Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kursi Panas Walikota Makassar (2-Habis): Kubu Kalla Lawan Kubu Paloh

Kamis, 10 September 2020, 10:59 WIB
Kursi Panas Walikota Makassar (2-Habis): Kubu Kalla Lawan Kubu Paloh
Pantai Losari Makassar/Net
APPI kembali lagi bersaing dengan Dani Pomanto yang menggandeng Fatmawati Rusdi Masse dengan tagline "Adama" (kami pasti hadir).

Sebagai mantan walikota, Dani Pomantoadalah saingan berat. Dinilai sukses dan berhasil membangun jaringan pendukung di Makassar dengan merangkul masyarakat kecil yang dikenal sebagai komunitas “Anak Lorong”. Simbol masyarakat kecil yang hidup di gang kecil, sebagai kontras dengan masyarakat elite yang tinggal di rumah gedung di pinggir jalan raya.

Di belakang mereka ada Surya Paloh dan Prabowo Subianto.

Deklarasi pasangan Dani Pomanto-Fatmawati dilakukan di atas Kapal Pinisi di Pantai Losari dan diiringi oleh 200 perahu nelayan pada Kamis (03/09/20). Sebuah peristiwa yang sangat kolosal dan menggemparkan. Sebagai ungkapan kesungguhan Surya Paloh untuk memenangkan pilihan Nasdem di Makassar.

Apalagi, Fatmawati adalah kader Nasdem yang menjabat sebagai wakil bendahara Umum DPP Nasdem. Dia mantan anggota DPR RI (2014-2019 dari PPP dapil Sulsel. Suaminya kini anggota DPR RI fraksi Nasdem duduk Wakil Ketua Banggar (Badan Anggaran).

Keperkasaan Nasdem yang diperlihatkan melalui perolehan suara yang sangat signifikan pada Pemilu 2019 maupun pada Pilkada sebelumnya memantik perhatian masyarakat atas kepiawaian Surya Paloh membangun kerajaan partainya.

Akan tetapi gegara tertangkapnya buronan Djoko Tjandra yang melibatkan petinggi polisi dan pejabat Kejaksaan Agung, juga menyeret Andi Irfan Jaya, Ketua Bappilu Nasdem Sulsel yang kini meringkuk dalam tahanan Kejaksaan Agung, Jakarta terhitung tanggal 02 September 2020, kredibilitas Nasdem tergerus.

Santer beredar berita di media, Kejaksaan Agung sedang membidik petinggi Nasdem Sulsel. Diduga keras Andi Irfan dipaksa "bernyanyi" pemeriksa di Kejagung untuk menyebut siapa saja orang kuat di belakang gerakannya yang hebat itu sampai dia mampu menangani kasus Djoko Tjandra.

Bekking itu disebut-sebut nama mantan Jaksa Agung Prasetyo (2014-2019) yang kader Nasdem. Tapi, kini Jaksa Agung ST Burhanuddin adik kandung tokoh PDIP Tb. Hasanuddin.

Publik mulai mengaitkan "perseteruan" Megawati Ketum PDIP dengan Surya Paloh Ketum Nasdem yang ditengarai menjadi pemicu terjadinya tindakan "Denasdemisasi" di dalam dunia persilatan politik.

Masyarakat Makassar pun mulai ramai menyoal kehebatan Andi Irfan menembus jaringan eksekutif dari Kabupaten, propinsi sampai tingkat nasional, memudahkannya mendapatkan proyek pekerjaan infrastruktur dari Kementerian PUPUR.

Irfan pernah bersaksi dalam sidang Pansus Hak Angket DPRD Sulsel yang dibentuk 2019 untuk mengusut kasus adanya isu kutipan 7,5 persen “fee” kepada kontraktor infrastruktur di Sulsel yang ditengarai melibatkan Nurdin Abdullah, Gubernur Sulsel.

Oktober 2019, Irfan Jaya yang dikenal sebagai pimpinan lembaga survei JSI (Jaringan Survei Indonesia) itu turut diperiksa terkait Kepala Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Provinsi Sulsel, Andi Sumardi Sulaiman (kakak kandung Wakil Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman).

Saat diperiksa Pansus Hak Angket mengakui adanya pertemuan antara Jumras, Anggu, Fery dan Irfan Jaya di Barbershop milik Irfan Jaya, Jalan Bau Mangga Makassar.

Irfan Jaya yang semula hanya bergerak sebagai konsultan dan lembaga survei mendadak menjadi “konglomerat” baru di Makassar. Obrolan warung kopi menyebutkan melalui “tangan” halus Rusdi Masse sebagai Wakil Ketua Banggar, Irfan dapat leluasa mendekati pejabat PUPR pusat dan daerah yang berwenang di bidang pembangunan infrastruktur di daerah yang beranggaran ratusan miliar rupiah.

Kasus penangkapan kader Nasdem diduga keras akan berbuntut kepada petinggi Nasdem yang lain. Baik di Sulsel maupun di Pusat. Wabil khusus kasus penangkapan Andi Irfan Jaya dipastikan akan “digoreng” pendukung paslon Walikota pesaing "Adama" (Dani-Fatma) untuk menghancurkan citra Nasdem sebagai partai restorasi. Kampanye negatif yang tidak dilarang oleh undang - diyakini akan dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan "Jangan pilih partai politik yang ada koruptornya".

Contohnya, flayer "Adama", terjemahan bebasnya "kami pasti hadir", yang memuat foto Dani Pomanto dan Fatma Rusdi Masse yang berlatar belakang foto Surya Paloh itu, mendadak kini telah diramaikan beredarnya flayer tandingan dengan backround foto Surya Paloh juga, tapi foto aktornya diganti dengan foto Andi Irfan Jaya dan Jaksa Pinangki dengan tagline yang sinis "Didapama" yang arti bebasnya "kami sudah tertangkap". rmol news logo article

Ambo Upe
Pemerhati seni budaya di Makassar.

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA