Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Corona Dan Negara Gagal

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/farid-gaban-5'>FARID GABAN</a>
OLEH: FARID GABAN
  • Selasa, 31 Maret 2020, 19:54 WIB
Corona Dan Negara Gagal
Tim medis Venezuela mendatangi warga memeriksa penyebaran Covid-19./commondreams.org
SEMUA negara di dunia kewalahan menghadapi corona. Tak peduli kaya atau miskin. Tapi, ada beberapa negara yang sering disebut menjadi contoh bagus penanganan wabah corona: Korea Selatan dan Vietnam.

Melihat data penyebaran corona sejauh ini, kita mungkin bisa menambahkan: Bangladesh (167 juta jiwa, 48 positif, 5 meninggal), Sri Lanka (21 juta jiwa, 113 positif, 1 meninggal), Venezuela (30 juta jiwa, 119 positif, 2 meninggal).

Terutama Venezuela, yang sering kita ejek sebagai "negara gagal". Konflik politik yang disertai kekerasan menghantui negeri itu dalam bebarapa tahun terakhir. Ekonominya memble.

Dan di masa sulit ini, bahkan Presiden Donald Trump tak berhenti merisak: menawarkan hadiah USD 15 juta untuk menangkap Presiden Nicolas Maduro.

Seperti Iran, Venezuela juga menderita embargo ekonomi Amerika Serikat dan sekutunya. IMF (Dana Moneter Internasional), yang kebijakannya hampir selaras dengan politik luar negeri Amerika, pekan lalu menolak permintaan utang darurat Venezuela untuk menangani corona.

Banyak pengamat meramalkan, corona akan menjadi bencana besar bagi Venezuela, melebihi tetangga-tetangganya di Amerika Latin. Nasibnya diperkirakan mirip Italia, Spanyol atau Iran.

Tapi, sejauh ini, ramalan itu belum terbukti. Baik dari segi penderita positif corona maupun yang meninggal, Venezuela lebih baik dari Brazil, Ekuador, Chile, Peru, dan Kolombia. Negeri-negeri tetangga ini mendukung aksi Amerika untuk menjatuhkan Maduro.

Venezuela mendapat bantuan dari sekutu internasionalnya. China mengirimkan alat uji/diagnosa corona; Kuba mengirimkan ratusan dokter dan obat; Rusia membantu peralatan medis.

Tapi, yang tak kurang penting adalah langkah-langkah domestiknya yang sigap. Pemerintah Venezuela tahu bahwa jika wabah meluas, sistem sosial-politik-ekonominya yang sudah rapuh akan benar-benar roboh. Lebih bagus mencegah (meminimalkan penyebaran), ketimbang mengatasi wabah yang terlanjur luas.

Venezuela melaporkan pasien pertama positif corona pada 13 Maret. Tapi, bahkan sehari sebelumnya Presiden Maduro telah menetapkan "DARURAT KSEHATAN": menghentikan penerbangan dari/ke Eropa serta Kolombia; dan melarang kerumunan besar orang.

Setelah mengumumkan 2 orang positif corona, Pemerintah memperluas langkah: menghentikan sekolah/kuliah, mewajibkan pemakaian masker di subway dan perbatasan; menutup bioskop, bar dan nightclub; serta membatasi restoran hanya untuk layanan pesan-antar.

Pada hari ke-4, yakni 17 Maret, Pemerintah menetapkan KARANTINA NASIONAL. Pada hari ke-8, ketika 48 orang dinyatakan positif, sekitar 90% penduduk mengalami lockdown (karantina).

Pada saat yang sama, pemerintah memanfaatkan portal internet untuk membuat survai cepat: siapa saja yang sakit dan menunjukkan gejala corona. Tiga hari kemudian, sekitar 12 juta orang sudah mengisi formulir online tadi. Sekitar 20.000 orang melaporkan dirinya sakit dan mendapat kunjungan dokter profesional; 145 di antaranya dirujuk untuk didiagnosis corona.

Masyarakat punya peran besar. Dilanda krisis politik dan ekonomi bertubi-tubi, masyarakat Venezuela tahan banting. Corona punya ancaman yang berbeda, tapi krisis-krisis sebelumnya mengajari warga kebanyakan untuk saling-membantu dan menjaga solidaritas dalam komunitas-komunitas terkecil.

Organisasi-organisasi kemasyarakatan menjadi pemimpin penanganan wabah, menempatkan keselamatan warga di atas segalanya: memproduksi masker; menjamin pasokan makanan tersedia (paket makanan bulanan untuk 7 juta keluarga); memastikan kunjungan dokter dan perawat ke rumah-rumah warga yang membutuhkan. Sekitar 12.000 mahasiswa kedokteran menjalani pelatihan cepat untuk bisa melayani warga dari rumah ke rumah.

Di sisi lain, Pemerintah menghentikan bayar uang sewa; melarang perusahaan memecat karyawan; memberi bonus bagi kaum buruh; melarang perusahaan telko menghentikan layanan internet; bekerjasama dengan jaringan hotel untuk menyediakan 4.000 ruang rawat jika krisis memuncak.

Meski dihadapkan pada krisis ekonomi, Pemerintah Venezuela bertekad menjamin ketersediaan pangan; memberikan layanan kesehatan dan uji/diagnosa corona secara gratis; dan membantu mengurangi beban ekonomi para buruh.

Dengan semua upaya tadi, belum tentu Venezuela selamat dari gulungan wabah yang membesar. Krisis yang mereka hadapi luas dan mendalam. Bagaimanapun, Venezuela toh sudah sering disebut "negara gagal".

Tapi, sejauh ini, Venezuela sudah menunjukkan bahwa krisis tidak menghalangi pemerintah untuk mengambil langkah sigap menghadapi wabah. Corona di Venezuela juga menunjukkan bahwa jalinan sosial yang kuat di tingkat terkecil menjadi modal terpenting menghadapi wabah. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA