RMOL. Bukannya semakin ciut, tapi semakin show force. Bayangkan, di tengah maraknya media massa mengikuti perkembangan pengusutan perampokan bersenjata api, baik kasus di Tebet, Jakarta dan Bank CIMB Niaga, Medan, aksi perampok bersenjata justru menggila. Bahkan, dua hari lalu, ada lima perampokan gerombolan bersenjata yang terjadi dalam waktu nyaris bersamaan di lima daerah.
Wakil Ketua Komisi I DPR, Mayjen (Purn) Tubagus Hasanuddin, mengatakan, fenomena itu semakin menguatkan asumsinya, yaitu ada indikasi pengorganisiran kelompok bersenjata untuk mengacaukan keamanan secara sporadis.
"Kalau dilihat dari pola, cara yang dilakukan, bersenjata lengkap, pasti terorganisir. Sekian belas kelompok orang diorganisir melakukan kegiatan perampokan dan senjata, dan itu adalah senjata laras panjang," ujar Tubagus kepada Rakyat Merdeka Online, sesaat lalu (Rabu, 25/8).
Mantan Sekretaris Presiden ini menduga kuat ada unsur motif politik di dalam gerakan tersebut.
"Sasarannya bukan sekadar ambil duit untuk makan, pasti ada yang lebih. Seperti politik," ujarnya.
Ketika ditanya lebih spesifik apa motif politik itu, ia mengaku belum berani menyatakan tegas. Tapi, bisa ada beberapa kemungkinan kuat.
"Terorisme itu kan motif politik, mengganti pemerintahan. Menyerang pemerintahan yang sah. Untuk kudeta mungkin saja. Saat ini sudah ada tahap-tahap pengacauan. Pemberontakan itu ada tahapannya, pembunuhan politik, membuat orang tak percaya pada pemerintah dan aparatnya, dan akhirnya timbul kudeta," ungkapnya.
Tubagus, dalam kesempatan wawancara Jumat (20/8) juga sudah menyatakan dugaannya tentang motif politik di belakang perampokan bersenjata yang sporadis di berbagai daerah dalam satu bulan belakangan.
"Berkeliaran dengan senjata lalu berkumpul menyerang bank itu kan bisa segala macam tujuannya. Bisa terorisme, atau narkoba atau untuk pemberontakan. Bayangkan 16 pucuk di tangan masing-masing bisa berkumpul, ini bukan lagi senjata perorangan yang dilegitimasi," imbuhnya.
[ald]