RMOL. Indonesia Police Watch mensinyalir kasus terbaru Gayus Halomoan Tambunan di Rutan Mako Brimob merupakan pembusukan terhadap Kapolri baru. Jenderal Timur Pradopo didesak mengevaluasi Bareskrim dan mengganti Kabareskrim Komjen Ito Sumardi. Tudingan IPW mencuatkan lagi bau konflik internal kepolisian ke hidung publik.
Penasihat ahli Kapolri, Kastorius Sinaga, menganggap asumsi IPW itu sebagai politisasi yang tak masuk akal. Kepada Rakyat Merdeka Online, politisi Partai Demokrat ini mengutarakan pendapat dari sudut pandang orang yang telah lama bergaul dengan kalangan jenderal kepolisian.
"Itu politisasi atau pengalihan isu. Yang jelas, di sana tidak ada pembusukan di dalam. Kenapa saya yakin, bukan karena saya beropini dan beranalisis," jelas Kastorius saat dihubungi sesaat lalu (Selasa, 9/11).
Kastorius menceritakan bahwa mulai dari penyerahan memori dari Jenderal BHD ke Jenderal Timur Pradopo di Mabes Polri dua pekan lalu.
"Semua Kapolda dikumpulkan, saya juga hadir, dari gestur, dari cara bertingkah laku, tidak ada kesan konflik. Walau itu terlihat di panggung, kita bisa lihat suasana dan mimik orang-orang. Begitu pula saat Sertijab Kapolri di Mako Brimob sangat kompak," jelasnya.
Ia mengungkapkan, sampai acara pisah sambut Jenderal Timur Pradopo dan Jenderal Bambang Hendarso Danuri di PTIK tak ada perasaan ataupun insting buruk yang dirasa Kastorius.
"Saya tidak dapat tentang rencana pembusukan. Apalagi, saya sudah cukup lama bergaul di kalangan jenderal polisi," jelasnya.
IPW juga mengatakan, keberadaan Rutan Brimob Kelapa Dua harus dievaluasi. Karena selama ini keberadaan Rutan ini sangat eksklusif dan sulit dikontrol.
"IPW berharap rutan brimob hanya untuk polisi bermasalah saja. Sedangkan, tahanan lain harus dipindahkan ke rutan Polda agar mudah diawasi pers," demikian Presidium IPW, Neta Pane, menyarankan.
[ald]