Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Perangai Pongah Warga Menteng

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/fuad-bawazier-5'>FUAD BAWAZIER</a>
OLEH: FUAD BAWAZIER
  • Minggu, 05 Juli 2020, 22:37 WIB
Perangai Pongah Warga Menteng
Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier/Net
MENTENG dikenal sebagai lokasi paling elite di Jakarta. Harga tanah/rumah di Menteng dikenal tertinggi, begitu juga PBB-nya. Sejarahnya, penghuni kawasan Menteng diawali oleh elite Belanda, elite Jepang, lalu elite Republik khususnya para perintis kemerdekaan dan pejuang angkatan 1945, baik tokoh politik sipil maupun militer.

Wapres Bung Hatta, Perdana Menteri Sutan Syahrir, Wapres Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Wapres Adam Malik, Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo, Waperdam Chairul Saleh, KH Idham Chalid, KH Subhan ZE dan ratusan lainnya tinggal di Menteng.

Dari kalangan militer ada Jenderal AH Nasution, Jenderal Soeharto, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal M. Yusuf, Wapres Jenderal Umar Wirahadikusumah, Jenderal M Panggabean, Jenderal Surono, Jenderal Amir Mahmud dan banyak lainnya.

Menurut ceritanya, walaupun penghuninya elite, tapi suasananya (dulu) penuh keakraban. Zaman berganti. Penghuni lama wafat, ahli warisnya tidak mampu bayar pajak PBB atau ingin berbagi waris sehingga menjual rumahnya.

Penghuni Menteng mulai berganti dari tokoh dan pejuang ‘45 yang berwibawa dan kharismatik kini berangsur pindah tangan ke kelompok pengusaha yang sebagiannya pernah bermasalah hukum dan dibui, dan sebagian yang lain pongah karena berduit dan merasa duit bisa mengatur segalanya.

Perubahan penghuni membawa banyak perubahan yang lain termasuk perubahan suasana dan “wajah” Menteng. Penulis yang warga Menteng mengamati perubahan-perubahan ganjil yang terjadi.

Pertama, penghuni baru yang berinisiatif menutup jalan umum di sekitarnya, dengan menggunakan portal dan penjaganya. Rupanya penghuni baru ini ingin membawa tradisi di kompleks hunian lamanya yang untuk keluar masuk kompleknya berportal yang selalu dijaga security.

Mereka selalu menggunakan alasan demi keamanan, padahal banyak rumah di Menteng di jaga satpam, CCTV, ada patroli keliling dari kedutaan asing, polisi khusus dengan mobil bertuliskan Object Vital Protection Service yang standby 24 jam dan cukup banyak pos polisi.

Sejujurnya, portal dan penjaganya itu mengganggu mobilitas kendaraan yang lewat karena sejatinya itu jalan umum. Banyak pengguna jalan yang terpaksa harus berputar-putar karena penutupan jalan itu. Tidak terkecuali yang akan shalat ke masjid. Sekurangnya merepotkan dan menjadi tidak nyaman, sebab tiap kali lewat harus berputar atau minta dibukakan portalnya.
 
Kedua, banyak penghuni yang menguasai trotoar jalan di depan rumahnya sehingga para pejalan kaki terpaksa harus turun ke jalan kendaraan bermotor. Ada yang menempatkan pot-pot besar di trotoarnya, membuat taman sendiri atau menjorokkan pot keluar dari pagarnya sedemikan rupa sehingga trotoarnya tidak bisa dilalui pejalan kaki.

Ketiga, memanfaatkan trotoar untuk rumah pos penjaga rumahnya. Keempat, ada yang mengambil trotoar dan bodi jalan umum untuk parkir. Kelima, ada penghuni yang memasang sendiri rambu-rambu lalu lintas di sekitar rumahnya. Rambu liar. Dan meskipun tidak ada larangan stop atau parkir di jalan umum di depan rumahnya, si penghuni dengan pongahnya melarang mobil atau taksi yang berhenti atau parkir.

Keenam, ada pula yang membuat pagar rumahnya tertutup dan tinggi sekali laksana benteng. Dan kepongahan sebagian penghuni Menteng ini terus berjalan, entah karena luput dari pandangan Dinas DKI dan polisi atau karena sejujurnya sulit menghadapi orang berduit dan orang-orang kuat.

Perilaku pongah di atas sebenarnya mengganggu penghuni yang lain maupun nonpenghuni yang lewat. Tapi saya yang mendengar keluhan-keluhan tersebut menasihati santai dengan mengatakan zaman selalu berubah, yang sabar dan waras lebih baik mengalah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA