Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dapat Kabar 60 Negara Tertekan Utang, Jokowi Ngeluh Pertamina dan PLN Terlalu Mengharapkan Subsidi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ahmad-satryo-1'>AHMAD SATRYO</a>
LAPORAN: AHMAD SATRYO
  • Senin, 20 Juni 2022, 21:39 WIB
Dapat Kabar 60 Negara Tertekan Utang, Jokowi Ngeluh Pertamina dan PLN Terlalu Mengharapkan Subsidi
Presiden Joko Widodo/Net
rmol news logo Presiden Joko Widodo kembali ketar-ketir setelah mendengar kondisi ekonomi global yang ternyata tidak baik-baik saja.

Kekhawatiran akan kondisi ekonomi global dapat mempengaruhi ekonomi nasional ini disampaikan Jokowi saat membuka Rapat Kabinet Paripurna di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (20/6).

"Dunia tidak dalam suasana normal, global tidak dalam suasana normal. Krisis energi, krisis pangan, krisis keuangan sudah mulai melanda beberapa negara," ujar Jokowi.

Bahkan, mantan Walikota Solo ini mengetahui ada puluhan negara yang sekarang ini kondisi ekonominya tertekan karena tumpukan utang.

"Ada kurang lebih 60 negara yang dalam proses menghadapi tekanan karena utang, sehingga menekan ekonominya, tidak ada devisa, dan masuk pada yang namanya krisis ekonomi, krisis keuangan negara itu," ungkapnya.

Beriringan dengan itu, Jokowi menyingung soal krisis energi yang juga melanda dunia, di mana harga bahan bakar minyak (BBM) di semua negara naik tajam. Namun di Indonesia dipastikan tidak naik karena terdapat subsidi.

Akan tetapi, di sini Jokowi menunjukkan ke jengkelannya kepada Badan Usaha Milik negara (BUMN) terkait energi, di mana ada dua perusahaan plat mereah yang dikeluhkan Jokowi karena meminta dana subsidi terus kepada pemerintah.

"Jadi terkait dengan krisis energi, baik itu yang namanya BBM, gas, solar, pertalite, pertamax, listrik, ini jangan sampai terlalu mengharapkan, utamanya Pertamina, terutama juga PLN, terlalu mengharapkan dan kelihatan sekali hanya mengharapkan subsidinya di Kementerian Keuangan," ucapnya.

Maka dari itu, Jokowi meminta Pertamina dan PL untuk melakukan efisiensi agar idak bergantung terus kepada bendahara negara.

"Mestinya di sana juga ada upaya-upaya efisiensi, jadi dua-duanya berjalan. Nah, kalau hanya berharap terus pada subsidi dari Menteri Keuangan tanpa ada usaha efisiensi di PLN, di Pertamina, ini yang dilihat oleh publik, kok enak banget," keluh Jokowi.

"Mana yang bisa diefisiensikan, mana yang bisa dihemat, kemudian mana kebocoran-kebocoran yang bisa dicegah, semuanya harus dilakukan posisi-posisi seperti ini," sambungnya.

Lebih lanjut, Jokowi meminta Pertamina memaksimalkan bahan baku minyak yang ada di dalam negeri, yakni dengan meningkatkan produksi sumur di dalam negeri ketimbang impor.

"Saya kira sumur-sumur minyak yang ada sekecil apapun agar didorong produksinya, agar meningkat. Tapi yang jelas, yang paling penting solusi pendeknya adalah menjaga harga di masyarakat bawah agar tetap stabil dan terjangkau," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA