Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Julfa: Pemakaman Kristen Tertua Di Dunia Dan Hancurnya Situs Budaya Bersejarah

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 10 Desember 2020, 06:32 WIB
Julfa: Pemakaman Kristen Tertua Di Dunia Dan Hancurnya Situs Budaya Bersejarah
Pemakaman Julfa/Net
rmol news logo Lebih dari 10 ribu batu salib di pemakaman paling bersejarah di Julfa diratakan dengan tanah. Para perusuh Azerbaijan yang didukung oleh pemerintah, dengan semena-mena dan secara sengaja menghancurkan warisan bersejarah Armenia berusia lebih dari 1500 tahun itu.  

Mungkin masih banyak rakyat Armenia yang bisa mengingat peristiwa yang terjadi pada 15 tahun lalu. Di tanggal 8 Desember 2005, penguburan Armenia yang unik, yang dikenal sebagai 'Khatchkars', telah dirusak oleh pasukan Azerbaijan tanpa ada pengadilan yang setimpal untuknya.

Peristiwa pengrusakan berlangsung sejak 8 sampai 15 Desember 2005. Ratusan pengacau Azerbaijan yang berjumlah hampir 200 orang itu melenggang tenang tanpa dimintai pertanggungjawabannya, meskipun kecaman atas perbuatan itu diserukan serentak oleh tim penyelidik internasional.

“Penghancuran kuburan Julfa oleh Azerbaijan belasan tahun lalu sampai saat ini tidak pernah ada proses hukumnya. Sehingga mereka semakin berani bertindak saat perang melawan tentara kami, dan menghancurkan situs-situs yang bersejarah lainnya," ujar wakil presiden Komite Nasional Armenia Kanada (ANCC) Hrag Darakdjian, seperti dikutip dari Radio of Armenia, Rabu (9/12).

Ia menduga apa yang dilakukan pasukan Azerbaijan baru-baru ini terhadap pengrusakan situs warisan Armenia seperti Katedral Shushi St. Ghazantchetsots, adalah karena keberanian mereka yang bertambah, sebab yakin Armenia hanya akan diam.

"Kanada dan komunitas internasional lainnya harus mengambil sikap kolektif untuk melindungi situs-situs budaya ini dan menghentikan Azerbaijan mengubah sejarah dan menghancurkan warisan kolektif dari penduduk asli Armenia di Artsakh,” kata wakil presiden ANCC lainnya, Shahen Mirakian.

Pada 2019, ANCC menyatakan bahwa 8 Desember akan diperingati sebagai Hari Kesadaran Genosida Budaya. ANCC juga menyerukan semua warga Kanada untuk bergabung dalam mengingat masa lalu genosida budaya.

ANCC bermaksud untuk menyelenggarakan diskusi panel online dalam waktu dekat dengan fokus pada insiden kejahatan budaya di masa lalu dan sekarang terhadap orang-orang Armenia.


Sejarah Julfa

Distrik Julfa adalah salah satu pemukiman terpenting di Armenia abad pertengahan. Kemudian menjadi makmur selama abad ke-15 sampai ke-17 karena perannya dalam perdagangan internasional. Letak Julfa yang strategis di sepanjang rute perdagangan kuno dari Persia, Timur Tengah , Asia Tenggara, India, hingga Rusia, Mediterania, dan Eropa Barat Laut.

Pada 1603, selama Perang Ottoman-Safawi (1603-1618), Shah Abbas I pemimpin dari Persia merebut kembali Julfa dari Kekaisaran Ottoman, yang berarti adalah pembebasan penduduk Armenia.

Abbas yang menyadari bahwa dia tidak dapat mempertahankan wilayah di sepanjang Sungai Aras itu dari serangan Ottoman. Dia terpaksa mengevakuasi wilayah tersebut untuk menyelamatkan orang-orang Armenia dari kekejaman Ottoman.

Pada Oktober 1605, Shah mengeluarkan dekrit yang menyatakan bahwa seluruh penduduk Julfa harus meninggalkan rumah mereka dan pindah jauh ke dalam Kerajaan Persia.

Menurut penulis sejarah abad ke-17 Arakel dari Tabriz, dekrit tersebut menyatakan bahwa mereka memiliki tiga hari untuk pergi atau menghadapi pembantaian.

Saksi mata lainnya, Augustus Badjetsi seorang Uskup di Nakhijevan, memiliki versi lain.

"Kami meninggalkan rumah-rumah yang penuh dengan barang, ternak di ladang ... seluruh penduduk diusir dari tanah mereka ... berapa banyak yang didorong keluar di ujung pedang dan tombak ... erangan dan erangan mereka mencapai langit," katanya, diambil dari kutipan Choice Selections from Armenian Chronicles, karya K. Patakanian.

Sekitar tiga ribu keluarga dideportasi dari Julfa. Banyak yang tenggelam saat mencoba menyeberangi Sungai Aras.

Awal abad ke-20, sisa-sisa permukiman abad pertengahan itu masih terlihat. Jembatan besar yang hancur, tembok benteng, dan beberapa gereja Armenia. Sisa yang paling menonjol dari Julfa tua adalah kuburan besar Armenia di kota itu, yang terletak di sebelah barat kota yang hancur, di tiga bukit rendah yang dipisahkan oleh lembah-lembah kecil.

Di dalamnya terdapat koleksi batu nisan khachkar Armenia terbesar yang masih ada, sebagian besar berasal dari abad ke-15 dan ke-16.

Misionaris Yesuit Prancis Alexander de Rhodes pernah menulis, bahwa  selama kunjungannya pada tahun 1648 dia melihat lebih dari sepuluh ribu batu nisan di pemakaman Julfa.

Antara 1998 dan 2006 seluruh pemakaman dihancurkan. Diratakan dengan tanah hingga tak bersisa. Berbagai tahapan proses penghancuran didokumentasikan oleh bukti foto dan video yang diambil dari sisi perbatasan Iran, menurut Wikipedia.

Namun, pemerintah dan pejabat negara Azerbaijan membantah bahwa telah terjadi kerusakan, dengan menyatakan bahwa pemakaman itu tidak pernah ada di sana, dan orang Armenia tidak pernah tinggal di Julfa.

Wilayah itu kini dijadikan  lapangan tembak militer Azerbaijan.

Azerbaijan, sampai saat ini, menolak mengizinkan penyidik ​​mengakses situs tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA