Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Walikota Nagasaki: 75 Tahun Serangan Bom Atom, Kengerian Yang Sebenarnya Belum Cukup Disampaikan Kepada Dunia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 10 Agustus 2020, 10:43 WIB
Walikota Nagasaki: 75 Tahun Serangan Bom Atom, Kengerian Yang Sebenarnya Belum Cukup Disampaikan Kepada Dunia
Pidato peringatan 75 tahun Bom Nagasaki Walikota Nagasaki, Tomihisa Taue menyinggung langkah konkret pelarangan nuklir oleh pemimpin dunia/Net
rmol news logo Di tengah pandemik Covid-19 sejumlah warga Kota Nagasaki Jepang berkumpul untuk memperingati 75 tahun serangan bom atom yang telah meratakan kota itu pada Minggu (9/8).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Orang-orang berkumpul untuk menghadiri misa yang diadakan untuk mengenang para korban di Gereja Urakami, dekat lokasi pemboman 75 tahun silam, sementara yang lain mengambil bagian dalam upacara peringatan di Taman Perdamaian kota.  

Aturan jarak sosial membuat jumlah peserta telah berkurang menjadi kira-kira sepersepuluh dari angka di tahun-tahun sebelumnya. Acara peringatan tersebut disiarkan langsung secara online dalam bahasa Jepang dan Inggris.

Walikota Nagasaki, Tomihisa Taue, mengenang peristiwa kelam itu dan mendesak para pemimpin dunia, termasuk petinggi di Jepang, untuk berbuat lebih banyak terkait kebijakan pelarangan senjata nuklir.

"Kengerian sebenarnya dari senjata nuklir belum cukup disampaikan kepada dunia secara luas, meskipun upaya puluhan tahun oleh para penyintas menceritakan 'pengalaman mengerikan' mereka,” kata Tomihisa Taue dalam pidatonya usai acara, seperti dikutip dari AFP, Minggu (9/8).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam pesan yang dibacakan oleh wakilnya Izumi Nakamitsu, memperingatkan bahwa kemungkinan penggunaan senjata nuklir secara sengaja, secara tidak sengaja atau salah perhitungan, sangat berbahaya.

"Kemajuan bersejarah dalam perlucutan senjata nuklir berada dalam bahaya. Tren yang mengkhawatirkan ini harus dibalik," katanya.  

Terumi Tanaka (88) seorang warga Nagasaki yang selamat dari pemboman menceritakan saat itu semuanya tiba-tiba menjadi putih dengan kilatan cahaya. Kala peristiwa itu terjadi, ia masih berusia 13 tahun.

“Saya melihat banyak orang dengan luka bakar dan luka parah mengevakuasi orang-orang yang sudah meninggal di sekolah dasar yang menjadi tempat penampungan,” kata Tanaka seraya menambahkan mengatakan dua bibinya meninggal dalam insiden tersebut.

Para penyintas bom atom percaya bahwa dunia harus meninggalkan senjata nuklir karena mereka tidak ingin generasi muda mengalami hal yang sama, katanya.  

“Saat ini, umat manusia memiliki sekitar 13.000 bom nuklir. Pertanyaan kita adalah bagaimana kita mengizinkannya? Apakah orang mengira mereka tidak akan pernah digunakan sama sekali? Kamu tidak pernah tahu, sungguh kamu tidak pernah tahu,” ungkapnya.  

Upacara peringatan kali ini datang di tengah kekhawatiran berlarut-larut atas ancaman nuklir dari Korea Utara dan meningkatnya ketegangan antara AS dan China atas masalah-masalah termasuk keamanan dan perdagangan.   

AS menjatuhkan bom atom pertama di Hiroshima pada 6 Agustus 1945 dan menewaskan sekitar 140 ribu orang. Korban termasuk mereka yang selamat dari ledakan itu sendiri tetapi meninggal segera setelah terkena radiasi.

Tiga hari kemudian, AS kembali menjatuhkan bom plutonium di kota pelabuhan Nagasaki dan menewaskan sebanyak 74 ribu orang saat itu. Nagasaki rata dalam neraka atom  atom, tiga hari setelah Hiroshima mengalami hal yang sama, sebuah serangan nuklir kembar yang telah menorehkan sejarah kelam di Jepang sebagai satu-satunya negara yang diserang oleh senjata atom.    

Akibat kejadian bom atom itu Jepang akhirnya menyerah dalam Perang Dunia II pada 15 Agustus 1945.  

Amerika Serikat tidak pernah menyetujui tuntutan Jepang untuk menyatakan permintaan maaf atas hilangnya nyawa tak berdosa dalam peristiwa bom atom. Hal yang diyakini oleh banyak sejarawan Barat diperlukan untuk mengakhiri perang  dan menghindari invasi darat yang bisa lebih parah lagi yang akan menelan biaya lebih mahal.   

Yang lain melihat serangan itu sebagai kekejaman eksperimental yang seharusnya tidak perlu dilakukan.

Tahun lalu, Paus Fransiskus bertemu dengan beberapa orang yang selamat dalam kunjungan ke Hiroshima dan Nagasaki, dia memberikan penghormatan atas  ‘kengerian yang tak terkatakan’ yang diderita para korban. rmol news logo article 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA