Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Komjen Listyo Sigit Dan Angin Segar Kebhinnekaan Kita

Jumat, 15 Januari 2021, 01:40 WIB
Komjen Listyo Sigit Dan Angin Segar Kebhinnekaan Kita
Direktur Eksekutif Indopublika, Asip Irama/RMOL
TEKA-teki soal siapa yang akan menjabat Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) pengganti Jenderal Idham Aziz sudah terjawab.

Presiden Joko Widodo akhirnya mengajukan Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon tunggal. Saat ini menjabat Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim Mabes Polri).

Ditunjuknya Komjen Listyo Sigit Prabowo bukan sesuatu yang mengejutkan. Sebab, kedekatan Sigit dengan Jokowi sudah terjalin sejak lama. Ketika Jokowi menjabat sebagai Walikota Solo, pada saat bersamaan Sigit juga menjabat sebagai Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Surakarta. Bahkan, ia pernah menjadi ajudan Presiden Jokowi pada 2014-2016.

Dengan hak pregoratifnya, Jokowi tentu akan memilih sosok yang memiliki loyalitas tinggi, profesional, dan mampu berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan, baik di internal maupun eksternal pemerintahan. Sehingga, Komjen Listyo Sigit Prabowo dianggap memenuhi kriteria tersebut.

Terpilihnya Sigit menunjukkan bahwa Jokowi tidak terlalu mementingkan tradisi urut kacang yang biasa berlaku saat penunjukkan Kapolri.

Sigit sendiri menyalip 4 angkatan di atasnya, seperti Komjen Firli Bahuri (Ketua KPK) dari angkatan 1990, Komjen Agus Andrianto (Kabaharkam) angkatan 1989, kemudian Boy Rafli Amar Kepala BNPT) dan Gatot Eddy Pramono (Wakapolri) dari angkatan 1988, serta Komjen Arif Sulistyanto (Kalemdiklat Mabes Polri) dari angkatan 1987, dan beberapa jenderal bintang tiga yang lain.

Sementara, Komjen Listyo Sigit Prabowo sendiri merupakan lulusan Akpol 1991.

Fakta tersebut mengulang sejarah saat penunjukan Jenderal (Purn) Tito Karnavian sebagai Kapolri. Ditunjuknya Tito juga tidak berdasar tradisi urut kacang.

Pada konteks ini, dapat ditarik benang merah bahwa Jokowi tidak senang menggonta-ganti Kapolri. Sebab, hal tersebut hanya akan buang-buang energi. Sisi lain, Kapolri memiliki tugas melakukan reformasi kepolisian yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat.

Sigit merupakan sosok yang tepat. Apalagi sederet prestasi pernah ditorehkan dalam perjalanan karirnya. Ketika menjadi Kabareskrim, Sigit berhasil membongkar kasus Djoko Tjandra dan 485 kasus korupsi lain. Uang yang berhasil diselamatkan senilai Rp 310 miliar lebih.

Selain itu, Sigit berhasil mengamankan narkoba jenis sabu sebanyak 1,2 ton dari sindikat internasional. Bahkan, selama 2020, setidaknya 5,91 ton sabu, 50,59 ton ganja, dan 900 ribu butir pil ekstasi berhasil diamankan Sigit bersama jajarannya.  

Prestasi tersebut menjadi nilai plus bagi Sigit. Sehingga, ke depan, yang dibutuhkan ialah komitmennya dalam melakukan penegakan hukum. Namun, di sisi lain ia harus mengonsolidasikan organisasi Polri yang berisi kader senior dan junior sehingga kinerjanya tidak terganggu oleh conflict of interest.

Menjaga Kebhinekaan

Ditunjuknya Listyo Sigit Prabowo sebagai calon tunggal Kapolri oleh Presiden Joko Widodo menjadi angin segar bagi kebhinekaan Indonesia. Karena latar belakang agama Sigit adalah Katolik.

Bahkan, ia menjadi Kapolri non-muslim pertama pasca Reformasi. Hal tersebut membuktikan jika Indonesia bukan negara agama sehingga background agama tidak bisa dijadikan tolak ukur dalam pengangkatan Kapolri.

Di samping itu, ditunjuknya Komjen Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri oleh Presiden Joko Widodo menjadi representasi dari wajah kebhinekaan kita.

Kendati demikian, ke depan Sigit mempunyai tugas besar untuk menjaga kebhinekaan dan merekatkan persatuan. Apalagi dalam beberapa tahun terakhir, wacana publik selalu dihiasi dengan politik identitas. Isu SARA diumbar begitu gampang di media sosial. Hari-hari kita seperti sedang dikepung dominasi politik identitas.

Padahal, ujung ekstrem politik identitas adalah polarisasi yang dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia. Atas dasar itu, Sigit mempunyai tugas mengendalikan politik identitas agar tidak massif. Sebab, politik identitas hanya dapat menimbulkan destruksi.

Sedangkan, bangsa ini harus segera lepas dari jeratan politik identitas demi menyongsong masa depan yang lebih maju. Perdebatan di ruang publik harus lebih produktif sehingga tidak sekadar berkutat pada masalah identitas.

Umumnya para penebar politik identitas adalah kelompok eksklusif dan radikal. Mereka menjadi ancaman bagi demokrasi dan kebhinekaan karena sering mengamplifikasi identitas untuk kepentingan politiknya. Sehingga, konsekuensi yang harus ditanggung ialah terjadinya benturan di tengah masyarakat.

Dengan sederet prestasi dan pengalamannya, saya yakin Komjen Listyo Sigit Prabowo saat resmi memimpin Korps Bhayangkara dapat menekan maraknya politik identitas di negeri ini.

Rangkul Millenial

Selain soal ikhtiar meredam politik identitas, mantan Kapolda Banten itu harus merangkul generasi milenial. Sejak awal, Sigit memang dikenal sebagai sosok yang peduli terhadap generasi muda.

Salah satu buktinya ialah ketika menjabat Kabareskrim Mabes Polri ia turun langsung ke lapangan melakukan penggerebekan atas sindikat jaringan narkoba internasional yang siap mengedarkan 402 kg sabu.

Menurut Sigit jika sabu seberat 402 kg tersebut lolos maka jutaan generasi muda produktif yang menjadi aset berhaga bangsa Indonesia akan rusak.

Tugas mengayomi dan merangkul generasi millenial memang harus menjadi perhatian Kapolri. Apalagi berdasar data Susenas 2017, jumlah generasi milenial yang lahir dari rentang tahun 1980-2000 mencapai 88 juta jiwa atau 33,75 persen dari total penduduk Indonesia.

Karakteristik generasi milenial ini akrab dengan media sosial, dinamis, akseleratif, open minded, inovatif, kreatif, dan kritis.

Persoalannya, karakteristik tersebut berbeda dengan Polri yang cenderung birokratis, formal dan kaku. Di sinilah, Komjen Listyo Sigit Prabowo harus melakukan perubahan paradigma Polri dalam menghadapi millenial.

Paradigma sebagai perajurit (warrior) yang sering memakai pendekatan garis komando harus berubah menjadi penjaga (guardians) yang lebih mengedepankan komunikasi layaknya sesama anggota masyarakat.

Paradigma tersebut harus diterapkan, terutama dalam pelayanan publik dan penegakan hukum. Akhirnya, tanpa berniat mendahului DPR, saya ucapkan selamat bagi “Jenderal” Listyo Sigit Prabowo.rmol news logo article

Asip Irama
Penulis adalah Direktur Eksekutif Indopublika

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA