Berita

presiden obama/ist

Obama Hanya POTUS, Bukan Susu Kuda Liar

SELASA, 09 NOVEMBER 2010 | 10:42 WIB | OLEH: DR. TEGUH SANTOSA

RMOL. Bila tidak ada aral melintang POTUS, President of the United States of America, Barack Hussein Obama, akan tiba di Jakarta siang ini (Selasa, 9/11).

Indonesia merupakan negara kedua yang disinggahi pria kelahiran Hawaii tahun 1961 itu dalam lawatan Asia kali ini. Sebelum Indonesia, Obama menghabiskan waktu tiga hari di India. Setelah mengunjungi Indonesia sekitar 24 jam ia akan terbang ke Korea Selatan untuk menghadiri pertemuan G-20 dan selanjutnya ke Jepang.

Kunjungan Obama ini sudah lama dinanti-nanti publik Indonesia. Tadinya Obama diharapkan bersedia mampir ke Indonesia di bulan November tahun lalu sepulang dari pertemuan APEC di Singapura. Setelah itu, kunjungannya dijadwalkan di bulan Maret 2010. Kali ini tertunda karena di saat bersamaan Obama harus mengawal pemungutan suara UU Jaminan Kesehatan di Kongres. Berikutnya kunjungan Obama dijadwalkan lagi di bulan Juni 2010. Ini pun kembali batal karena di saat bersamaan Obama harus berkonsentrasi mengamati dari dekat kebocoran minyak di anjungan lepas pantai British Petroleum di Teluk Meksiko.

Di antara animo publik yang begitu tinggi dalam menyambut kehadiran Obama di Jakarta, agaknya perlu juga disampaikan sedikit pandangan kritis mengenai sosok Obama dalam konstelasi politik baik di level nasional maupun global.

Banyak yang menganggap Obama memiliki khasiat yang sedemikain rupa layaknya susu kuda liar yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit mulai dari diare sampai kanker stadium tinggi. Dari sudut pandang ini, banyak yang berharap kemenangan Obama dalam pemilihan presiden 2008 akan menjadi obat manjur untuk segala penyakit kronis yang diderita dunia, yang sebagian besar dari penyakit itu disebabkan oleh virus arogansi negeri yang bernama Amerika Serikat.

Dalam praktiknya, Obama bukanlah susu kuda liar. Dia bukan aktor utama, apalagi aktor tunggal di atas pentas politik Amerika Serikat. Obama hanya berkantor di Gedung Putih dan bila beruntung bisa bertahan selama delapan tahun, atau dua kali empat tahun, di kantonya itu. Adapun aktor utama yang sejatinya dalam konstelasi politik Amerika Serikat adalah The Hill, anggota Kongres, kaum lobi, kaum usahawan dan industriawan, kaum konservatif dari kedua partai besar di sana. Mereka inilah yang sesungguhnya mengorkestrasi politik dalam negeri maupun politik luar negeri Amerika Serikat.

Kekalahan Partai Demokrat dalam pemilihan sela pekan lalu pun semakin mempersempit ruang gerak dan mempersulit manuver Obama. Dia sendiri sudah memperlihatkan sikap takluknya ketika menyampaikan pidato beberapa saat setelah kemenangan Partai Republik di DPR dan nyaris di Senat semakin nyata di depan mata. Obama berjanji akan mempertimbangkan usul dan proposal yang disampaikan kubu Republik.

Tetapi sekali lagi, proposisi di atas tidak dimaksud untuk mengatakan bahwa kaum Republikan adalah musuh dunia, dan kaum Demokrat sebaliknya adalah teman dunia. Pada kenyataannya, kedua partai itu dikuasai oleh kaum konservatif yang mengambil berbagai macam keputusan politik, nasional maupun global, berdasarkan kepentingan mereka yang khas Amerika Serikat.

Konstelasi politik inilah yang bisa menjelaskan mengapa Obama bisa dengan mudah menarik pasukan Amerika Serikat yang sejak 2003 menduduki Irak dan memindahkan mereka ke Afghanistan yang sejak 2001 sudah diduduki negara itu.

Itu juga sebabnya, mengapa misalnya, dengan mudah Bank Dunia yang presidennya selalu merupakan pejabat yang ditunjuk oleh Presiden AS, bisa tetap dengan bebas memainkan agenda-agenda tradisionalnya untuk menaklukan negara berkembang seperti Indonesia. Dengan mudah Bank Dunia membajak” Sri Mulyani Indrawati, pejabat Indonesia yang patut diduga terlibat dalam megaskandal dana talangan Bank Century senilai Rp 6,7 triliun, dan menempatkannya sebagai salah seorang Managing Director.

Obama memang bukan susu kuda liar, dan karenanya tidak bisa diharapkan menyembuhkan semua persoalan yang sedang dihadapi dunia. Bahkan, susu kuda liar pun tak sungguh-sungguh bisa menyembuhkan semua jenis penyakit. [guh]


Populer

Camat Madiun Minta Maaf Usai Bubarkan Bedah Buku ‘Reset Indonesia’

Selasa, 23 Desember 2025 | 04:16

Adik Kakak di Bekasi Ketiban Rezeki OTT KPK

Senin, 22 Desember 2025 | 17:57

Ketika Kebenaran Nasib Buruh Migran Dianggap Ancaman

Sabtu, 20 Desember 2025 | 12:33

Kajari Bekasi Eddy Sumarman yang Dikaitkan OTT KPK Tak Punya Rumah dan Kendaraan

Sabtu, 20 Desember 2025 | 14:07

OTT KPK juga Tangkap Haji Kunang Ayah Bupati Bekasi

Jumat, 19 Desember 2025 | 03:10

Uang yang Diamankan dari Rumah Pribadi SF Hariyanto Diduga Hasil Pemerasan

Rabu, 17 Desember 2025 | 08:37

Terlibat TPPU, Gus Yazid Ditangkap dan Ditahan Kejati Jawa Tengah

Rabu, 24 Desember 2025 | 14:13

UPDATE

Bank Mandiri Berikan Relaksasi Kredit Nasabah Terdampak Bencana Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:12

UMP Jakarta 2026 Naik Jadi Rp5,72 Juta, Begini Respon Pengusaha

Jumat, 26 Desember 2025 | 12:05

Pemerintah Imbau Warga Pantau Peringatan BMKG Selama Nataru

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:56

PMI Jaksel Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumatera

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:54

Trump Selipkan Sindiran untuk Oposisi dalam Pesan Natal

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:48

Pemerintah Kejar Pembangunan Huntara dan Huntap bagi Korban Bencana di Aceh

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:15

Akhir Pelarian Tigran Denre, Suami Selebgram Donna Fabiola yang Terjerat Kasus Narkoba

Jumat, 26 Desember 2025 | 11:00

Puan Serukan Natal dan Tahun Baru Penuh Empati bagi Korban Bencana

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:49

Emas Antam Naik, Buyback Nyaris Tembus Rp2,5 Juta per Gram

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:35

Sekolah di Sumut dan Sumbar Pulih 90 Persen, Aceh Menyusul

Jumat, 26 Desember 2025 | 10:30

Selengkapnya