Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Memberi Ikan, India Mengajari Cara Menangkap Ikan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Selasa, 06 Juli 2021, 23:22 WIB
China Memberi Ikan, India Mengajari Cara Menangkap Ikan
China dan India memiliki cara dan pendekatan yang berbeda dalam memberikan bantuan kredit atau utang kepada negara lain/Repro
rmol news logo Seorang negarawan yang juga mantan Presiden Amerika Serikat, John Adams pernah mengatakan bahwa, "Ada dua cara untuk menaklukkan suatu negara. Pertama dengan pedang, yang lainnya dengan utang". Dalam perkembangannya kini, China tampaknya telah memilih cara kedua.

Mengutip kabar yang dimuat The Hill bulai Mei Lalu, China secara resmi muncul sebagai kreditur terbesar di dunia. Dengan pinjaman internasional lebih dari 5 persen PDB global, China kini telah melampaui pemberi pinjaman tradisional, termasuk Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF), dan semua negara kreditur dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

Dengan memberikan pinjaman besar plus ikatan yang melekat pada negara-negara yang rentan secara finansial, China tidak hanya meningkatkan pengaruhnya terhadap negara-negara tersebut, tetapi juga menjerat mereka dalam perangkap utang yang mengikis kedaulatan.

Maka dari itu, tidak heran jika banyak studi internasional dan juga publikasi media internasional yang sering menggunakan istilah "China's debt trap" dalam konteks ini.

Di tengah banyak pembahasan dan sorot publik internasional mengenai China's debt trap tersebut, ada negara tetangganya, India yang juga mengambil peran dalam memberikan bantuan serta pinjaman ke banyak negara di dunia. Namun, belum pernah ada isu atau ulasan mengenai "India's debt trap". Mengapa demikian?

Barangkali satu pepatah terkenal ini bisa memberikan gambaran besar mengenai pendekatan yang berbeda antara China dan India dalam memberikan bantuan kepada negara lain.

"Beri seseorang ikan, maka kamu memberinya makan untuk sehari. Ajari seseorang memancing, maka kamu memberinya makan untuk selamanya".

"Dalam kasus China, mereka memberi Anda seekor ikan dan kemudian menangkap Anda ke jaring utang," ulas Palki Sharma Upadhyay, seorang wartawan India dalam program Gravitas yang tayang di saluran The World Is One news (WION) awal Juli ini.

Lebih lanjut dia menjabarkan dengan data dan angka untuk memperjelas perbedaan cara China dan India dalam memberikan bantuan kepada negara lain.

China's Debt Trap

Upadhyay menjelaskan dalam program yang sama bahwa China saat ini memberikan total utang senilai lebih dari 1,5 triliun dolar AS kepada lebih dari 150 negara di dunia.

Jika The Hill dan banyak media lainnya menyebut bahwa China adalah kreditur terbesar dunia, Upadhyay menyebutnya sebagai rentenir internasional. Bukan tanpa alasan, pasalnya kedaulatan negara akan menjadi taruhannya jika negara debitur tidak bisa membayarkan kembali uang tersebut.

"Inisiatif Sabuk (BRI) dan pinjaman China telah menjadi simbol kolonialisme modern," jelasnya.

Bukan omong kosong belaka, melainkan ada bukti nyata dari hal tersebut. Sebut saja Sri Lanka. Negara tersebut terpaksa memberikan Pelabuhan Hambantota untuk dikelola China selama puluhan tahun karena Kolombo tidak bisa membayar kembali utang yang diberikan China. Padahal utang tersebut juga digunakan untuk membangun pelabuhan tersebut.

India's Debt Trap?

Berbeda dengan China, India tidak menggunakan komitmen berlebihan apalagi ancaman terhadap kedaulatan negara mitra. India fokus pada model pertumbuhan global baru.

Hingga saat ini, India tercatat telah memberikan bantuan pembangunan senilai lebih dari 30 miliar dolar AS melalui jalur kredit kepada 64 negara di dunia, atau 30 persen negara yang ada di planet Bumi ini.

Angka-angka ini diterjemahkan di lapangan dengan lebih dari 300 proyek yang telah diselesaikan di negara-negara mitra dengan menggunakan jalur kredit dari India. Di sisi lain juga ada sekitar 240 proyek lainnya yang masih berlangsung.

"Ke mana semua uang ini pergi? Uang itu dihabiskan di sektor infrastruktur penting seperti transportasi, jalan dan pelabuhan, pembangkit listrik dan distribusi, pertanian, manufaktur, perawatan kesehatan, pendidikan, pada dasarnya inisiatif pembangunan nyata dan ini dilakukan dengan fokus khusus pada lingkungan," papar Upadhyay dalam program tersebut.

Dia juga menjelaskan data lainnya yang menyebut bahwa dari total 30 miliar dolar AS bantuan pembangunan yang dikeluarkan India melalui jalur kredit, sekitar 16 juta dolar AS di antaranya digunakan oleh sejumlah negara di kawasan Asia, terutama negara tetangga India seperti Bangladesh, Bhutan, Nepal, Sri Lanka dan Myanmar.

Di negara-negara tersebut, bantuan kredit dari India membantu mendorong sebanyak 98 proyek. 44 proyek di antaranya telah rampung dibuat.

Namun dari sederet proyek yang telah dibantu oleh pendanaan India melalui jalur kredit ini, belum pernah ada isu soal "India's debt trap".

"Anda belum pernah mendengar (India's debt trap), karena memang tidak ada," kata Upadhyay.

China Memberi Ikan, India Mengajari Cara Menangkap Ikan

India memberikan bantuan kredit kepada negara mitra secara transparan dan dipandu oleh kebutuhan mitranya. Salah satu contoh nyata bisa dilihat di Afrika. Merujuk pada data yang dipaparkan dalam program Gravitas, sejak tahun 2002 hingga 2021, India telah memberikan total bantuan senilai 11 miliar dolar AS untuk Afrika. Bantuan ini diberikan melalui berbagai bentuk, termasuk kredit untuk membiayai proyek dan beasiswa untuk pelajar Afrika.

Selain itu, bantuan tersebut juga digunan untuk pembangunan gedung parlemen di Gambia serta proyek pembangkit listrik Kosti di Sudan yang menyediakan sepertiga dari pasokan listrik negara tersebut. Bukan hanya itu, bantuan India juga mendanai proyek pembangkit listrik Nyabarongo di Rwanda itu yang kemudian memenuhi seperempat kebutuhan listrik di Rwanda.

India juga membantu mendirikan pabrik semen pertama di Djibouti. Sedangkan di Tanzania, India membantu pendanaan untuk pendirian pabrik pengolahan air yang menyediakan air minum bersih untuk lebih dari dua juta orang di dan sekitar Darussalam.

"Apa yang sama dari semua bantuan India ini? Mereka membawa perubahan nyata tanpa membebani negara tuan rumah dengan utang dan tanpa memicu kerusuhan kawasan," jelas Upadhyay.

"Bantuan India tidak menimbulkan ancaman bagi kedaulatan mereka," tambahnya.

Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak hampir dua tahun terakhir semakin mempertegas perbedaan cara China dan India memberikan bantuan pinjaman.

Pandemi Covid-19 yang menimpa seluruh negara di dunia semakin meningkatkan kredensial India sebagai mitra terpercaya. Selama masa pandemi ini, lebih dari 100 negara di dunia telah menerima bantuan dari India, baik berupa obat-obatan, persediaan medis, maupun vaksin.

"Bantuan India bukanlah bagian dair skema geopolitik raksasa dan ambisi hegemoni," papar Upadhyay.

"Bantuan India mempromosikan pengembangan dalam memperkuat sekutu dengan membuat mereka mandiri, alih-alih melemahkan mereka dengan persyaratan pinjaman yang tidak realistis," tutupnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA