RMOL. Setelah dikejutkan amblesnya Jalan RE Martadinata, Jakarta Utara, kini warga DKI kembali dikagetkan oleh pergesaran flyover Kemayoran di Jalan Haji Bagindo Rajo (HBR) Motiek, Jakarta Pusat. Harus disediliki hingga tuntas siapa yang bertanggung jawab atas renggangnya flyover itu.
Dari pengamatan Rakyat MerÂÂdeka, sambungan beton antara jalan dengan peÂnyangÂgah berÂgeser sekitar 15 cm. JiÂka kita melihat dari bawah jaÂlan, maka garis yang terÂbenÂtuk akibat perÂgeseran itu akan terÂlihat jelas. Pergesaran ini terÂnyata terjadi di tiga titik samÂbungan jalan seÂpanjang flyover tersebut.
Terjadinya renggangan atau pun pergeseran pada flyover Kemayoran, mengindikasikan perubahan signifikan terhadap struktur jembatan. PenangaÂnanÂnya, harus dilakukan uji struktur sehingga bisa ditentukan peÂnyebabnya apakah secara teknis atau pergeseran ini terjadi akibat penurunan tanah atau gempa. Demikian pernyataan anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta Nurmansyah Lubis.
“Ini harus segera ditangani. Jangan sampai terjadi hal yang tidak diinginkan, yaitu kejadian yang lebih buruk lagi pada jemÂbatan tersebut,†katanya kepada
Rakyat Merdeka.Jika terjadi kesalahan teknis oleh kontraktor, lanjutnya, tentu harus dilakukan penyelidikan lebih mendalam lagi, siapa yang bertanggung jawab atas rengÂgangnya jembatan itu.
Hal senada diungkapkan angÂgota Komisi D DPRD DKI JaÂkarta Muhammad Sanusi. Dia mengingatkan pada pihak peÂngeÂlola
flyover tersebut, khuÂsusnya Pusat Pengelolaan KaÂwasan Kemayoran (P2KK), agar segera melakukan perbaikan. Karena jika terlambat, bisa jadi
flyover tersebut patah dan mengÂakibatkan kecelakaan hingga pada kematian pengendara.
“Kita mengingatkan, Undang-Undang (UU) Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas Dan AngÂkutan Jalan sudah berlaku. Jadi jangan main-main dengan keseÂlamatan masyarakat,†teÂgas Sanusi.
Jadi, sambu Sanusi, jika ada nyawa atau cacat akibat kelaÂlaian, itu bisa langsung dikeÂnakan tindak pidana dari UnÂdang-Undang Lalulintas.
Dia juga menjelaskan, yang terjadi pada
flyover tersebut hanyalah penyusutan. Namun normalnya, penyusutan tersebut hanya lima sentimeter. Dan rengÂgangan itu bisa diÂtutup menggunakan aspal. TaÂpi kalau pergeserannya samÂpai 15 senÂtimeter, artinya distriÂbusi rengÂgangan sudah tidak norÂmal. “Jangan sampai ada beban yang tidak normal, pada satu titik, diÂkhawatirkan titik itu lemah dan berakibat patah,†ujarnya.
Menyangkut adanya opini yang menyatakan bahwa terjadiÂnya renggangan di
flyover KeÂmayoran ini akibat faktor alam, seperti peÂnurunan tanah, Sanusi memÂbantah pernyataan tersebut. Menurutnya, kalau penurunan taÂnah biasanya yang terjadi kereÂtakan pada badan jembatan kareÂna di kedua sisinya tidak seimbang.
Sedangkan untuk
flyover ini, lanjutnya, jika dibilang bergeser memang bergeser, tetapi bukan tanah atau fondasinya yang berÂgeser. “Tapi susut dari
girder, jadi muai susutnya tinggi. SeÂhingga di situ memang ada rongÂga yang kita sebut dengan
exÂpantion joint,†ujarnya.
Mengenai kondisi jembatan baik
flyover maupun
underpass di Jakarta, Sanusi mengatakan, dari pengamatannya, khususnya jembatan, baik
flyover atau
unÂderpass yang dikelola Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI, sepanjang ini tidak ada masalah. Sebab, perencanannya sudah diukur sekian waktu lamanya. Usia jembatan sendiri biasanya bisa tahan sampai 20 hingga 50 tahun.
Sudah Disediakan Dana Untuk PerbaikanPetugas pemÂÂÂbaÂngunan Jalan Jembatan Metro 4 Kementerian PekerÂjaÂan Umum (PU), Fadli, membeÂnarÂkan jiÂka di flyover tersebut terÂjadi perÂgeÂseran jalan. PihakÂnya, meÂnurut Fadli, sudah berÂkoÂordinasi dengan pihak Pusat Pengelolaan Kawasan KemaÂyoran (P2KK). P2KK pun meÂnyatakan sudah menyiapkan dana agar jembatÂan tersebut segera diperbaiki.
“Ada pergeseran sedikit pada bantalan. Akan kita teliti lebih lanjut kenapa hal itu terjadi. Kita juga belum sempat mengÂukur seberapa besar pergeseÂrannya,†kata Fadli, saat memÂberikan keterangn pers di BaÂlaikota, JaÂkarta Pusat.
Dia menjelaskan, perbaikan
flyover tersebut tidak akan meÂmakan waktu lama. Karena deÂngan teknologi yang ada saat ini, meÂnurutnya, pergeseran itu akan bisa dilakukan hanya dalam hiÂtungan jam. “Meski begitu, jalan tersebu masih bisa tetap berÂoperasi dan tidak memberikan efek yang berakibat fatal bagi pengendara,†ujarnya yakin.
Kepala Dinas PU DKI Jakarta Erry Basworo meÂnyatakan, seÂharusnya perÂgeÂseÂran di jaÂlur jembatan itu tidak akan terjadi jika dilakukan perawatan secara bertahap oleh pihak P2KK. SeÂdangkan jembatan yang berada dalam pengawasan Dinas PU DKI Jakarta, kata Erry, selama ini tetap dilakukan pengawasan.
Menurutnya, pergeseran atau pun kerusakan yang terjadi daÂlam jalur jembatan tersebut seÂmuanya bisa terjadi di jemÂbaÂtan manapun, karena struktur dan sarana yang digunakan hamÂpir sama.
“Tapi kita (Dinas PU DKI JaÂkarta) tetap meninjau dan tiap tahun kita ada anggaran perbaiÂkan dan memeriksa secara berÂkala. Wewenangnya ada di peÂmerintah pusat, KemenÂterian PU,†pungkas Erry.
Mesti Ada Kajian Kembali Meski banyak yang mengÂkhawatirkan, renggangnya
flyover Kemayoran malah dinilai Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI merupakan peristiÂwa wajar yang terjadi pada setiap jalan layang.
Penyebab rengÂgangnya jaÂlan layang tersebut dikatakan buÂkan disebabkan pergeseran fondasi. Namun lebih kepada penyuÂsutan penghubung beton atau biasa disebut
expansion joint yang hilang.
Itu biasanya kaÂrenakan cuaca panas, seÂhingga penghubung memuai atau saat hujan lebat mengÂakiÂbatkan penghubung menyusut lalu jatuh.
Dalam proyek jalan layang, selalu dibuatkan penghubung dengan istilah
expansion joint yang berada di antara beton atau gelagar di atas fondasi caÂkar ayam sebagai fondasi. FungÂsi penghubung yang terÂbuat dari besi ini untuk memÂbuat jalan kendaraan lebih haÂlus, di samÂping agar melinÂdungi beton supaya tidak cepat rusak.
Namun berdasarkan hal ini, pengamat transportasi perkoÂtaan Edie Toet Hendratno meÂngatakan,
flyover tersebut haÂrus segera diperiksa dan diperÂbaiki untuk menghinÂdari keceÂlakaan. Dia menyaÂrankan, mesÂti dilakukan kajian kembali mengapa hal itu bisa terjadi.
“Belum tentu juga rengÂgaÂngan ini kesalahan konÂstrukÂsi. Mungkin juga karena peÂngÂaruh alam,†katanya keÂpada
Rakyat Merdeka.Menurut Edie, terjadinya peÂrenggangan atau pergeseran pada jembatan tersebut, bisa jadi karena dalam pembaÂnguÂnannya tidak sesuai dengan speÂsifikasinya. Kemungkinan ada beberapa bahan yang diÂkurangi dan ini mempengaruhi kekuatan struktur bangunan tersebut.
Untuk itu, Edie berharap agar dalam setiap pembaÂnguÂnan baik itu jalan, maupun
flyÂover dan
underpass, sehaÂrusÂnya ada konsultan pengawas daÂri pembangunan tersebut. Dan itu harus ada pengawasan menyeluruh terhadap kondisi
flyover yang ada.
“Karena jika sudah kejadian seperti ini,
long life-nya,
enÂdurance maupun ketahanannya juga akan berkurang,†ujar dosen di Universitas Indonesia itu.
[RM]