Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kasihan Pak Prabowo

Minggu, 27 September 2020, 10:12 WIB
Kasihan Pak Prabowo
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat mendapat penugasan sebagai pemimpin lumbung pangan nasional/Net
MENTERI Pertahanan boleh jadi penting dan bergengsi apalagi diisi oleh eks puncak lawan politik. Cocok pula dengan latar belakang profesi ketentaraan. Dalam hal Presiden dan Wakil berhalangan tetap, Menhan menjadi salah satu dari triumvirat yang menggantikannya. Tentu, terlepas dari kekecewaan pendukung atas kesiapan Prabowo yang menjadi Menteri Jokowi.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Ada rasa kasihan ditinggalkan pendukung  akan tetapi itu hak politik yang memang tak bisa dihalangi. Toh risiko sudah dikalkulasi. Prabowo dengan surat wasiat yang terbang dan gebrak podium yang tinggal kenangan seperti macan yang terkurung dalam kandang. Andai mengaum pun lucu-lucu saja membuat anak-anak tertawa.

Kini dengan tidak bermaksud mengecilkan arti pangan bagi kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, namun ada rasa sedih dan duka Pak Prabowo ternyata semakin menjadi macan yang dipermainkan.

Tersiar kabar ada perintah Presiden agar Menhan memperkuat ketahanan pangan dengan program menanam singkong. Rakyat terpaksa harus menepuk jidat, ini tugas Menhan atau Mentan ?

Oh tidak, pangan itu menjadi bagian dari benteng pertahanan lho, sehingga masih dalam ruang lingkup Menhan. Nah kalau begitu semua juga jadi ruang benteng pertahanan, termasuk sandang dan pangan. Lalu Prabowo nanti bisa mengurus perumahan, pakaian, dan mungkin juga jalan tol dan pengolahan limbah. Weleh jadi pengikut Luhut Panjaitan, dong. Menteri Superman.

Inilah kabinet "acak kadut" Menhan ngurus pertanian dan Menko Maritim urus kesehatan. Tapi nggak aneh juga sih karena ahli mebeul juga ngurus negara. Lebih tak aneh adalah tukang "taik" menjadi Komisaris Utama Pertamina. Negara memang diurus secara asal-asalan.

Kasihan Pak Prabowo. Saat masyarakat memprotes rencana pemindahan ibukota Prabowo diam saja. reaksi ramai Perppu Corona dan Omnibus Law juga tak ada komentar.

Nah yang paling ironi ketika penolakan masif RUU HIP Prabowo “not clearly comment” dan “no action”, malah ikut “ngabring” mengantarkan RUU BPIP ke Mbak Puan Maharani. 

Betapa mandul dan tercengkeramnya Pak Menhan. Mulut yang bungkam mungkin "taktik" atau "strategi" dan masyarakat, khususnya eks pendukung, hanya dapat mengurut dada.

Tapi ketika Prabowo menerima penugasan untuk tanam singkong, masyarakat terpaksa tepuk-tepuk jidat. Kata orang Sunda “kieu-kieu teuing” atau kata orang Betawi “gini-gini amat”.

"Dignity" itu barang mahal yang sulit untuk dilepas. Namun justru ini  yang dikhawatirkan telah diserahkan demi kekuasaan. Hampir semua Menteri Jokowi menjadi ocehan publik. Ocehan yang menjadi goresan hitam untuk Kabinet  dan masa depan pribadi.

Prabowo nampaknya sudah tak perlu berfikir karier politik. Kini bertekad saja untuk memberi manfaat sebesar-besarnya bagi rakyat dengan membuat tapak. Menjadi Presiden dengan berlindung di bawah ketiak Pak Jokowi adalah keliru. bagai berada di ruang tipu-tipu. Warisan cara dan pola curang.

Kekuasaan dari hasil curang hanya akan menempatkan diri menjadi musuh rakyat ke depannya. Hal ini sama saja dengan mengejar bayang-bayang  kuasa yang sia-sia.

Kasihan memang Pak Prabowo. rmol news logo article

M. Rizal Fadillah

Pemerhati politik dan kebangsaan

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA