Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Peristiwa 7/7, Catatan Kelam Ketika Teror Bom Menghantui London

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 07 Juli 2021, 06:07 WIB
Peristiwa 7/7, Catatan Kelam Ketika Teror Bom Menghantui London
Bus tingkat di Tavistock Square yang menjadi sasaran teroris, salah satu dari empat serangan bom di hari yang sama dalam sejarah Inggris, 7 Juli 2005/Net
rmol news logo Empat bom bunuh diri dari ransel-ransel penuh bahan peledak telah mengubah masa depan para korban dan keluarganya. Inggris berduka. Sejarah mencatat itu adalah serangan teroris paling bar-bar, sebuah catatan terburuk di negeri Sang Ratu pada 7 Juli 2005.

Sejarah kelam itu juga sering disebut sebagai Peristiwa 7/7. Tiga teroris secara terpisah meledakkan tiga bom rakitan di tiga jalur kereta bawah tanah di seluruh kota London dan di bus tingkat di Tavistock Square, berturut-turut dengan selang waktu hanhya 1-2 jam.

Secara terperinci, para teroris menargetkan; sebuah kereta api di luar stasiun Liverpool Street, sebuah kereta api di luar stasiun Edgware Road, sebuah kereta yang sedang melaju di antara stasiun King's Cross dan Russell Square, lalu sebuah bus tingkat di Tavistock Place.

Ledakan itu menewaskan sekitar 52 orang serta melukai lebih dari 700 orang.

Di lokasi pertama, korban tewas sebanyak 7 orang, di lokasi kedua 6 orang, lokasi ketiga 26 orang, dan di lokasi terakhir 13 orang.

Laporan CNN menyebutkan bahwa tiga dari empat pelaku bom bunuh diri itu diidentifikasi sebagai Shehzad Tanweer (Aldgate), Hasib Hussain (Tavistock Square), dan Mohammed Siddique Khan (Edgware Road). Kemudian pelaku keempat adalah Germaine Morris Lindsay, dia yang disebut 'pemimpin' tindakan biadab itu.

Begitu ledakan terjadi, aparat bergerak cepat. Seluruh sistem bawah tanah di pusat kota London ditutup. Polisi menyisir seluruh jalur untuk mencari bukti forensik. Rekaman CCTV pun diperiksa untuk menyusun garis waktu peristiwa yang terjadi pada pagi itu.

Serangan itu terjadi ketika para pemimpin dunia, termasuk Perdana Menteri Inggris Tony Blair, bertemu di KTT G8 di dekat Skotlandia.

Blair dengan sangat dalam menyampaikan ucapan duka cita sekaligus mengutuk keras akski para teroris.

“Tidak ada tenpat untuk para terorisme," kata Blair saat itu, menduga bahwa para teroris memiliki tujuan untuk menggagalkan acara KTT.

Blair berharap bisa melihat mereka yang bertanggung jawab diadili. "Inggris Raya, mitra utama AS dalam perang di Irak, tidak akan diintimidasi oleh teroris." ujar Blair, seperti dikutip dari History.

Pada 16 Juli, polisi secara terbuka mengumumkan nama-nama empat pelaku pengeboman, yang semuanya tewas dalam serangan itu, dan penyelidikan beralih untuk mengungkap kemungkinan kaki tangan dan motifnya.

Pemboman dahsyat itu ternyata tidak berhenti sampai di situ. Inggris kembali diuji dengan ancaman bom pada 21 Juli 2005 yang juga menargetkan sistem transit kota.

Beruntung pemboman gagal. Bahan peledak hanya meledak sebagian. Tidak disebutkan ada korban jiwa. Pelaku yang terdiri dari empat orang berhasil diringkus pada akhir Juli. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA