebagai vitamin. “Itu bisa sebagai pemacu agar orang lain ikut juga memÂÂpertahankan duÂnia olah raga,†ujarÂnya keÂpada Rakyat MerÂdeka di JaÂkarta, kemarin.
“Prestasi olahraga adalah cerÂmin dari kemajuan bangsa. KaÂrena itu, diminta atau tidak diÂminta, kami akan terus menÂduÂkung keÂmajuan dunia olahraga nasional.
Mikirnya itu,†tamÂbahnya.
Berikut kutipan wawancara.Hadiah untuk prestasi olahÂraga seharusnya diberikan oleh politisi tapi oleh negara. KoÂmenÂtar Anda? Nggak bisa seperti itu juga. Kita sebagai warga negara yang baik dan mempunyai kelebihan harus ikut serta. Tapi, negara juga harus mengapresiasi atlet-atlet yang mengharumkan nama bangsa. Sebab, masa edar atlet dan pemain bola itu nggak lama. Pemain bola maksimum hanya 30 tahun. Jadi, itu yang harus kita
pikirin. Apa tidak sebaiknya hadiah itu diberikan ketika Timnas suÂdah berprestasi?Lho, Timnas masuk final, apa itu kurang berprestasi? Tahun kemarin di SEA Games kita kalah sama Laos (negara yang belum ada sedan tapi banyak mikroÂletnya). Nah, sekarang kita bisa masuk final AFF. Itu harus diÂapresiasi dan ini prestasi.
Saya ini wartawan bola di PSSI dan meliput SEA Games tahun 1999. Kita hanya masuk semiÂfinal dan kalah sama Malaysia. Hanya dapat perunggu. KemuÂdian kita dapat emas hanya satu di Filipina.
Janji Ical dinilai menjadi beÂban mental para pemain TimÂnas. Komentar Anda?Itu hanya politik. Jadi, kalau mau
didengerin, ya didengerin. Kalau tidak didengerin juga nggak apa-apa. Namanya juga orang politik.
Ada anggapan kekalahan TimÂnas akibat Ical?Nggak betul itu. Kalau ada komentar seperti itu, berarti itulah orang yang memolitikkan olahÂraga. Saya ini adalah tim manajer bola dari Pelita Jaya. Bisa dilihat di babak pertama di
leg pertama. Betul, kita dalam keadaan tertekan, tapi begitu meÂlewati masa-masa krisis itu kita sudah melewati permainan kita.
Mestinya sampai di babak perÂtama kita dapat gol satu dari Bustomi. Tapi mau bilang apa, ya. Sebagai manajer tim kita tahu, kenapa permainan itu dihentikan.
Karena apa?Konsentrasi dan
mood yang sudah
on fire itu buyar. Selain itu, kekalahan Tim Garuda karena mereka grogi bertanding di kanÂdang lawan. Dengan kata lain, kekalahan itu lebih karena seÂrangan psikologis yang dialami anak buah pelatih Alfred Riedl.
Ini kan pertandingan tandang pertama bagi Indonesia melawan Malaysia. Jadi, lebih ke psikoÂlogisnya. Mereka awalnya bagus kok di babak pertama.
Kekalahan juga dikaitkan deÂngan politisasi. Tentang hal itu?Tidak ada kaitannya. Bola ya bola. Orang yang bicara seperti itu, sama saja memolitisasi olahraga.
Bagaimana tanggapan Ical tenÂtang tuduhan tersebut?Nggak ada. Kita berpikirnya positif saja ke depan. Karena apa yang dilakukan keluarga Bakrie, tidak ada urusannya dengan poliÂtik. Dan sampai sekarang keÂluarga Bakrie masih bantu PSSI, baik dalam keadaan terpuÂruk maupun tidak. Sudahlah, kita lihatnya dalam konteks olahraga saja.
Apa mungkin Timnas GaÂruda menang di leg kedua di kandang sendiri, Gelora Bung Karno?Apa pun bisa terjadi di sepakÂbola. Tapi, saya kira dunia belum kiamat. Kalah adalah bagian keÂmenangan yang terdepan.
Buktinya apa?Saya contohkan, pada tahun 2005, Piala Champion Eropa antara AC Milan dan Liverpool. AC Milan sudah unggul 3-0. Tapi, hanya dengan enam menit akhir, Liverpool bisa menyamaÂkan kedudukan tiga sama dan akhirnya Liverpool juga yang menjadi juara. Pada tahun 1999, MU juga sudah ketinggalan dari Munchen. Tapi, satu menit terÂakhir MU bisa menang 2-1. Nah, sekarang kita bukan punya enam menit dan satu menit tpi punya 90 menit di depan ratusan ribu pendukung kita. Dan saya yakin, Timnas kita bisa.
Jika akhirnya di leg kedua kaÂlah, bagaimana dengan hadiah-hadiah yang diberikan Ical?Lho, ‘kan sudah
diserahin? Seperti tanah dan bonus. Jadi, kalau menurut saya, apa yang diÂsampaikan Pak Ical adalah bentuk kecintaan dari keluarga Bakrie. Tapi, tidak pernah kita buka seÂbab kita sudah lama menÂdukung berbagai macam cabang olah raga. Sekarang, yang penting adaÂlah bagaimana kita terus memÂberikan dukungan kepada Timnas dan cabang-cabang olahraga lain.
Dan yang perlu diingat adalah prestasi olahraga adalah cermin daripada kemajuan bangsa. OlahÂraga ya olahraga. Bola ya bola. Jadi, tidak usah dikaitkan dengan yang lain. Justru, bagaimana dengan euforia dan atmosfer yang sekarang, yakni dunia olahraga kita juga akan mengundang swasta-swasta lain untuk ikut agar dunia olahraga kita bisa tumÂbuh dan berkembang sesuai deÂngan perkembangan zaman, yang selalu dikemas dalam bisnis.
Apa lagi support yang akan diÂberikan Ical untuk Timnas pada leg kedua nanti?
Ya doa dan nonton. Kita harus bersyukur bahwa melalui olah raga sepak bola ini nasionalisme untuk Merah Putih dan Garuda tetap ada. Buktinya, sekarang di mana-di mana-mana orang
nyaÂnyiin Garuda. [RM]