Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Cegah Covid-19, Kembali ke Khittah

Selasa, 09 Juni 2020, 08:46 WIB
Cegah Covid-19, Kembali ke Khittah
HS. Makin Rahmat/Net
SAUDARAKU sebangsa setanah air di manapun berada, khususnya dulur-dulur di Surabaya, Sidoarjo, Gresik dan sekitarnya yang di-Rahmati Allah SWT. Pertama dan paling utama adalah selalu memuji syukur kepada Dzat Yang Maha Pengasih yang tak pernah pilih kasih dan Dzat Penyayang yang sayangnya tak terbilang. Shalawat, salam dan wasilah tercurah kepada manusia Agung Baginda Rasulullah SAW bersama keluarga, sahabat dan umatnya.

Seperti diketahui hasil Kordinasi rapat dengan Gubernur Khofifah Indar Parawansa dan Forkompimda Jatim bersama Forkompinda Kota Surabaya plus Sidoarjo dan Gresik, telah memutuskan, tidak memperpanjang PSBB lV. Artinya, PSBB III di Surabaya Raya, sejak Senin (8/6/2020) telah berakhir, kebijakan selanjutnya diserahkan kepada Bupati dan Walikota di masing-masing daerah.

Lantas langkah apa yang patut menjadi perenungan, kajian dan tatanan baru sehingga kita bisa leluasa mengarungi kehidupan di tengah Pandemi Covid-19? Setidaknya prioritas utama adalah mengembalikan pri kehidupan manusia untuk kembali normal.

Tidak perlu khawatir terhadap ganasnya Covid-19, semua harus ke Khittah, dasar manusia untuk memulai hidup yaitu sehat, kuat dan tangguh. Kita lahir dalam keadaan suci. Maka harus tetap kita jaga selalu hidup bersih, sehat dan suci, sampai maut menjemput kita dalam keadaan Khusnul Khatimah. Yakinlah, di balik peristiwa Covid-19, pasti ada hikmahnya.

Sebagai warga dan masyarakat yang beragama, tentu mengedepankan hidup sehat dengan tetap menjaga kebersihan, kesehatan, kesucian merupakan langkah kongkrit dalam tuntutan kehidupan sehari-hari. Selama hidup normal, jiwa sehat dan lingkungan kuat ikut mendukung jelas mempunyai efek positif dalam keadaan bagaimanapun.

Jujur, adanya pagebluk Covid-19, hingga ada Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), saya teringat budaya di pelosok desa, warga kampung yang ikut gotong royong membangun wilayahnya, termasuk mengamankan lingkungan lewat ronda malam dan melakukan penjagaan di pos RW atau RT setempat.

Seiring perkembangan zaman, budaya ronda, jaga kampung untuk menciptakan lingkungan aman, mulai tergeser digantikan Satpam didukung peralatan canggih seperti HT dan CCTV. Tidak jarang, beberapa pemukiman membikin cluster (kelompok tersendiri), guna memberikan rasa nyaman terhadap penghuninya.

Kembali terhadap bahaya Pandemi Covid-19 yang telah merebak menjadi Pandemi global, jelas telah memutarbalikkan fakta. Ada masyarakat awalnya rajin ke masjid berbalik antipati dengan alasan jamaah masjid bisa menjadi penyebar virus Corona, memilih kegiatan ibadah di rumah, mulai salat Jumat, rawatib, termasuk taraweh di bulan Ramadan. Terjadi pro-kontra. Kantor, sekolah, pondok pesantren, dan tempat umum sepi.

Mereka diminta melakukan kegiatan di rumah. Belanja, belajar dan bekerja secara online, daring, dan ikut mewabah rapat via zoom. Keluar rumah harus memakai masker wajah, cuci tangan, pakai hand sanitizer, dan pemeriksaan suhu.

Tanpa terasa sudah lebih tiga bulan menghadapi situasi mencekam terkait Covid-19. Dengan pertimbangan demi pencegahan virus yang konon sumber awal dari Provinsi Wuhan, China ini, malah timbul saling curiga. Ada orang bersin biasanya berucap: Alhamdulillah, sekarang dicurigai sebagai penyebar Covid-19.

Orang sakit disertai batuk, bersin dan berlendir di saluran pernafasan sudah diindikasikan terpapar Corona. Hebatnya, untuk mencegah penyebaran Pandemi Covid-19, telah dilakukan prosedur protokol dengan rangkaian rumit dan tidak leluasa memberikan argumentasi. Malah, penghormatan bila ada orang meninggal, memandikan, mengkafani, mensalati dan mengubur, sekarang melalui petugas disertai pakaian khusus. Pokoknya, susah, was-was, khawatir dan terus curiga melulu. Budaya salaman usai salat, tahlilan hingga tujuh hari, talqin mayit dihindari.

Akhirnya, pada sebuah kenyataan, biar Tim Gugus Tugas pencegahan wabah Covid-19 bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan protokol Pandemi Covid-19. Padahal, selama kita, enjoi, hidup sehat, tetap memakai masker wajah, cuci tangan, dengan mengantisipasi segala gejala awal terjadinya penyakit, dan harus ikhtiar kepada ahlinya disertai dengan doa, optimis resep mujarab mencegah penyebaran Covid-19.
Peta persebaran penderita Covid-19 sendiri di Surabaya Raya, harus tetap terpantau. Terobosan adanya “Kampung Tangguh” melalui peran serta masyarakat diharapkan bisa memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Ini langkah luar biasa, bila perlu dikembangkan di lingkungan RT Tangguh  Kegiatan Rapid Test, sebagai deteksi awal adalah indikasi reaktif untuk ditindaklanjuti dengan pemeriksaan swab PCR, guna memastikan seseorang positif Covid-19 di juga tetap berjalan. Yang penting, petugas memberikan informasi normatif dengan tetap memperhatikan, situasi, kondisi dan domisili (Sikondom) yang di masyarakat.

Mengapa informasi valid terhadap rekapitulasi penderita Cocid-19 baik yg ODP, PDP, positif, sembuh maupun yg meninggal dunia, sejak PSBB I, II dan III utk dijadikan telaah, sebelum era baru kembali ke Khittah. Otomatis, masyarakat harus tetap siap memasuki masa transisi,  tahapan Hidup Baru atau disebut *New Normal* dalam kaitan menghadapi pandemik Covid-19.

Seperti diketahui, kita tidak boleh lagi curiga dan menjauh bila ada kerabat atau tetangga kita positif Covid-19. Seharusnya, kita beri pendampingan, semangat dan motivasi untuk tetap tenang dan nyaman guna menjaga kesehatan tubuh. Sikap nyaman inilah salah satu resep tangguh supaya tidak terpapar Covid-19.

Maka hal penting, yaitu secara bertahap akan menjalani aktifitas kehidupan sehari-hari sesuai dengan profesi dan kegiatan masing-masing dengan tetap mematuhi peraturan protokol kesehatan selama Pandemi Covid-19 belum hengkang dari bumi.

Sekali lagi, kita harus mampu mengendalikan dan mengambil hikmah selama pandemik Covid-19. Prioritas awal mengembalikan perekonomian yang terjun bebas. Terpuruknya ekonomi global harus disiasati dengan tetap optimis melakukan aktifitas sehari-hari dan memperhatikan hidup sehat dan bersih, serta mematuhi Protokol Kesehatan.

Tidak kalah penting, ikhtiar batin, melaksanakan kewajiban sebagai hamba Allah dalam segala aspek kehidupan. Artinya, jamaah ke masjid sebagai rumah Allah lebih ditingkatkan, disertai memperbanyak istighfar, dzikir, do’a, sholawat dan tetap aktif mengikuti majelis ilmu, baik melalui temu langsung, medsos atau daring, seperti zoom.

Pada akhirnya, kita harus mampu mengendalikan diri dan berserah diri kepadaNya setelah menjalani berbagai usaha lahir dan batin, serta mempersiapkan mental kita menerima takdir Allah. Kunci lain, adalah selalu mensyukuri atas nikmat Sang Khaliq. Bila musibah menerpa kita harus sabar, mendapatkan nikmat harus diimbangi dengan syukur, terutama nikmat kesehatan dan kesempatan.

Kesempatan dalam masa transisi di siklus pandemi Covid-19, tetap semangat mengikuti protab, tidak boleh was-was, apalagi takut dan khawatir. Ingatlah, Allah SWT tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan yang dimiliki. Ikhtiar, doa, dan pasrah, pasti bisa. Selamat menikmati era baru, hidup normal. Selamat dunia akhirat. Aamiin ya arhamarrahimiin. rmol news logo article

HS. Makin Rahmat
Direktur LBH Maritim, yang juga Sekretaris SMSI Jatim dan Ketua LPBHNU Sidoarjo

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA