Berita

Wawancara

WAWANCARA

Lalu Mara Satriawangsa: Namanya Juga Orang Politik, Nggak Didengerin Nggak Apa-apa

SELASA, 28 DESEMBER 2010 | 04:37 WIB

RMOL. “Itu hanya politik. Jadi, kalau mau didengerin, ya didengerin. Kalau tidak didengerin juga nggak apa-apa. Namanya juga orang politik.”
 Kekalahan Timnas Indo­nesia atas Malaysia 3-0 di Stadion Bukit Jalil, Kuala Lumpur, Minggu malam (26/12) terjadi karena adanya janji dari Ketua Umum DPP Partai Golkar  Abu­rizal Bakrie (Ical).

“Janji-janji parpol ini (Golkar) jadi sumber be­ban bagi pe­­main. Ini malah membebani me­reka secara mental karena ha­rus me­nang,” kata Sekjen PKS Anis Matta di gedung parlemen Sena­yan, Jakarta, kemarin.

Lalu Mara Satriawangsa, juru bicara Ical, menyatakan, hadiah dari Ketua Umum Golkar itu ha­rus dilihat sebagai vitamin.  “Itu bisa sebagai pemacu agar orang lain ikut juga mem­­pertahankan du­nia olah raga,” ujar­nya ke­pada Rakyat Mer­deka di Ja­karta, kemarin.


“Prestasi olahraga adalah cer­min dari kemajuan bangsa. Ka­rena itu, diminta atau tidak di­minta, kami akan terus men­du­kung ke­majuan dunia olahraga nasional. Mikirnya itu,” tam­bahnya.

Berikut kutipan wawancara.

Hadiah untuk prestasi olah­raga seharusnya diberikan oleh politisi tapi oleh negara. Ko­men­tar Anda?
Nggak bisa seperti itu juga. Kita sebagai warga negara yang baik dan mempunyai kelebihan harus ikut serta. Tapi, negara juga harus mengapresiasi atlet-atlet yang mengharumkan nama bangsa. Sebab, masa edar atlet dan pemain bola itu nggak lama. Pemain bola maksimum hanya 30 tahun.  Jadi, itu yang harus kita pikirin.

 Apa tidak sebaiknya  hadiah itu diberikan ketika Timnas su­dah berprestasi?
Lho, Timnas masuk final, apa itu kurang berprestasi? Tahun kemarin di SEA Games kita kalah sama Laos (negara yang belum ada sedan tapi banyak mikro­letnya). Nah, sekarang kita bisa masuk final AFF. Itu harus di­apresiasi dan ini prestasi.

Saya ini wartawan bola di PSSI dan meliput SEA Games tahun 1999. Kita hanya masuk semi­final dan kalah sama Malaysia. Hanya dapat perunggu. Kemu­dian kita dapat emas hanya satu di Filipina.

Janji Ical dinilai menjadi be­ban mental para pemain Tim­nas. Komentar Anda?
Itu hanya politik. Jadi, kalau mau didengerin, ya didengerin. Kalau tidak didengerin juga nggak apa-apa. Namanya juga orang politik.

Ada anggapan kekalahan Tim­nas akibat Ical?
Nggak betul itu. Kalau ada komentar seperti itu, berarti itulah orang yang memolitikkan olah­raga. Saya ini adalah tim manajer bola dari Pelita Jaya. Bisa dilihat di babak pertama di

leg pertama. Betul, kita dalam keadaan tertekan, tapi begitu me­lewati masa-masa krisis itu kita sudah melewati permainan kita.

Mestinya sampai di babak per­tama kita dapat gol satu dari Bustomi. Tapi mau bilang apa, ya. Sebagai manajer tim kita tahu, kenapa permainan itu dihentikan.

Karena apa?
Konsentrasi dan mood yang sudah on fire itu buyar. Selain itu, kekalahan Tim Garuda karena mereka grogi bertanding di kan­dang lawan. Dengan kata lain, kekalahan itu lebih karena se­rangan psikologis yang dialami anak buah pelatih Alfred Riedl.

Ini kan pertandingan tandang pertama bagi Indonesia melawan Malaysia. Jadi, lebih ke psiko­logisnya. Mereka awalnya bagus kok di babak pertama.

Kekalahan juga dikaitkan de­ngan politisasi. Tentang hal itu?
Tidak ada kaitannya. Bola ya bola.  Orang yang bicara seperti itu, sama saja memolitisasi olahraga.

Bagaimana tanggapan Ical ten­tang tuduhan tersebut?
Nggak ada. Kita berpikirnya positif saja ke depan. Karena apa yang dilakukan keluarga Bakrie, tidak ada urusannya dengan poli­tik. Dan sampai sekarang ke­luarga Bakrie masih bantu PSSI, baik dalam keadaan terpu­ruk maupun tidak. Sudahlah, kita lihatnya dalam konteks olahraga saja.

Apa mungkin Timnas Ga­ruda menang di leg kedua di kandang sendiri, Gelora Bung Karno?
Apa pun bisa terjadi di sepak­bola. Tapi, saya kira dunia belum kiamat. Kalah adalah bagian ke­menangan yang terdepan.

Buktinya apa?
Saya contohkan, pada tahun 2005, Piala Champion Eropa antara AC Milan dan Liverpool. AC Milan sudah unggul 3-0. Tapi, hanya dengan enam menit akhir, Liverpool bisa menyama­kan kedudukan tiga sama dan akhirnya Liverpool juga yang menjadi juara. Pada tahun 1999, MU juga sudah ketinggalan dari Munchen. Tapi, satu menit ter­akhir MU bisa menang 2-1. Nah, sekarang kita bukan punya enam menit dan satu menit tpi punya 90 menit di depan ratusan ribu pendukung kita. Dan saya yakin, Timnas kita bisa.

Jika akhirnya di leg kedua ka­lah, bagaimana dengan hadiah-hadiah yang diberikan Ical?
Lho, ‘kan sudah diserahin? Seperti tanah dan bonus. Jadi, kalau menurut saya, apa yang di­sampaikan Pak Ical adalah bentuk kecintaan dari keluarga Bakrie. Tapi, tidak pernah kita buka se­bab kita sudah lama men­dukung berbagai macam cabang olah raga. Sekarang, yang penting ada­lah bagaimana kita terus mem­berikan dukungan kepada Timnas dan cabang-cabang olahraga lain.

Dan yang perlu diingat adalah prestasi olahraga adalah cermin daripada kemajuan bangsa. Olah­raga ya olahraga. Bola ya bola. Jadi, tidak usah dikaitkan dengan yang lain. Justru, bagaimana dengan euforia dan atmosfer yang sekarang, yakni dunia olahraga kita juga akan mengundang swasta-swasta lain untuk ikut agar dunia olahraga kita bisa tum­buh dan berkembang sesuai de­ngan perkembangan zaman, yang selalu dikemas dalam bisnis.

Apa lagi support yang akan di­berikan Ical untuk Timnas pada leg kedua nanti?
Ya doa dan nonton. Kita harus bersyukur bahwa melalui olah raga sepak bola ini nasionalisme untuk Merah Putih dan Garuda tetap ada. Buktinya, sekarang di mana-di mana-mana orang nya­nyiin Garuda.   [RM]

Populer

Mantan Jubir KPK Tessa Mahardhika Lolos Tiga Besar Calon Direktur Penyelidikan KPK

Rabu, 24 Desember 2025 | 07:26

Kejagung Copot Kajari Kabupaten Tangerang Afrillyanna Purba, Diganti Fajar Gurindro

Kamis, 25 Desember 2025 | 21:48

Sarjan Diduga Terima Proyek Ratusan Miliar dari Bupati Bekasi Sebelum Ade Kuswara

Jumat, 26 Desember 2025 | 14:06

Mantan Wamenaker Noel Ebenezer Rayakan Natal Bersama Istri di Rutan KPK

Kamis, 25 Desember 2025 | 15:01

8 Jenderal TNI AD Pensiun Jelang Pergantian Tahun 2026, Ini Daftarnya

Rabu, 24 Desember 2025 | 21:17

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

UPDATE

Pemkot Bogor Kini Punya Gedung Pusat Kegawatdaruratan

Senin, 29 Desember 2025 | 10:12

Dana Tunggu Hunian Korban Bencana Disalurkan Langsung oleh Bank Himbara

Senin, 29 Desember 2025 | 10:07

1.392 Personel Gabungan Siap Amankan Aksi Demo Buruh di Monas

Senin, 29 Desember 2025 | 10:06

Pajak Digital Tembus Rp44,55 Triliun, OpenAI Resmi Jadi Pemungut PPN Baru

Senin, 29 Desember 2025 | 10:03

Ketum KNPI: Pelaksanaan Musda Sulsel Sah dan Legal

Senin, 29 Desember 2025 | 09:51

Bukan Soal Jumlah, Integritas KPU dan Bawaslu Justru Terletak pada Independensi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:49

PBNU Rukun Lagi Lewat Silaturahmi

Senin, 29 Desember 2025 | 09:37

PDIP Lepas Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Lokasi Bencana Sumatera

Senin, 29 Desember 2025 | 09:36

Komisi I DPR Desak Pemerintah Selamatkan 600 WNI Korban Online Scam di Kamboja

Senin, 29 Desember 2025 | 09:24

Pengakuan Israel Atas Somaliland Manuver Berbahaya

Senin, 29 Desember 2025 | 09:20

Selengkapnya