Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Membumikan Industri Berbasis Ilmu Pengetahuan Di Masa Pandemik

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/yudhi-hertanto-5'>YUDHI HERTANTO</a>
OLEH: YUDHI HERTANTO
  • Jumat, 01 Mei 2020, 04:00 WIB
Membumikan Industri Berbasis Ilmu Pengetahuan Di Masa Pandemik
Yudhi Hertanto/Net
MENARA gading. Begitu sebutan yang sering dilekatkan pada keberadaan perguruan tinggi. Disebabkan ketidakmampuan untuk membumi pada realitas publik. Tidak hanya terpisah dan berjarak, berbagai hasil penelitian di berbagai kampus juga kerap kali hanya menjadi prototype saja.

Pandemik menghadirkan sisi percepatan. Membalik kebiasaan dalam situasi yang tidak normal. Meski dalam ruang terbatas, banyak inovasi penelitian dari berbagai kampus, kini berorientasi pada dukungan riil bagi upaya mengatasi masalah wabah.

Tengok saja ventilator, bilik desinfeksi, termasuk produksi face shield, hingga robot perawat. Berbagai penelitian lain, tentu saja berserak dalam banyak bidang. Termasuk untuk penelitian alat uji, terapi pengobatan, hingga penemuan vaksin.

Tentu saja momentum ini menjadi sangat penting. Orientasi penelitian perguruan tinggi diselaraskan pada apa yang menjadi persoalan publik. Dan hal sedemikian itulah yang dibutuhkan. Menjawab aspek praktis dari hasil penelitian, yang terjadi pada berbagai ruang laboratorium kampus.

Situasi abnormal di era pandemik membuka jalan bagi terciptanya kolaborasi triple helix yang selama ini digembar-gemborkan. Perpaduan antara perguruan tinggi sebagai pusat pengetahuan, bersama pemerintah yang menjadi sumber peraturan, didukung oleh industri yang mewakili potensi pasar.

Banyak pengalaman di berbagai negara, semisal Jepang dan Korea Selatan, kemampuan berdaya saing membangkitkan kapasitas industri dalam negerinya, dimulai dengan keterpurukan pasca perang. Pandemik ini tidak ubah layaknya sebuah medan peperangan.

Format Saling Dukung

Lecutan penting, dalam pembenahan sektor perguruan tinggi kita adalah mendorong terciptanya ekosistem yang mendukung penelitian di tingkat perguruan tinggi yang tepat guna. Bukan hanya sebagai penghantar bagi pengujian teori semata.

Tentu saja, kebijakan itu ada di tangan stakeholder pemangku kebijakan. Inovasi adalah kombinasi dari invention sebagai bentuk temuan produk, yang mampu disebarluaskan -commercialization. Bagian yang terakhir adalah peran industri, baik swasta atau melalui perusahaan milik negara.

Hal tersebut menjadi penting, karena kebermanfaatan sebuah hasil penelitian, tentu akan dilihat dari sejauh mana serapan penggunaan hasil produk itu sendiri di tingkat masyarakat. Hasil penelitian kampus, sudah seharusnya tidak hanya menjadi penghuni rak-rak perpustakaan semata, tetapi memiliki fungsi guna.

Bila kemudian produk tersebut merupakan hasil pengembangan penelitian berbasis perguruan tinggi, maka terdapat moral obligasi untuk tidak menempatkan aspek komersialisasi berdasarkan kalkulasi profit semata, tetapi menjadi bagian dari rintisan social entrepreneurship -yang mendasarkan diri pada upaya memecahkan masalah sosial.

Sentilan salah seorang petinggi negeri tentang adanya sindikat mafia impor alat kesehatan untuk kebutuhan di dalam negeri, sebenarnya bukan barang baru.

Terlebih, alat kesehatan dikenai pajak barang mewah, membuat industri lokal lebih menyukai menjadi pedagang perantara dibanding menjadi produsen. Keuntungan bisa lebih cepat, dan ada tangan-tangan yang bermain untuk memfasilitasi hal tersebut.

Sekarang saatnya melakukan pembenahan dan pembersihan, pandemi memiliki dampak positif dalam perspektif tersebut. Terutama bila kita mampu menjaga komitmen kali ini secara konsisten hingga di kemudian hari.

Paduan Pure and Applied Science

Dikotomi yang sempat mengemuka, saat perguruan tinggi kembali dilebur ke dalam Kementerian Pendidikan, dengan nahkoda yang berasal dari praktisi bisnis swasta, tentu saja menguak kekhawatiran adanya degradasi model pendidikan.

Mendorong aspek praktis, atau ditandai sebagai penguatan ilmu terapan -applied science dibandingkan ilmu murni dasar -pure science. Implementasi konsep kampus merdeka, yang sempat diwacanakan masih membuat banyak perguruan tinggi mengalami hambatan dalam beradaptasi.

Seiring pandemi, model-model dari bentuk konsep kampus merdeka bisa dipahami. Berorientasi pada kebutuhan langsung, selaras dengan problematika aktual yang dialami publik.

Hari-hari ini kita melihat, berbagai kampus bergerak, tidak hanya sebagai lokus penelitian, tetapi juga memobilisasi para mahasiswanya untuk menjadi bagian penting dari relawan kemanusiaan di pusat-pusat pelayanan krisis wabah. Luar biasa.

Kondisi ini mengingatkan kita pada rumusan intelektual organik yang lahir dan tumbuh dalam kandungan kehidupan masyarakat, bernilai secara sosial. Karakter yang berbeda dari intelektual tradisional, dengan orientasi pada dirinya sendiri.

Bersamaan dengan itu, melebur semua perbedaan pandang tentang ilmu murni dasar dan ilmu terapan, karena kedua bidang ilmu tersebut memiliki peran masing-masing di medan pertempuran melawan wabah. Persis layaknya kesatuan perang, berbagai divisi memiliki tugas dan tanggung jawab berbeda, dari mulai menyiapkan infrastruktur, hingga logistik.

Momen pandemik meneguhkan kita, bila bersatu dalam ilmu pengetahuan bagi kepentingan masyarakat, adalah hal yang perlu dikuatkan pada masa mendatang karena kita tidak pernah tahu kapan masanya wabah kembali akan melakukan serangan. rmol news logo article

Penulis adalah Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Komunikasi Universitas Sahid

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA