Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Usir Sombong, Baca Quran

Senin, 06 Juli 2020, 10:52 WIB
Usir Sombong, Baca Quran
Gurubesar dan takmir masjid FK Unair, Abdurachman/Ist
SUATU ketika ada seorang ulama Yahudi sedang berjalan di bawah terik matahari. Derajat kealimannya mampu mengantarnya ke kedudukan mulia, terpenuhi segala kebutuhan dirinya. Sementara dia berjalan, sekelompok awan melindunginya dari terpaan terik matahari.

Di sudut lain tampa ia sadari, seorang perempuan pekerja sosial sedang mengamatinya penuh rasa hina. Ia merasa; penuh dosa, tidak pantas memperoleh kehormatan, terlebih kemuliaan sebagaimana yang diterima dirinya.  Saking mulianya, ulama Yahudi itu berjalan pun dilindungi awan.

Akan tetapi, jauh di lubuk hati perempuan itu, muncul keinginan kuat untuk terbebas dari seluruh kotoran dosa, ingin selamat. Bahkan jika mungkin ia akan berusaha sekuat tenaga segera bertaubat. Keinginan kuat memberanikan dirinya mendekat kepada ulama itu.

“Memang aku penuh dosa, tapi siapa tahu jika aku mendekat kepadanya aku bisa memperoleh sebagian rahmat Allah yang dilimpahkan kepada beliau,” bisiknya dalam hati.

Maka bergeraklah ia mendekat kepada ulama itu. Sambil ia membayangkan sambutan ramah darinya. Tersentak seketika, tiba-tiba harapannya mendadak sirna. “Enyahlah dari sisiku hai perempuan najis,” terdengar hardikan itu bagai petir meledak di telinganya!

Kaget, merasa semakin bertambah salah, penuh ketakutan, perempuan itu hatinya membenarkan apa yang disampaikan beliau bahwa dirinya penuh najis, penuh hina. Namun, seketika itu awan yang menaungi ulama itu berpindah ke atas kepalanya, melindunginya dari terik matahari. Subhaanallah, Maha Suci Allah!

Ulama Yahudi dengan kealimannya mampu mengungkit kedudukannya mencapai derajat kemuliaan wali Allah. Sayangnya, pada saat ia memiliki kemuliaan, sombongnya muncul, merasa diri sangat special. Paling tidak sesuai kedekatannya dengan Sang Maha Pencipta.

Sombong menyebabkan ia tersungkur, awan berpindah. Sementara perbuatan maksiat yang mengantar perempuan itu kepada rasa hina mendalam, disertai upaya sungguh-sungguh bertaubat agar memperoleh rahmat Allah, menggesernya memiliki kemuliaan layaknya kedudukan para wali Allah, dilindungi awan.

Peristiwa ini mengingatkan kita kepada kejadian, saat seorang dari bangsa jin telah melakukan ketaatan sekian ratus tahun. Ketaatan yang menyampaikannya pada posisi setingkat dengan kedudukan para malaikat. Tiba-tiba ketika datang perintah Allah untuk “sujud” kepada Nabi Adam dia menolak, sombong.

Sikap sombong mampu merontokkan ketaatan yang diupayakan sangat lama. Kita memohon ampunan Allah, kita berlindung kepada Allah dari semua bentuk maksiat terutama sombong. Ialah meremehkan orang lain, merasa diri mampu berbuat baik dan merasa diri lebih baik.

Sombong mengantar pelakunya kepada rasa ghina. Merasa diri cukup pandai, tahu segala, sehingga tidak membutuhkan tambahan ilmu. Merasa diri sudah suci (berhak meremehkan orang lain), sudah faham al-Kitab (al-Quran), sudah mengetahui as-Sunnah (al-Himah).  

Tilawah, Baca al-Quran


Di dalam al-Quran Allah swt. mengistimewakan orang yang tilawah Kitab Suci ini. “Sebagaimana Kami telah mengutus kepada kalian Rasul di antara kalian yang membacakan kepada kalian (Yatluu ‘alaykum) ayat-ayat Kami dan menyucikan kalian dan mengajarkan kepada kalian Al-Kitab dan hikmah, serta mengajarkan kepada kalian apa yang belum kalian ketahui”. (QS. 2:151).

Tilawah yang dimaksud adalah membaca dengan tartil dan memahami pula makna dari ayat-ayat al-Quran yang dibaca. Tilawah ayat-ayat al-Quran memiliki fungsi; menyucikan (tidak sekadar membersihkan), mengajarkan al-Kitab, al-Hikmah, dan apa-apa yang belum diketahui.

Dapat dipahami bahwa tilawah ayat-ayat al-Quran setidaknya mampu membersihkan para pembacanya (yang beriman). Jika yang dimaksud bersih termasuk bersih dari penyakit, maka hal ini bisa dimaksudkan sebagai bersih dari infeksi. Termasuk infeksi SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Jika pun yang ini masih belum megantar kuatnya semangat membaca al-Quran, bukankah kita semua pasti butuh inovasi terkini menghempas pandemik? Maka sebagian fungsi tilawah yang ditulis paling akhir pada uraian di atas menjadi jawaban. Ialah Allah akan mengajarkan kepada kalian apa-apa yang belum kalian ketahui. Termasuk yang belum diketahui tentang cara ampuh atasi pandemi ini.

Kalau informasi ini sudah dimaklumatkan al-Quran, sedang semua yang mengaku Muslim juga beriman, bukankah jika tetap menghindar dari tilawah al-Quran bisa dikategorikan sombong? Tidak mau mendengarkan al-Quran dan ‘merasa’ mampu atasi pandemik tampa mengindahkan informasi yang dituntunkan-Nya? Astaghfirullaah!

Mari kita semua tilawah al-Quran, sucikan diri, rengkuh ilmu al-Kitab, himpun al-Hikmah dalam dada, kita songsong seluruh inovasi ilmu yang diajarkan Allah swt. Pandemi terurai, pandemik selesai, segala persoalan lain insyaAllah kita solusikan melalui tilawah al-Quran! rmol news logo article

Abdurachman
Gurubesar dan takmir masjid FK Unair, Past President of Indonesia Anatomists Association (IAA), Past President APICA-6, dan Executive Board Member of APICA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA